Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit ini. Sekitar 80 pasien diabetes tipe 2 mengalami obesitas karena obesitas berkaitan dengan resistensi insulin.
29
Penyakit diabetes tipe 2 ini dapat dikendalikan dengan diet, olah raga, atau obat antidiabetes.
28
2.5. Gejala-Gejala Diabetes Mellitus
Manifestasi klinis diabetes mellitus dikaitkan dengan konsekuensi metabolik defisiensi insulin. Pasien-pasien dengan defisiensi insulin tidak dapat
mempertahankan kadar glukosa darahnya yang normal setelah makan karbohidrat. Jika hiperglikemianya berat dan melebihi ambang ginjal untuk zat ini, maka
timbullah glikosuria. Glikosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran urine poliuria dan timbul rasa haus polidipsia. Karena
glukosa hilang bersama urine maka pasien mengalami penurunan berat badan. Rasa lapar yang semakin besar polifagia mungkin akan timbul sebagai akibat kehilangan
kalori. Pasien akan mengeluh lelah dan mengantuk.
29
Di samping itu kadang-kadang ada keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal,
penglihatan kabur, gairah seks menurun, dan luka sukar sembuh.
30
2.6. Diagnosis Diabetes Mellitus
Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah dan tidak dapat ditegakkan hanya atas dasar adanya glukosuria saja. Dalam menentukan
diagnosis DM harus diperhatikan asal bahan darah yang diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai. Untuk memastikan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa
Universitas Sumatera Utara
darah dilakukan di laboratorium terpercaya yang melakukan program pemantauan kendali mutu secara teratur.
6
Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan apabila ada keluhan khas DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat
dijelaskan penyebabnya. Keluhan lain yang mungkin disampaikan penderita antara lain badan terasa lemah, sering kesemutan, gatal-gatal, mata kabur, disfungsi ereksi
pada pria, dan pruritus vulvae pada wanita.
31
Apabila ada keluhan khas DM, hasil pemeriksaan kadar glukosa plasma sewaktu
≥ 200 mgdl 1,1 mmolL dan kadar glukosa plasma puasa
≥ 126 mgdl 7,0 mmolL dapat dijadikan sebagai kriteria penegakan diagnosis DM. Untuk lebih jelasnya dilihat pada tabel berikut ini:
20
Tabel 2.1 Kriteria Penegakan Diagnosis DM
Bukan DM Belum Pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu mgdl
Plasma vena 100
100-199 ≥ 200
Darah kapiler 90 90-199
≥ 200 Kadar glukosa darah
puasa mgdl Plasma vena
100 100-125
≥ 126 Darah kapiler 90
90-99 ≥ 100
Sumber : Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM Tipe 2 di Indonesia, PERKENI 2011
Pemeriksaan HbA1C dapat juga dijadikan sebagai salah satu kriteria diagnosis DM. Pemeriksaan ini sangat penting untuk mengevaluasi pengendalian gula darah.
Ketika kadar gula darah tidak terkontrol kadar gula darah tinggi maka kadar gula darah akan berikatan dengan haemoglobin. Oleh karena itu, rata-rata kadar gula darah
dapat ditentukan dengan cara mengukur kadar HbA1C. Bila kadar gula darah tinggi dalam beberapa minggu maka kadar HbA1C akan tinggi pula. Kadar HbA1C normal
antara 4 sampai dengan 6,5.
20
Universitas Sumatera Utara
2.7. Epidemiologi Diabetes Mellitus 2.7.1. Distribusi dan Frekuensi