sementara ibu hamil lebih besar yaitu 55 . Di Amerika Serikat sebagian remaja tidak memperoleh kalsium sebanyak yang dianjurkan oleh RDA. Survei Departemen
Pertanian Amerika 1995 membuktikan bahwa remaja putri yang berusia 12-19 tahun hanya mengkonsumsi 777 mg kalsium sehari Arisman, 2009.
Saat mencapai puncak kecepatan pertumbuhan, remaja biasanya makan lebih sering dan dalam jumlah yang banyak. Sesudah masa growth spurt biasanya mereka
akan lebih memerhatikan penampilan dirinya terutama pada remaja putri. Mereka seringkali terlalu ketat dalam pengaturan pola makan dalam menjaga penampilannya,
sehingga dapat mengakibatkan kekurangan zat gizi Sayogo, 2006.
2.1.1 Kebutuhan Energi Remaja
Kebutuhan energi seseorang adalah konsumsi energi yang berasal dari makanan yang diperlukan umtuk menutupi pengeluaran energi seseorang bila seseorang
mempunyai ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas yang sesuai dengan kesehatan jangka panjang, dan yang memungkinkan pemeliharaan aktivitas fisik yang
dibutuhkan secara sosial dan ekonomi Almatsier, 2002. Pertumbuhan yang pesat, perubahan psikologis yang dramatis serta peningkatan
aktivitas yang menjadi karakteristik masa remaja, menyebabkan peningkatan kebutuhan zat gizi, dan terpenuhi atau tidak terpenuhinya kebutuhan ini akan
memengaruhi status gizi. Oleh sebab itu asupan makanan pada remaja sebaiknya mengandung jumlah zat-zat gizi yang lebih tinggi daripada sebelumnya. Sebagai
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
contoh remaja putri membutuhkan makanan dengan kandungan zat besi yang tinggi terlebih bagi remaja putri yang mengalami menstruasi setiap bulan Sayogo, 2006
Secara nasional, penduduk Indonesia yang mengonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal kurang dari 70 dari angka kecukupan gizi bagi orang
Indonesia adalah sebanyak 40,7. Penduduk yang mengonsumsi protein di bawah kebutuhan minimal kurang dari 80 dari angka kecukupan bagi orang Indonesia
adalah sebanyak 37, Provinsi Bali merupakan provinsi dengan penduduk yang mengonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal dengan persentase terendah
30,9, dan yang persentasenya tertinggi adalah Provinsi Sulawesi Barat 46,7. Provinsi yang penduduknya mengonsumsi protein di bawah kebutuhan minimal
dengan persentase terendah adalah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 18,0, dan yang persentasenya tertinggi adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur 56,0
Riskesdas, 2010. Berdasarkan Riskesdas 2010 menyatakan bahwa di Provinsi Sumatera Utara
persentase penduduk yang mengkonsumsi energi dibawah kebutuhan minimal adalah sebanyak 43,4 dan penduduk yang menkonsumsi protein dibawah minimal adalah
sebanyak 21,4. Sementara persentase remaja usia 16-18 tahun yang menkonsumsi energi dibawah kebutuhan minimal sebanyak 51,5 dan konsumsi protein dibawah
kebutuhan minimal sebanyak 21,2. Kebutuhan anak laki-laki berbeda dengan perempuan. Anak laki-laki lebih
banyak melakukan aktivitas fisik sehingga membutuhkan energi lebih banyak.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan aktivitas perempuan biasanya sudah mulai menstruasi sehingga memerlukan protein dan zat besi lebih banyak Waryana, 2010.
Jumlah kebutuhan gizi pada anak ditentukan oleh berbagai faktor antara lain jenis kelamin, berat badan, dan aktivitas sehari-hari. Besarnya kebutuhan energi dan
protein untuk remaja dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1 Kecukupan Energi dan Protein Rata-rata yang Dianjurkan pada Remaja
Jenis Kelamin Umur thn
Berat badan kg Energi kkal Protein gr
Laki-laki 10-12
35 2050
50 13-15
46 2400
60 16-19
55 2600
65
Perempuan 10-12
37 2050
50 13-15
48 2350
57 16-19
50 2200
50
Sumber : Depkes RI, 2004 Kekurangan energi akan menjadikan tubuh mengalami keseimbangan negatif.
Akibatnya berat badan kurang dari berat badan seharusnya atau ideal. Bila terjadi pada bayi dan anak- anak akan menghambat pertumbuhan dan pada orang dewasa
menyebabkan penurunan berat badan dan kerusakan jaringan tubuh Almatsier, 2002.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Status Gizi Remaja