Faktor Psikologi yang Memengaruhi Kinerja Petugas

2.3. Faktor Psikologi yang Memengaruhi Kinerja Petugas

Adapun variabel-variabel psikologikal meliputi persepsi, sikap, kepribadian, pembelajaran dan motivasi 2.3.1. Persepsi Persepsi menurut Robbins 2006:169 adalah proses yang digunakan individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka dalam rangka memberikan makna kepada lingkungan. Persepsi sangat penting untuk dipelajari dalam suatu perilaku organisasi karena perilaku manusia pada umumnya didasarkan pada persepsi mereka mengenai apa realitas yang ada, bukan mengenai realitas itu sendiri. Persepsi meliputi kognisi pengetahuan, jadi dengan demikian persepsi mencakup penafsiran objek-objek, simbol-simbol dan orang-orang, dipandang dari sudut pengalaman penting. Persepsi terbentuk melalui proses memperhatikan, menyeleksi, mengorganisasikan dan menapsirkan stimulus lingkungan. Secara skematis dapat dilihat pada bagan berikut : Gambar 2.1. Proses persepsi Faktor–faktor yang memengaruhi persepsi menurut Robbins 2006:170 ada tiga faktor yaitu faktor pada pemersepsi, faktor dalam situasi dan faktor pada target. Ketiga faktor tersebut digambarkan pada gambar berikut : stimulus lingkungan perhatian dan seleksi pengorganisasian Penapsiran persepsi stimulus Universitas Sumatera Utara Gambar 2.2. Faktor persepsi menurut Robbins 2006:170 Ketika individu memandang ke objek tertentu dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi individu pelaku persepsi tersebut dan juga tergantung pada apa yang dipersepsikannya serta kondisi atau situasi saat melakukan persepsi. Teori atribusi merupakan teori penilaian persepsi yang didasarkan atas faktor eksternal dan internal. Perilaku yang disebabkan faktor internal adalah perilaku yang diyakini berada di bawah kendali pribadi individu tersebut. Sedangkan perilaku yang disebabkan faktor eksternal adalah dilihat sebagai hasil dari sebab–sebab luar yaitu orang tersebut dipandang terpaksa berperilaku demikian oleh situasi. Selain Faktor pada pemersepsi . Sikap . Motif Kepentingan Faktor pada target . Hal baru . Gerakan . Bunyi Faktor dalam situasi . Waktu KeadaanTempat kerja PERSEPSI Universitas Sumatera Utara didasarkan atas faktor eksternal dan internal, perilaku ini juga meliputi tiga hal yaitu; 1 keunikan; 2 konsensus; 3 konsistensi. Keunikan merujuk ke apakah individu memperlihatkan perilaku–perilaku yang berlainan dalam situasi berlainan. Konsensus adalah jika setiap orang yang dihadapkan pada situasi yang sama bereaksi dengan cara yang sama. Dan konsistensi adalah apakah orang tersebut memberi reaksi yang sama dengan cara yang sama dari waktu ke waktu. tinggi rendah tinggi rendah tinggi rendah Gambar 2.3. Teori atribusi teori penilaian persepsi yang didasarkan atas faktor eksternal dan internal Ada sejumlah tehnik persepsi yang sering digunakan dalam menilai orang lain. Namun tehnik persepsi ini angka kebenarannya masih diragukan. Yang termasuk kedalam tehnik ini adalah persepsi selektif, efek halo, efek kontras, proyeksi dan membuat stereotipe. Pada persepsi selektif, setiap karakteristik yang membuat eksternal internal eksternal internal eksternal internal keunikan konsensus konsistensi Perilaku individu Universitas Sumatera Utara seseorang objek atau peristiwa mencolok akan meningkatkan kemungkinan hal tersebut akan dipersepsikan. Orang akan secara selektif menafsirkan apa yang mereka lihat atas dasar kepentingan, latar belakang, pengalaman dan sikap mereka. Dari penelitian yang telah dilakukan dinyatakan bahwa setiap orang akan berpersepsi sesuai dengan kegiatan dan unitnya sendiri. Tehnik ini yang dianggap sangat dominan pada kondisi bencana Efek halo yaitu menggambarkan kesan umum tentang individu berdasarkan karakteristik tunggal misalnya kecerdasan, kemampuan bergaul atau penampilan. Efek kontras adalah evaluasi terhadap karakteristik–karakteristik seseorang yang terpengaruh oleh perbandingan–perbandingan dengan orang lain yang baru masuk yang berperingkat lebih tinggi atau lebih rendah berdasarkan karakteristik yang sama. Proyeksi adalah mencirikan karakteristik pribadi seseorang ke orang lain. Stereotipe adalah mengkatagorikan atau menilai seseorang hanya atas dasar satu atau beberapa sifat dari kelompoknya. Stereotipe seringkali didasarkan atas jenis kelamin, keturunan, umur, agama, sifatnya saja. Projection merupakan kecendrungan seseorang untuk menilai orang lain atas dasar perasaan dan sifatnya atau mekanisme pertahanan dari konsep diri seseorang sehingga lebih mampu menghadapi yang dilihatnya tidak wajar. Persepsi memiliki hubungan dengan kinerja. Jika dalam suatu organisasi dilengkapi dengan petugas yang berkompetensi meskipun jumlahnya tidak besar maka peresepsi dalam kondisi ini akan menyatakan bahwa organisasi tersebut akan berkinerja baik. Persepsi juga sangat bermanfaat dalam evaluasi kinerja. Universitas Sumatera Utara Dari penjelasan di atas dapat dibuat kesimpulan bahwa persepsi merupakan salah satu faktor psikologis individu yang digunakan individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan inderawi untuk memberi makna pada lingkungan. Indikator dalam menilai persepsi yaitu sesuai teori atribusi adalah faktor internal dan eksternal dan juga bergantung kepada keunikan, konsensus dan konsistensi. Peran persepsi dalam suatu organisasi adalah sebagai alat dalam wawancara petugas, pengharapan kinerja, evaluasi kinerja dan upaya karyawan. Pada proses pengharapan dan evaluasi kinerja, persepsi merupakan hal yang penting. Persepsi juga berperan dalam pengambilan keputusan individu. 2.3.2. Sikap Sikap adalah keteraturan perasaan dan pikiran seseorang dan kecendrungan bertindak terhadap aspek lingkungannya Milton, 1981. Sikap seseorang tercermin dari kecendrungan perilakunya dalam menghadapi suatu situasi lingkungan yang berhubungan dengannya. Adapun yang menjadi komponen sikap yaitu kognitif, afektif dan perilaku. Komponen kognitif sikap adalah segmen pendapat atau keyakinan dari sikap. Komponen afektif adalah komponen emosional atau perasaan seseorang. Komponen afektif dipelajari dari orang tua, teman, guru. Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sedangkan komponen perilaku sikap adalah maksud untuk berperilaku dalam cara tertentu terhadap seseorang atau sesuatu. Dari batasan-batasan sikap menurut Krech et al,1982, Cambell, 1950, Allpor, 1954, Cardno, 1955 Universitas Sumatera Utara dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup bukan merupakan reaksi terbuka tingkah laku yang terbuka. Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Dalam bagian lain Allport 1954 menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yakni: 1 kepercayaan keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu objek; 2 kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek; 3 kecenderungan untuk bertindak trend to behave. Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh total attitude. Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yakni : a. Menerima Receiving Menerima diartikan bahwa orang subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek. Misalnya sikap seseorang terhadap berita bencana yaitu terlihat dari kesediaan dan perhatiannya terhadap berita di media serta seminar. Universitas Sumatera Utara b. Merespons Responding Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut. c. Menghargai Valuing Mengajak orang lain untuk mengerjakan dan berdiskusi mengenai suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang petugas yang mengajak petugas atau pihak lain untuk menilai resiko bencana yang ada didaerahnya masing-masing serta melakukan mitigasi terhadap resiko bencana tersebut. d. Bertanggung Jawab Responsible Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap dilakukan dengan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Adapun tipe-tipe sikap menurut Robbins adalah 1 kepuasan kerja yaitu merujuk kepada sikap umum individu terhadap pekerjaannya. Seorang yang memiliki sikap kerja tinggi menunjukkan sikap yang positif terhadap dunia kerjanya; 2 Keterlibatan kerja yaitu mengukur derajat sejauh mana seseorang secara psikologis mengkaitkan dirinya dengan pekerjaannya dan menganggap tingkat kinerjanya penting bagi harga dirinya. Tingkat keterlibatan kerja yang tinggi terbukti berkaitan dengan rendahnya tingkat keabsenan dan pengunduran diri; 3 Komitmen pada Universitas Sumatera Utara organisasi yaitu suatu keadaan dimana karyawan mengkaitkan dirinya ke organisasi tertentu dan sasaran-sasarannya serta berharap mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi itu. 2.3.3. Kepribadian Kepribadian adalah cara dengan mana seseorang bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain Robbins,1993. Menurut para psikolog, kepribadian adalah konsep dinamik yang menggambarkan pertumbuhan dan perkembangan keseluruhan sistem psikologis seseorang. Sedangkan menurut Allport dalam Robinns 2006:126 kepribadian adalah organisasi dinamik dalam individu yang memiliki sistem psikologis yang menentukan penyesuaian uniknya terhadap lingkungannya. Kepribadian manusia pada saat ini dipengaruhi oleh faktor keturunan, lingkungan dan diperlemah oleh kondisi situasi. Sampai saat ini belum dapat ditentukan faktor mana yang lebih dominan dalam mempengaruhi kepribadian namun, situasi merupakan faktor yang selalu dapat mempengaruhi dampak kepribadian dan lingkungan pada kepribadian. Indikator kepribadian yang paling banyak digunakan pada saai ini adalah indikator tipe Myers-Briggs MBTI. MBTI merupakan tes kepribadian yang menggunakan empat karakteristik dan mengklasifikasikan orang ke dalam 1 sampai 16 tipe kepribadian. Sedangkan indikator lainnya adalah model “Lima Besar”. Faktor–faktor lima besar tersebut adalah ekstroversi, kemampuan untuk bersepakat, kemampuan untuk mendengarkan suara hati, stabilitas emosi dan keterbukaan dalam Universitas Sumatera Utara pengalaman. Dari beberapa hasil penelitian yang menghubungkan dimensi kepribadian dengan kinerja pekerjaan adalah bahwa individu yang dapat dipercaya, andal, dll, cendrung memiliki kinerja tinggi. Individu yang juga memiliki suara hati yang tinggi menyumbangkan kinerja tinggi. Atribut-atribut kepribadian utama yang mempengaruhi perilaku individu adalah lokus kendali, machiavelliansime, harga diri, pemantauan diri, pengambilan resiko dan kepribadian tipe A. Namun dalam suatu sistem penanggulangan bencana, atribut–atribut kepribadian ini tidak sesuai oleh karena konsep penanggulangan bencana adalah konsep sosial. Penyesuaian syarat-syarat pekerjaan dengan karakteristik kepribadian diungkapkan dengan sangat baik dalam teori kecocokan kepribadian – pekerjaan yang dikemukaakan oleh John Holland. Holland menyajikan enam tipe kepribadian dan mengemukakan bahwa kepuasan dan kecendrungan untuk meninggalkan pekerjaan tergantung pada sejauh mana individu tersebut berhasil mencocokkan kepribadian mereka dengan lingkungan pekerjaan. Hubungan antara tipologi kepribadian dan pekerjaan yang kongruen dari Holland dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.1 Tipologi kepribadian dan pekerjaan yang kongruen dari Holland dikutip dari Robbins 2006:140 Universitas Sumatera Utara Tipe Ciri kepribadian Pekerjaan yang kongruen Realistis yaitu lebih menyukai kegiatan-kegiatan fisik yang mensyaratkan keterampilan, kekuatan dan koordinasi Investigasi yaitu lebih menyukai kegiatan- kegiatan yang melibatkan pemikiran, pengorganisaian dan pemahaman Sosial yaitu lebih menyukai kegiatan- kegiatan yang melibatkan pemberian pertolongan dan pengembangan orang lain Pemalu, tulus, stabil, patuh, praktis Analitik,tulus, penasaran, independen Supel, ramah, kooperatif, memahami Mekanik, operator pengeboran, pekerja lini perakitan, petani Ahli biologi, ekonom, ahli matematika, reporter berita Pekerja sosial, guru, konsultan, psikolog klinis Universitas Sumatera Utara Konvensional yaitu lebih menyukai kegiatan -kegiatan yang berperaturan, tertata dan tidak bermakna ganda Inovatif yaitu lebih menyukai aktivitas verbal yang didalamnya terdapat peluang untuk mempengaruhi orang lain untuk meraih kesuksesan Artistik yaitu lebih menyukai aktivitas – aktivitas yang bermakna ganda yang memungkinkan ekspresi kreatif Patuh, efisien, praktis, tidak imajinatif, tidak fleksibel Percaya diri, ambisius, enerjik, mendominasi Imajinatif, tidak tertata, idealistis, emosional dan tidak praktis Akuntan, manajer korporasi, kasir bank, petugas administrasi Pengacara, agen real estat, spesialis hubungan masyarakat Pelukis,musisi, penulis, piñata interior Sumber: Robbins 2006:140 Universitas Sumatera Utara Dari tabel di atas terdapat tiga poin utama yaitu : 1 terdapat perbedaan- perbedaan intrinsik dalam kepribadian di kalangan individu; 2 terdapat jenis-jenis pekerjaan yang berbeda; 3 orang dalam lingkungan-lingkungan yang kongruen dengan tipe kepribadian mereka akan lebih puas dan berpeluang lebih kecil untuk mengundurkan diri dibandingkan dengan orang yang menduduki pekerjaan yang tidak kongruen. 2.3.4. Belajar Belajar adalah mengambil tanggapan-tanggapan dan menghubungkan tanggapan-tanggapan dengan mengulang-ulang. Tanggapan-tanggapan tersebut diperoleh melalui pemberian stimulus atau rangsangan-rangsangan. Makin banyak dan sering diberikan stimulus maka makin memperkaya tanggapan pada subjek belajar. Sedangkan yang dimaksud dengan pembelajaran menurut Robbins 2006:56 adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran melibatkan perubahan dan perubahan tersebut harus relatif permanen dan pembelajaran berlangsung ketika terjadi perubahan tindakan. Adapun teori proses belajar adalah sebagai berikut : a. Teori stimulus dan transformasi Perkembangan teori proses belajar yang ada dapat dikelompokkan kedalam 2 kelompok besar, yakni stimulus-respons yang kurang memperhitungkan faktor internal dan teori transformasi yang telah memperhitungkan faktor internal. Teori Universitas Sumatera Utara stimulus kurang memperhitungkan faktor internal yang terjadi pada subjek belajar. Kelompok teori proses belajar yang kedua sudah memperhitungkan faktor internal, antar lain : 1 Teori transformasi yang berlandaskan pada psikologi kognitif seperti yang dirumuskan oleh Neiser, yang mengatakan bahwa proses belajar adalah transformasi dari masukan input kemudian input tersebut direduksi, diuraikan, disimpan, ditemukan kembali dan dimanfaatkan. Transformasi dari input sensoris bersifat aktif melalui proses seleksi untuk dimasukkan ke dalam ingatan memory. Meskipun teori ini dikembangkan berdasarkan psikologi kognitif tetapi tidak membatasi penelaahannya pada domain pengetahuan kognitif saja tetapi juga meliputi domain yang lain afektif dan psikomotor. Para ahli psikologi kognitif juga memperhitungkan faktor eksternal dan internal dalam mengembangkan teorinya. Mereka berpendapat bahwa kegiatan belajar merupakan proses yang bersifat internal dimana setiap proses tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal, antara lain metode pengajaran. 2 Teori Gestalt mendasarkan pada teori belajar pada psikologi Gestalt yang beranggapan bahwa setiap fenomena terdiri dari suatu kesatuan esensial yang melebihi jumlah unsur-unsurnya. Bahwa keseluruhan itu lebih daripada bagian- bagiannya. Didalam peristiwa belajar, keseluruhan situasi belajar itu amat penting karena belajar merupakan interaksi antara subjek belajar dengan lingkungannya. Selanjutnya para ahli psikologi Gestalt tersebut menyimpulkan, seseorang dikatakan belajar bila ia memperoleh pemahaman insight dalam Universitas Sumatera Utara situasi problematis. Pemahaman itu ditandai dengan adanya : 1 suatu perubahan yang tiba-tiba dari keadaan yang tak berdaya menjadi keadaan yang mampu menguasai atau memecahkan masalah problem; 2 adanya retensi; c adanya peristiwa transfer. Pemahaman yang diperoleh dari situasi, dibawa dan dimanfaatkan atau ditransfer ke dalam situasi lain yang mempunyai pola atau struktur yang sama atau hampir sama secara keseluruhannya bukan detailnya. b. Teori-teori belajar sosial Social learning Untuk melangsung kehidupan, manusia perlu belajar. Dalam hal ini ada 2 macam belajar, yaitu belajar secara fisik, misalnya menari, olah raga, mengendarai mobil, dan sebagainya serta belajar psikis. Dalam belajar psikis ini termasuk juga belajar sosial social learning dimana seseorang mempelajari perannya dan peran-peran orang lain dalam konteks sosial. Selanjutnya orang tersebut akan menyesuaikan tingkah lakunya dengan peran orang lain atau peran sosial yang telah dipelajari. Cara yang sangat penting dalam belajar sosial menurut teori stimulus-respons adalah tingkah laku tiruan imitation. Teori dengan tingkah laku tiruan yang penting disajikan disini adalah teori dari Millers, NE dan Dollard, serta teori Bandura A. dan Walter RH. 1 Teori belajar sosial dan tiruan dari Millers dan Dollard Pandangan Millers dan Dollard bertitik tolak pada teori Hull yang kemudian dikembangkan menjadi teori tersendiri. Mereka berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu merupakan hasil belajar. Oleh karena itu untuk memahami tingkah laku sosial dan proses belajar sosial, kita harus mengetahui prinsip-prinsip psikologi Universitas Sumatera Utara belajar. Prinsip belajar itu terdiri dari 4, yakni dorongan drive, isyarat cue, tingkah laku balas respons, dan ganjaran reward. Keempat prinsip ini saling mengait satu sama lain, yaitu dorongan menjadi isyarat, isyarat menjadi respons, respons menjadi ganjaran, dan seterusnya. Dorongan adalah rangsangan yang sangat kuat terhadap organisme manusia untuk bertingkah laku. Stimulus-stimulus yang cukup kuat pada umumnya bersifat biologis seperti lapar, haus, seks, kejenuhan, dan sebagainya. Stimulus-stimulus ini disebut dorongan primer yang menjadi dasar utama untuk motivasi. Menurut Miller dan Dollard semua tingkah laku termasuk tingkah laku tiruan didasari oleh dorongan-dorongan primer ini. Isyarat adalah rangsangan yang menentukan bila dan dimana suatu respons akan timbul dan terjadi. Isyarat ini dapat disamakan dengan rangsangan diskriminatif. Didalam belajar sosial, isyarat yang terpenting adalah tingkah laku orang lain, baik yang langsung ditujukan orang tertentu maupun yang tidak, misalnya anggukan kepala merupakan isyarat untuk setuju, uluran tangan merupakan isyarat untuk berjabat tangan. Mengenai tingkah laku balas respons, mereka berpendapat bahwa manusia mempunyai hirarki bawaan tingkah laku. Pada saat manusia dihadapkan untuk pertama kali kepada suatu rangsangan tertentu maka respons tingkah laku balas yang timbul didasarkan pada hirarki bawaan tersebut. Setelah beberapa kali terjadi ganjaran dan hukuman maka tingkah laku balas yang sesuai dengan faktor-faktor penguat tersebut disusun menjadi hirarki resultan resultant hierarchy of respons. Disinilah pentingnya belajar dengan coba-coba dan ralat trial and error learning. Dalam tingkah laku sosial, belajar coba-ralat dikurangi dengan belajar tiruan dimana Universitas Sumatera Utara seseorang tinggal meniru tingkah laku orang lain untuk dapat memberikan respons yang tepat. Sehingga ia tidak perlu membuang waktu untuk belajar dengan coba-ralat. Ganjaran adalah rangsang yang menetapkan apakah tingkah laku balas diulang atau tidak dalam kesempatan yang lain. Menurut Miller dan Dollard ada 2 reward atau ganjaran, yakni ganjaran primer yang memenuhi dorongan-dorongan primer dan ganjaran sekunder yang memenuhi dorongan-dorongan sekunder. 2 Teori Belajar Sosial dari Bandura dan Walter Teori belajar sosial yang dikemukakan Bandura dan Walter ini disebut teori proses pengganti. Teori ini menyatakan bahwa tingkah laku tiruan adalah suatu bentuk asosiasi dari rangsang dengan rangsang lainnya. Penguat reinforcement memang memperkuat tingkah laku balas respons tetapi dalam proses belajar sosial, hal ini tidak terlalu penting. Aplikasi teori ini adalah apabila seseorang melihat suatu rangsang dan ia melihat model bereaksi secara tertentu terhadap rangsang itu maka dalam khayalan atau imajinasi orang tersebut, terjadi rangkaian simbol-simbol yang menggambarkan rangsang dari tingkah laku tersebut. Rangkaian simbol-simbol ini merupakan pengganti dari hubungan rangsang balas yang nyata dan melalui asosiasi, si peniru akan melakukan tingkah laku yang sama dengan tingkah laku model. Terlepas dari ada atau tidak adanya rangsang, proses asosiasi tersembunyi ini sangat dibantu oleh kemampuan verbal seseorang. Selain dari itu, dalam proses ini tidak ada cara-coba dan ralat trial and error yang berupa tingkah laku nyata karena semuanya berlangsung secara tersembunyi dalam diri individu. Hal yang penting disini adalah pengaruh tingkah laku model pada tingkah laku peniru. Menurut Bandura, pengaruh Universitas Sumatera Utara tingkah laku model terhadap tingkah laku peniru ini dibedakan menjadi 3 macam, yakni : a Efek modeling modelling effect, yaitu peniru melakukan tingkah-tingkah laku baru melalui asosiasi sehingga sesuai dengan tingkah laku model. b Efek menghambat inhibition dan menghapus hambatan disinhibition dimana tingkah-tingkah laku yang tidak sesuai dengan tingkah laku model dihambat timbulnya sedangkan tingkah laku yang sesuai dengan tingkah laku model dihapuskan hambatannya sehingga timbul tingkah laku yang dapat menjadi nyata. c Efek kemudahan facilitation effect, yaitu tingkah-tingkah laku yang sudah pernah dipelajari oleh peniru lebih mudah muncul kembali dengan mengamati tingkah laku model. Akhirnya Bandura dan Walter menyatakan bahwa teori proses pengganti ini dapat pula menerangkan gejala timbulnya emosi pada peniru yang sama dengan emosi yang ada pada model. Contohnya seseorang yag mendengar atau melihat gambar tentang kecelakaan yang mengerikan maka ia berdesis, menyeringai bahkan sampai menangis ikut merasakan penderitaan tersebut. 2.3.5. Motivasi Motivasi adalah faktor-faktor yang ada dalam diri seseorang yang menggerakkan mengarahkan perilakunya untuk memenuhi tujuan tertentu. Proses timbulnya motivasi seseorang merupakan gabungan dari konsep kebutuhan, dorongan, tujuan dan imbalan. Proses motivasi terdiri dari beberapa tahapan proses sebagai berikut; pertama, munculnya suatu kebutuhan yang belum terpenuhi Universitas Sumatera Utara menyebabkan adanya ketidakseimbangan dalam diri seseorang dan berusaha menguranginya dengan berperilaku tertentu. Kedua, seseorang mencari cara untuk memuaskan keinginan tersebut. Ketiga, seseorang mengarahkan perilakunya kearah pencapaian tujuan atau prestasi dengan cara-cara yang dipilihnya dengan didukung oleh kemampuan, keterampilan maupun pengalamannya. Keempat, penilaian prestasi dilakukan oleh diri sendiri atau orang lain atasan tentang keberhasilannya dalam mencapai tujuan. Kelima, imbalan atau hukuman yang diterima atau dirasakan tergantung kepada evaluasi prestasi yang dilakukan. Keenam, akhirnya seseorang menilai sejauh mana perilaku dan imbalan telah memuaskan kebutuhannya. Jika siklus motivasi tersebut telah memuaskan kebutuhannya, maka suatu keseimbangan atau kepuasan atas kebutuhan tertentu dirasakan. Motivasi juga dapat diartikan sebagai kekuatan energi seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri motivasi intrinsik maupun dari luar individu motivasi ekstrinsik. Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja prestasi seseorang. Dalam konteks studi psikologi, Abin Syamsuddin Makmun 2003 mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya: 1 durasi kegiatan; 2 Universitas Sumatera Utara frekuensi kegiatan; 3 persistensi pada kegiatan; 4 ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan; 5 devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan; 6 tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan; 7 tingkat kualifikasi prestasi atau produk output yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan; 8 arah sikap terhadap sasaran kegiatan. Untuk memahami tentang motivasi, kita akan bertemu dengan beberapa teori tentang motivasi, antara lain : 1 teori Abraham H. Maslow teori kebutuhan; 2 Teori McClelland teori kebutuhan berprestasi; 3 teori Clyton Alderfer teori ERG; 4 teori Herzberg teori dua faktor; 5 teori keadilan; 6 teori penetapan tujuan; 7 Teori Victor H. Vroom teori harapan; 8 teori penguatan dan modifikasi perilaku; dan 9 teori kaitan imbalan dengan prestasi. disarikan dari berbagai sumber : Winardi, 2001:69-93; Sondang P. Siagian, 286-294; Indriyo Gitosudarmo dan Agus Mulyono,183-190, Fred Luthan,140-167 Universitas Sumatera Utara Tabel 2.2. Jenis- jenis teori motivasi Jenis Karakteristik Teori Teori Kepuasan Teori Proses Berkaitan dengan faktor- faktor yang membangkitkan atau memulai perilaku Berkaitan dengan bagaimana perilaku digerakkan, diarahkan, didukung atau dihentikan Teori hierarki kebutuhan Teori Erg Teori dua faktor Teori kebutuhan akan prestasi Teori pengharapan Teori keadilan Teori penguatan Teori penetapan tujuan Sumber: Robbins 2006 2.4. Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana Banjir Bencana sesuai dengan Undang–Undang RI No.24 tahun 2007 adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, Universitas Sumatera Utara kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana banjir merupakan salah satu bencana alam yang memiliki intensitas tinggi. Konfrensi Sedunia tentang peredeman bencana memiliki lima prioritas aksi yaitu : 1 memastikan bahwa peredaman resiko bencana merupakan sebuah prioritas nasional dan lokal dengan dasar kelembagaan yang kuat untuk pelaksanaannya; 2 mengindentifikasi, menjajaki dan memonitor resiko-resiko bencana dan meningkatkan peringatan dini; 3 menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun sebuah budaya keselamatan dan ketahanan di semua tingkat; 4 meredam faktor-faktor resiko yang mendasari; 5 memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana demi respon yang efektif di semua tingkat. Penyelenggaraan penanggulangan bencana merupakan suatu manajemen pelayanan publik yang harus ditingkatkan kualitasnya baik dalam segi waktu, kenggulan produk pelayanan sendiri, pengurangan biaya untuk memperoleh pelayanan serta perlakuan yang semakin menempatkan konsumen atau rakyat sebagai pihak yang memiliki martabat Saefudin,1994:2 dalam waluyo,2007:132. Penyelenggaraan penanggulangan bencana menurut UU No.24 Tahun 2007 adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang beresiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi. Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB adalah lembaga pemerintah non departemen yang menggantikan Satkorlak PB ditingkat pusat. BNPB mempunyai tugas : 1 memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha Universitas Sumatera Utara penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi secara adil dan setara; 2 menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundangundangan; 3 menyampaikan informasi kegiatan penanggulangan bencana kepada masyarakat; 4 melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Presiden setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana; 5 menggunakan dan mempertanggungjawabkan sumbanganbantuan nasional dan internasional; 6 mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; 7 melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundangundangan; dan 8 menyusun pedoman pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD PP No. 08. 2008. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya BNPB dikoordinasikan oleh Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. BNPB terdiri atas : kepala, unsur pengarah penanggulangan bencana dan unsur pelaksana penanggulangan bencana. Dalam suatu siklus manajemen bencana memiliki tiga tahapan yaitu pra, saat tanggap darurat dan pasca bencana sesuai dengan UU No.24 Tahun 2007 pasal 33. Kesiapsiagaan merupakan suatu fase prabencana yang dilakukan pada situasi terdapat potensi bencana UU No.24 Tahun 2007, pasal 44. Kesiapsiagaan menurut UU No.24 Tahun 2007, bab 1 pasal 1 ayat 7 adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Menurut Susetyo, kesiapsiagaan adalah setiap aktivitas Universitas Sumatera Utara sebelum terjadinya bencana yang bertujuan untuk mengembangkan kapabilitas operasional dan memfasilitasi respon yang efektif ketika suatu bencana terjadi. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada fase kesiapsiagaan bencana banjir sesuai pedoman penanggulangan banjir yang dikeluarkan oleh Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Banjir BAKORNAS PB adalah 1 pemantauan cuaca; 2 pemantauan debit air sungai; 3 pengamatan peringatan dini; 4 penyebaran informasi; 5 inventarisasi kesiapsiagaan; 6 penyiapan peta rawan banjir; 7 penyiapan sumberdaya untuk tanggap darurat; 8 penyiapan alat-alat berat dan bahan banjiran; 9 penyiapan pompa air, mobil tangki air dan mobil tinja; 10 penyiapan tenaga medis dan paramedis dan ambulans; 11 penyiapan jalur evakuasi dan lokasi penampungan; 12 penyiapan keamanan. Adapun kegiatan kesiapsiagaan secara umum adalah : 1 kemampuan menilai resiko; 2 perencanaan siaga; 3 mobilisasi sumberdaya; 4 pendidikan dan pelatihan; 5 koordinasi; 6 mekanisme respon; 7 manajemen informasi; 8 gladi simulasi. Penjelasan dari hal–hal di atas adalah sebagai berikut : analisa resiko bencana meliputi identifikasi ancaman hazard, kerentanan vulnerability, analisis resiko bencana, penentuan tingkat resiko, pembuatan peta resiko bencana. Rencana kontinjensi meliputi menentukan suatu ancaman, membuat skenario kejadian, menyusun kebijakan penanganan, mengkaji kebutuhan, inventarisasi sumberdaya, pembuatan perencanaan setiap sektor, uji kaji dan kemutakhirkan. Mobilisasi sumberdaya meliputi : inventarisasi semua sumberdaya yang dimiliki oleh Universitas Sumatera Utara daerahsektor, identifikasi sumberdaya yang tersedia dan siap digunakan, identifikasi sumberdaya dari luar yang dapat dimobilisasi untuk keperluan darurat. Pendidikan dan pelatihan meliputi : melakukan pendidikan di sekolah-sekolah, melakukan pelatihan secara kontinu yaitu manajerial dan teknis operasional. Koordinasi meliputi membentuk forum koordinasi, menyelenggarakan pertemuan berkala secara rutin, saling bertukar informasi, menyusun rencana terpadu. Peringatan dini meliputi : penyampaian informasi yang tepat waktu dan efektif, melalui kelembagaan yang jelas, sehingga memungkinkan setiap individu yang terancam bahaya dapat mengambil langkah untuk menghindari atau mengurangi resiko dan mempersiapkan diri untuk melakukan upaya tanggap darurat yang efektif. Mekanisme respon yaitu menyiapkan posko, menyiapkan Tim Reaksi Cepat TRC, mempunyai prosedur tetap, menentukan incident commander, melakukan upaya penanganan di luar prosedur rutin. Manajemen informasi meliputi : menciptakan sistem yang mudah diakses, dimengerti dan disebarluaskan, informasi yang disampaikan harus : akurat accurate, tepat waktu timely, dapat dipercaya, mudah dikomunikasikan. Gladisimulasi meliputi : untuk menguji tingkat kesiapsiagaan, perlu dilakukan uji lapangan berupa gladi atau simulasi. Gladi atau simulasi harus dilakukan secara berkala, agar masyarakat dapat membiasakan diri. Strategi kesiapsiagaan memiliki tiga fokus yaitu : rencana teknis, manajemen logistik dan pelatihan Canton, 2007 : 184. Rencana Teknis terdiri dari rencana- rencana dan prosedur penting untuk mendukung strategi. Hal ini mencakup rencana Universitas Sumatera Utara teknis pada kondisi emergensi, pemulihan dan mitigasi. Manajemen logistik merupakan respon dari sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Perubahan paradigma penanggulangan bencana yaitu tidak lagi memandang penanggulangan bencana merupakan aksi pada saat situasi tanggap darurat tetapi penanggulangan bencana lebih diprioritaskan pada fase pra bencana yang bertujuan untuk mengurangi resiko bencana. Sehingga semua kegiatan yang berada dalam lingkup prabencana lebih diutamakan. 2.5. Landasan Teori Kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi Ilyas, 2001. Sedangkan menurut Mangkunegara 2000, kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya. Kinerja merupakan tolak ukur keberhasilan suatu organisasi. Pencapaian kinerja organisasi tidak terlepas oleh kinerja individu atau petugasnya. Untuk itu diperlukan evaluasi terhadap kinerja petugas jika dalam suatu organisi terdapat kinerja yang tidak optimal. Model teori kinerja Gibson 1987, bahwa kinerja dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor individu, psikologis dan organisasi. Adapun yang termasuk ke dalam faktor individu adalah kemampuan dan keterampilan, latar belakang dan demografi. Faktor psikologis terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian, pembelajaran dan motivasi. Universitas Sumatera Utara Sedangkan faktor organisasi terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, penghargaan, struktur dan job design. Faktor psikologi yang akan diteliti meliputi persepsi, sikap, kepribadian, pembelajaran dan motivasi. Persepsi adalah proses yang digunakan individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka dalam rangka memberikan makna kepada lingkungan. Teori atribusi merupakan teori penilaian persepsi yang didasarkan atas faktor eksternal dan internal. Perilaku ini juga meliputi tiga hal yaitu; 1 keunikan; 2 konsensus; 3 konsistensi. Sikap adalah keteraturan perasaan dan pikiran seseorang dan kecendrungan bertindak terhadap aspek lingkungannya Milton, 1981. Komponen sikap yaitu afektif, kognitif dan perilaku. Sikap juga memiliki tiga tipe menurut Robbins yaitu 1 kepuasan kerja yaitu merujuk kepada sikap umum individu terhadap pekerjaannya. Seorang yang memiliki sikap kerja tinggi menunjukkan sikap yang positif terhadap dunia kerjanya; 2 keterlibatan kerja yaitu mengukur derajat sejauh mana seseorang secara psikologis mengkaitkan dirinya dengan pekerjaannya dan menganggap tingkat kinerjanya penting bagi harga dirinya. Tingkat keterlibatan kerja yang tinggi terbukti berkaitan dengan rendahnya tingkat keabsenan dan pengunduran diri; 3 komitmen pada organisasi yaitu suatu keadaan dimana karyawan mengkaitkan dirinya ke organisasi tertentu dan sasaran-sasarannya serta berharap mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi itu. Kepribadian adalah cara dengan mana seseorang bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain Robbins,1993. Penyesuaian syarat-syarat pekerjaan dengan Universitas Sumatera Utara karakteristik kepribadian diungkapkan dengan sangat baik dalam teori kecocokan kepribadian – pekerjaan yang dikemukaakan oleh John Holland. Motivasi juga dapat diartikan sebagai kekuatan energi seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri motivasi intrinsik maupun dari luar individu motivasi ekstrinsik. Keterangan diatas dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.4. Model teori kinerja gibson 1985 Universitas Sumatera Utara 2.6. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan landasan teori, dapat dirumuskan kerangka konsep penelitian: Variabel Independen Variabel Dependen Gambar 2.5. Kerangka konsep penelitian Faktor individu petugas Satlak PB 1.Kemampuan Kinerja Faktor psikologis petugas Satlak PB 1. Persepsi 2. Sikap 3. Kepribadian 4. Belajar Universitas Sumatera Utara BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian