Pembuatan limbah artifisial Tahap Persiapan

pada waktu-waktu yang telah direncanakan. Pada ruang katoda aerobik terdapat saluran outlet tempat keluarnya H 2 O. Ruang anoda dan katoda dihubungkan dengan sebuah jembatan garam. Kedua ruangan tersebut dilengkapi oleh elektroda yang terhubung dengan kabel menggunakan penjepit buaya, tetapi terdapat perbedaan didalam ruang anoda yang dilakukan penambahan GAC sebagai media lekat bakteri. Listrik yang dihasilkan oleh sistem dapat diukur menggunakan multimeter.

2. Pembuatan limbah artifisial

Limbah yang digunakan adalah limbah artifisial menggunakan asetat pro analis berupa asam asetat glasial dan glukosa monohidrat. COD yang terkandung di dalam limbah mempengaruhi hasil dari produksi listrik, sebagai sumber karbon untuk produksi listrik serta tujuan pengolahan air limbah. Asam asetat sangat mudah digunakan oleh mikroorganisme untuk menghasilkan energi karena memiliki rantai karbon yang paling rendah, Du et al, 2007. Glukosa juga menjadi salah satu substrat yang paling digunakan dalam MFCs karena menghasilkan power density yang lebih besar daripada substrat yang lain walaupun glukosa memiliki couloumbic efficiency paling rendah karena glukosa merupakan substrat yang dapat difermentasi sehingga elektron yang dihasilkan lebih banyak digunakan untuk proses metanogenesis dan fermentasi Lee et al, Du et al, 2007. Dalam pembuatan limbah artifisial dengan COD yang bervariasi 400, 800, 1200 mgL, dilakukan percobaan berkali-kali trial and error hingga mencapai konsentrasi yang diharapkan. Berikut ini merupakan cara pemubatan dan pengujian COD: Mulai COD 400 mgL pengenceran 1 x Pencampuran larutan asam asetat dan glukosa Pengaturan pH mencapai netral menggunakan NaOH 5M Masing-masing sampel diambil 2,5 mL COD 800 mgL pengenceran 2 x COD 1200 mgL pengenceran 3 x Pencampuran sampel dengan reagen Dipanaskan di COD reaktor selama 2 jam Pengukuran absorbansi dengan λ 600 nm Analisis data Pengambilan sampel 2,5 ml ke tabung reaksi Selesai Gambar 3.5 Diagram Alir Proses Pembuatan Limbah Artifisial Untuk membuat limbah artifisial mula-mula menyiapkan asam asetat dan glukosa dengan jumlah yang telah ditentukan dan dilakukan pengenceran masing- masing hingga mencapai volume 100 mL. Kemudian kedua larutan dicampur, maka didapatkan air limbah sebanyak 200 mL. Untuk mendapatkan volume limbah yang lebih besar, komposisi bahan pembuat air limbah artifisial ditambahkan sesuai kelipatannya. Setelah itu dilakukan pengaturan pH hingga mencapai suasana netral menggunakan larutan penyangga NaOH 5M Jung, et al.,2011. Ketika pH sudah netral, sampel diambil sebanyak 2,5 mL dan dilakukan pengenceran sesuai kebutuhan konsentrasi COD 400 mgL 1 kali, 800 mgL 2 kali, 1200 mgL 3 kali pengenceran. Setelah diencerkan, sampel dipipet ke tabung reaksi sebanyak 2,5 ml lalu ditambahkan 1,5 mL digestion solution dan 3,5 mL pereaksi asam sulfat. Sampel yang telah dibuat, dipanaskan di COD reaktor selama 2 jam dengan temperatur 150 °C. Selanjutnya sampel yang telah dipanaskan, didiamkan beberapa saat untuk menghilangkan panas dan bisa dilakukan analisis menggunankan spektrofotometer dengan panjang gelombang 600 nm SNI 6989.2:2009. Air limbah dapat diolah secara biologis apabila terdapat nitrogen dan fosfor dalam jumlah yang cukup. Rasio karbon, nitrogen dan fosfor C:N:P pada pengolahan biologis yang optimum adalah 100:5:1 Gray, 2004 sehingga pada penelitian ini, digunakan rasio tersebut. Tabel 3.6 Massa Molekul Relatif Nutrien N dan P KNO 3 KH 2 PO 4 Ar K 39,10 Ar K 39,10 Ar N 14,00 Ar H 2 x 1,00 = 2 Ar O 3x15,99 = 47,99 Ar P 30,97 Ar O 4 x 15,99 = 63,99 Mr KNO 3 101,10 grammol Mr KH 2 PO 4 136,099 grammol Contoh perhitungan nutrisi COD 400 mgl rasio C : N : P = 100 : 5 : 1 di dalam 200 mL air limbah artifisial. Massa KNO 3 yang ditambahkan sebagai unsur N Massa KNO 3 = 3 � x � � � � � xKonsentrasi COD x V = 101,10 � � 14 � � x 5 100 x 400 mgl x 0,2 liter = 28,885 � Massa KH 2 PO 4 yang ditambahkan sebagai unsur P Massa KH 2 PO 4 = 2 4 � x � � � � � x Konsentrasi COD x V = 136,099 � � 30,97 � � x 1 100 x 400 mgl x 0,2 liter = 3,516 � Dalam tes COD dan BOD, konsentrasi bahan organik dihitung dari konsumsi oksidan yang diperlukan untuk oksidasi bahan organik. Perbedaan utama adalah oksidan yang digunakan dan kondisi operasional selama pengujian. Dalam kasus COD, sampel air limbah yang mengandung bahan organik dikontakkan dengan oksidan anorganik yang sangat kuat, campuran dikromat dan asam sulfat dengan sulfat perak sebagai katalis. Suhu meningkat dan mengakibatkan peningkatan tingkat oksidasi. Setelah dua jam durasi standar tes oksidasi senyawa organik hampir selesai. Nilai yang dihasilkan COD dapat ditentukan dengan cara titrasi atau dengan bantuan spektrofotometer. Nilai COD teoritis dari senyawa tertentu dapat dihitung dari pertimbangan stoikiometri. Jika nilai teoritis ini sesuai dengan nilai eksperimental, disimpulkan bahwa oksidasi bahan organik selesai. Teoritis COD dari senyawa dengan rumus C struktural dapat ditentukan dari dua persamaan redoks yang menggambarkan reaksi oksidasi keseluruhan.

a. Reaksi Oksidasi