Pengaruh Beban Kerja Terhadap Komunikasi Terapeutik Perawat Kepada Pasien Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun 2011

(1)

PEKERJA INDONESIA MEDAN TAHUN 2011

TESIS

OLEH

DJALEMA SARAGI 097032057/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PEKERJA INDONESIA MEDAN TAHUN 2011

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

OLEH

DJALEMA SARAGI 097032057/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PENGARUH BEBAN KERJA TERHADAP KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT KEPADA PASIEN RUMAH SAKIT IMELDA

PEKERJA INDONESIA MEDAN TAHUN 2011

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak ada karya orang lain yang pernah diajukan untuk mendapatkan gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi swasta maupun negeri. Sepanjang pengetahuan saya juga tidak ditemukan pendapat atau karya orang lain yang telah pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara resmi tertulis dikutip dalam naskah ini dan dibuat dalam daftar pustaka.

Medan, Juni 2012


(4)

KEPADA PASIEN RUMAH SAKIT IMELDA PEKERJA INDONESIA MEDAN TAHUN 2011

Nama Mahasiswa : Djalema Saragi Nomor Induk Mahasiswa : 097032057

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Yeni Absah, S.E, M.Si) (Masnelly Lubis, S.Kep, M.A.R.S) Ketua Anggota

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(5)

Pada Tanggal : 24 April 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Yeni Absah, S.E, M.Si

Anggota : 1. Masnelly Lubis, S.Kep, M.A.R.S 2. Drs. Amir Purba, MA. Ph.D 3. dr. Heldy BZ, M.P.H


(6)

ABSTRAK

Komunikasi yang baik merupakan perilaku yang patut diperhitungkan dalam hubungan perawat dengan pasien di sebuah pusat pelayanan kesehatan. Perilaku

perawat sebagai tenaga kesehatan melalui komunikasi diharapkan sebagai ”obat”

awal secara psikologis bagi pasien. Tak dapat dipungkiri bahwa beban kerja tenaga kesehatan berdampak pada produktifitas dalam menangani pasien. Oleh karena perawat merupakan sumber daya yang sangat dibutuhkan pada Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia (RS IPI) maka untuk mewujudkan tujuan dan visi RS IPI maka dibutuhkan tenaga kesehatan yang memiliki komunikasi baik, lancar, santun dan bersahabat kepada pasien maupun keluarganya. Berdasarkan hal tersebut, penulis ingin meneliti pengaruh beban kerja dengan komunikasi terapeutik perawat kepada pasien di RS IPI.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh beban kerja (tanggung jawab dan personalia) terhadap komunikasi terapeutik (kemampuan, beradaptasi, mengatasi dan berhubungan) perawat terhadap pasien RS IPI. Penelitian ini dilaksanakan bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2011. Sampel yang diteliti sebanyak 58 orang dari populasi berjumlah 138 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada responden. Dengan bantuan program SPSS, data yang diperoleh kemudian dilakukan uji validitas (Pearson Product Moment) dan uji reliabilitas (Cronbach’s alpha) untuks setiap item kuisioner, uji univariat (karakteristik dan deskriptif) serta uji hipotesis dengan melakukan analisis korelasi variabel dengan menggunakan Persamaan Regresi Linier.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa semua item pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini semuanya valid dan reliabel. Dari hasil pengolahan data diperoleh bahwa beban kerja berpengaruh kuat terhadap komunikasi terapeutik antara perawat dengan pasien di Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia (RS IPI) dengan tingkat keyakinan 99% (=0,01) diperoleh rhitung (0,509) > rtabel (0,336). Nilai koefisien

determinasi sebesar 0,259 yang berarti 25,9% komunikasi terapeutik dipengaruhi oleh beban kerja perawat. Hubungan antara beban kerja dan komunikasi terapeutik memiliki koefisien regresi searah dan berarti serta dan memiliki linieritas.


(7)

ABSTRACT

Good communication is fitting behaviour is calculated in nurse connection with patient at a well-being service centre. Nurse behaviour as well-being energy passes supposed communication as ”medicine” beginning according to psychologist for patient. Undeniable that well-being energy work lo affect in productivity in handle patient. Because nurse is resource wanted in Imelda Pekerja Indonesia Hospital (RS IPI) so to realize aim so much and point of view RS IPI so wanted well-being energy that has good communication, fluent, well mannered and amicable to also the family based on the mentioned, author wants to canvass work lo influence with communication therrapheutic nurse to patient at RS IPI.

This research aim analyzes work lo influence (responsibility and personnel) towards communication therrapheutic (ability, adapt, overcome and connected) nurse towards patient RS IPI. This research is done on March up to May 2011. Sample that canvassed as much as 58 person from populations numbers 138 person. Data collecting is done with distribute quezionare to respondent. constructively program SPSS, data that got then done validity test (Pearson Product Moment) and test reliability (cronbach's alpha) each every item quezionare, test univariat (characteristics and descriptive) with hypothesis test with do variable correlation analysis by using linear regression similarity.

By research result is got that any question item that used in this research all valid and reliabel. from data processing result is got that strong influential work ability towards communication therrapheutic between nurse with patient at Imelda Pekerja Indonesia hospital (RS IPI) with confidence level 99% (a=0,01) is get rcount (0,509) > rtable (0,336). determination coefficient value equal 0,259 that mean 25,9% communication therrapheutic influenced by nurse work ability. Connection between work ability and communication therrapheutic has unidirectional regression coefficient and has regression linierity.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas seluruh berkat dan anugrah serta kasihNya bimbinganNya sehingga penulis dapat menyelesaikan dan menyusun tesis ini dengan judul “Pengaruh Beban Kerja Terhadap Komunikasi Terapeutik Perawat Kepada Pasien Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun 2011“

Penulisan tesis ini adalah merupakan salah satu syarat akademik untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi Strata 2 Ilmu Kesehatan Masyarakat dengan Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bimbingan, petunjuk, dorongan, dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A (K).

2. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Dr. Drs. Surya Utama, M.S. yang telah memberikan kesempatan menjadi mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si.


(9)

4. Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si.

5. Ketua Komisi Pembimbing Dr. Yeni Absah, S.E, M.Si dan anggota komisi pembimbing Masnelly Lubis, S.Kep, M.A.R.S. yang telah meluangkan waktu dengan penuh perhatian dan kesabaran untuk membimbing, mengarahkan mulai pembuatan proposal hingga penulisan tesis ini selesai.

6. Komisi Penguji Drs. Amir Purba, M.S, Ph.D. dan dr. Heldy BZ, M.P.H. yang telah banyak memberikan masukan, saran, bimbingan mulai penulisan proposal sampai penulisan tesis.

7. Bapak ketua Yayasan Imelda Medan, dr. H.R.I. Ritonga, MSc. yang telah memberi izin untuk melanjut pada program studi Strata 2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Kordinator Pendidikan/Direktur Pelaksana RS IPI Medan, dr. Imelda Liana Ritonga, S.Kp, M.Pd, MN, yang telah banyak membantu terlaksananya penelitian di Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia Medan.

9. Ns. Sundria Liana Ritonga, SS. S.Kep. M.Pd. Mn. (Aust), selaku Direktris Akademi Keperawatan Imelda Medan, sebagai tempat penulis bekerja, yang telah banyak memberi kemudahan dan kelonggaran selama penulis dalam pendidikan.

10.Seluruh dosen dan staf di lingkungan program studi strata 2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(10)

11.Seluruh rekan-rekan, khususnya seangkatan tahun 2009 minat studi PKIP yang tidak dapat penulis sebut namanya satu persatu.

12.Isteri tercinta T.R. br Manurung, anak-anakku sebelas (11) orang (dua kali kembar) menantu sembilan (9) orang beserta cucu dua puluh satu (21) orang yang turut mendoakan penulis selama masa pendidikan.

Akhir kata bahwa penulis menyadari dalam segala keterbatasan, menyatakan bahwa tesis ini belum sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari segala kalangan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan semoga kiranya tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan, khususnya pengambil kebijakan di Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia Medan, dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, Juni 2012 Penulis


(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Simarmata (Samosir) pada tanggal, 20 Oktober tahun 1945 yang diberi nama oleh orang tua yaitu Djalema Saragi, anak terakhir dari delapan bersaudara dari pasangan ayahanda Djulius Saragi dengan ibunda Gokmanim br Situngkir dan penulis beragama Kristen Protestan, bertempat tinggal di Jalan Sei Mencirim No. 167 Medan.

Pada tahun 1954 masuk pendidikan dasar di Sekolah Rakyat (SR) Negeri 1 Serbalawan tamat pada tanggal 15 Juli 1959. Pada tahun 1960 melanjut ke pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri Pematang Bandar, tamat pada tanggal 17 Juli 1962. Pada tahun 1963 melanjut ke pendidikan Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas (SMA) Taman Siswa Tebing Tinggi, tamat pada tanggal, 16 Juli 1965.

Oleh karena sosial ekonomi, penulis tidak bisa melanjut ke perguruan tinggi. Selama beberapa tahun dari tahun 1966 sampai tahun 1979 bekerja sebagai wiraswasta dengan profesi tukang jahit.

Kemudian pad akhir tahun 1979, penulis melanjut ke perguruan tinggi pada Akademi Perawatan Darma Agung Medan, tamat pada tanggal 9 Agustus 1983, dan setelah tamat penulis meniti karir sebagai staf pengajar di Akademi Perawatan Darma Agung Medan. Setelah beberapa tahun pindah kerja ke Yayasan Imelda Medan juga sebagai staf pengajar pada Akademi Perawatan Imelda Medan hingga sekarang.

Kemudian pada tahun 1996 penulis melanjut ke program strata satu (S1) dengan program studi Manajemen Pendidikan, minat studi Administrasi Pendidikan di


(12)

Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Medan (IKIP), tamat pada tanggl 16 Oktober 1999. Kemudian sambil bekerja pada tahun 2009 penulis melanjut ke pendidikan paska sarjana Universitas Sumatera Utara, Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat dengan minat studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku (PKIP) melalui program (BPPS).


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 12

1.3. Tujuan Penelitian ... 12

1.4. Hipotesis ... 12

1.5. Manfaat Penelitian ... 12

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1. Komunikasi ... 13

2.1.1. Pengertian Komunikasi ... 13

2.1.2. Komunikasi Antar Manusia ... 14

2.1.3. Komunikasi Kesehatan ... 15

2.1.4. Jenis-Jenis Komunikasi ... 15

2.1.5. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Komunikasi ... 18

2.1.6. Lima Hukum Komunikasi yang Efektif ... 21

2.2. Perawat ... 26

2.2.1. Pengertian Perawat ... 26

2.2.2. Sifat-sifat Dasar dari Dedikasi Perawat ... 28

2.2.3. Peran Perawat ... 29

2.2.4. Tugas Pokok dan Fungsi Perawat ... 31

2.2.4.1. Tugas Pokok Perawat ... 31

2.2.4.2. Fungsi Perawat ... 31

2.3. Pasien ... 32

2.3.1. Pengertian Pasien ... 32

2.3.2. Jenis-Jenis Pasien ... 33

2.4. Rumah Sakit ... 33

2.4.1. Pengertian Rumah Sakit ... 33

2.4.2. Jenis-jenis Rumah Sakit ... 35

2.4.3. Mutu Pelayanan di Rumah Sakit ... 36

2.5. Landasan Teoritis ... 37

2.5.1. Beban Kerja ... 37


(14)

2.5.3. Rasio Jumlah Perawat : Pasien... 41

2.5.4. Komunikasi Terapeutik ... 41

2.5.5. Tujuan Komunikasi Terapeutik ... 44

2.6. Kerangka Konsep ... 45

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 47

3.1. Jenis Penelitian ... 47

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 47

3.2.1.Lokasi Penelitian ... 47

3.2.2.Waktu Penelitian ... 47

3.3. Populasi dan Sampel ... 47

3.3.1.Populasi ... 47

3.3.2.Sampel ... 48

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 49

3.4.1.Jenis dan Sumber Data ... 49

3.4.2.Uji Validitas dan Reliabilitas ... 50

3.5.Variabel dan Definisi Operasional ... 50

3.5.1.Variabel Penelitian ... 50

3.5.2.Definisi Operasional ... 51

3.6. Metode Pengukuran ... 53

3.7. Metode Analisis Data ... 55

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 58

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 58

4.1.1. Visi dan Misi Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia ... 59

4.1.2. Falsafah dan Motto RS-IPI ... 60

4.1.3. Struktur Organisasi RS-IPI ... 60

4.1.4. Tugas dan Wewenang Personel Bagian ... 62

4.2. Hasil Penelitian ... 63

4.2.1. Analisa Univariat ... 64

4.2.1.1.Karakteristik Responden Penelitian ... 65

4.2.1.2.Karakteristik Aspek Beban Kerja Tanggung Jawab .. 67

4.2.1.3.Karakteristik Aspek Beban Kerja Personalia ... 69

4.2.1.4.Karakteristik Aspek Komunikasi Terapeutik – Kemampuan ... 71

4.2.1.5.Karakteristik Aspek Komunikasi Terapeutik – Beradaptasi ... 72

4.2.1.6.Karakteristik Aspek Komunikasi Terapeutik – Mengatasi ... 74

4.2.1.7.Karakteristik Aspek Komunikasi Terapeutik – Berhubungan ... 76

4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 78

4.3.1. Uji Validitas ... 78


(15)

4.4. Analisis Deskriptif ... 82

4.5. Analisis Deskripsi ... 83

4.5.1. Data Deskripsi Tentang Beban Kerja ... 85

4.5.2. Data Deskripsi Tentang Komunikasi Terapeutik ... 87

4.6. Uji Hipotesis ... 88

4.6.1. Analisis Regresi dan Korelasi Beban Kerja (X) terhadap Komunikasi Terapeutik (Y) ... 88

4.6.2. Menguji Keberartian Regresi dan Linieritas ... 89

4.6.3. Koefisien Korelasi Beban Kerja Terhadap Komunikasi Terapeutik ... 91

4.6.4. Menguji Keberartian Koefisien Korelasi ... 91

BAB 5. PEMBAHASAN ... 94

5.1. Pengaruh Beban Kerja (Personalia) Terhadap Komunikasi Terapeutik (Kemampuan, Beradaptasi, Mengatasi, Berhubungan... 94

5.1.1. Pengaruh Beban Kerja (Personalia) terhadap Komunikasi Terapeutik (Kemampuan Perawat) ... 95

5.1.2. Pengaruh Beban Kerja (Personalia) terhadap Komunikasi Terapeutik (Cara Perawat Beradaptasi dengan Pasien) ... 95

5.1.3. Pengaruh Beban Kerja (Personalia) terhadap Komunikasi Terapeutik (Cara Perawat Mengatasi Pasien) ... 96

5.1.4. Pengaruh Beban Kerja (Personalia) terhadap Komunikasi Terapeutik (Cara Perawat Berhubungan dengan Pasien) ... 97

5.2. Pengaruh Beban Kerja (Tanggung Jawab) terhadap Komunikasi Terapeutik(Kemampuan, Beradaptasi, Mengatasi, Berhubungan) ... 97

5.2.1. Pengaruh Beban Kerja ( Tanggung Jawab ) terhadap Komunikasi Terapeutik (Kemampuan Perawat) ... 97

5.2.2. Pengaruh Beban Kerja ( Tanggung Jawab ) terhadap Komunikasi Terapeutik (Cara Perawat Beradaptasi dengan Pasien) ... 98

5.2.3. Pengaruh Beban Kerja ( Tanggung Jawab ) terhadap Komunikasi Terapeutik (Cara Perawat Mengatasi Pasien) .... 99

5.2.4. Pengaruh Beban Kerja (Tanggung Jawab ) terhadap Komunikasi Terapeutik (Cara Perawat Berhubungan dgn Pasien) ... 99

5.3. Pengaruh Beban Kerja terhadap Komunikasi Terapeutik ... 100

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 102

6.1. Kesimpulan ... 102

6.2. Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 105


(16)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1.1. Perawat yang keluar masuk RS_IPI Medan tahun 2010 ... 6

1.2. BOR RS-IPI Medan tahun ... 7

1.3. Pasien Rawat Inap RS-IPI Medan tahun 2010 ... 8

1.4. Pasien Rawat Jalan RS-IPI Medan tahun 2010 ... 8

3.1. Perincian Jumlah sampel setiap ruangan RS-IPI Medan ... 49

3.2. Definisi Operasional Variabel Independen (X) Beban Kerja ... 51

3.3. Definisi Operasional Variabel Dependen (Y) Komunikasi Tereapeutik ... 52

3.4. Lay Out Aspek Beban Kerja ... 55

3.5. Lay Out Aspek Komunikasi Terapeutik ... 55

3.6. Nilai Alternatif Jawaban ... 56

3.7. Skala Nilai Kategori Jawaban ... 56

3.8. Komunikasi Terapeutik dari Perawat Rumah Sakit terhadap Pasien ... 57

4.1. Data Ruangan dan Jumlah Perawat Setiap Ruangan RS IPI ... 59

4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 64

4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 65

4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 66

4.5. Karakteristik Responden berdasarkan Lama Kerja ... 66

4.6. Hasil Uji Validitas Instrumen Pertanyaan Kuisioner... 79


(17)

4.8. Rekapitulasi Hasil Penelitian tentang Deskripsi Jawaban Responden

tentang Pengaruh Beban Kerja terhadap Komunikasi Terapeutik ... 83

4.9. Rangkuman Statistik Deskriptif Hasil Pengolahan Data ... 85

4.10. Penyebaran Frekuensi Beban Kerja ... 86

4.11. Penyebaran Frekuensi Komunikasi Terapeutik ... 87

4.12. Hasil Regresi dan Korelasi Beban Kerja terhadap Komunikasi Terapeutik 88 4.13. Daftar Anova untuk Uji Signifikansi dan Linieritas Regresi... 89

4.14. Hasil Perhitungan Anova Beban Kerja terhadap Komunikasi Terapeutik .. 90

4.15. Hasil Perhitungan Anova (b) Beban Kerja terhadap Komunikasi Terapeutik ... 90

4.16. Hasil Perhitungan Nilai Rhitung dan R² ... 91

4.17. Hasil Perhitungan Nilai thitungKeberartian Koefisien Korelasi ... 91

4.18. Hasil Perhitungan Signifikansi Koefisien Korelasi Beban Kerja terhadap Komunikasi Terapeutik ... 92

4.19. Hasil Perhitungan Chi Kuadrat antara Variabel Beban Kerja dan Komunikasi Terapeutik ... 92


(18)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 108

2. Data-data Responden Penelitian ... 113

3. Hasil Analisa Deskriptif Beban Kerja dengan Komuniksi Terapeutik ... 115

4. Analisa Korelasi Beban Kerja dengan Komunikasi Terapeutik ... 117

5. Analisa Frekuensi Karakteristik Pertanyaan Frequency Table ... 118

6. Struktur Organisasi Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia ... 125 7. Surat Ijin Penelitian.


(20)

ABSTRAK

Komunikasi yang baik merupakan perilaku yang patut diperhitungkan dalam hubungan perawat dengan pasien di sebuah pusat pelayanan kesehatan. Perilaku

perawat sebagai tenaga kesehatan melalui komunikasi diharapkan sebagai ”obat”

awal secara psikologis bagi pasien. Tak dapat dipungkiri bahwa beban kerja tenaga kesehatan berdampak pada produktifitas dalam menangani pasien. Oleh karena perawat merupakan sumber daya yang sangat dibutuhkan pada Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia (RS IPI) maka untuk mewujudkan tujuan dan visi RS IPI maka dibutuhkan tenaga kesehatan yang memiliki komunikasi baik, lancar, santun dan bersahabat kepada pasien maupun keluarganya. Berdasarkan hal tersebut, penulis ingin meneliti pengaruh beban kerja dengan komunikasi terapeutik perawat kepada pasien di RS IPI.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh beban kerja (tanggung jawab dan personalia) terhadap komunikasi terapeutik (kemampuan, beradaptasi, mengatasi dan berhubungan) perawat terhadap pasien RS IPI. Penelitian ini dilaksanakan bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2011. Sampel yang diteliti sebanyak 58 orang dari populasi berjumlah 138 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada responden. Dengan bantuan program SPSS, data yang diperoleh kemudian dilakukan uji validitas (Pearson Product Moment) dan uji reliabilitas (Cronbach’s alpha) untuks setiap item kuisioner, uji univariat (karakteristik dan deskriptif) serta uji hipotesis dengan melakukan analisis korelasi variabel dengan menggunakan Persamaan Regresi Linier.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa semua item pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini semuanya valid dan reliabel. Dari hasil pengolahan data diperoleh bahwa beban kerja berpengaruh kuat terhadap komunikasi terapeutik antara perawat dengan pasien di Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia (RS IPI) dengan tingkat keyakinan 99% (=0,01) diperoleh rhitung (0,509) > rtabel (0,336). Nilai koefisien

determinasi sebesar 0,259 yang berarti 25,9% komunikasi terapeutik dipengaruhi oleh beban kerja perawat. Hubungan antara beban kerja dan komunikasi terapeutik memiliki koefisien regresi searah dan berarti serta dan memiliki linieritas.


(21)

ABSTRACT

Good communication is fitting behaviour is calculated in nurse connection with patient at a well-being service centre. Nurse behaviour as well-being energy passes supposed communication as ”medicine” beginning according to psychologist for patient. Undeniable that well-being energy work lo affect in productivity in handle patient. Because nurse is resource wanted in Imelda Pekerja Indonesia Hospital (RS IPI) so to realize aim so much and point of view RS IPI so wanted well-being energy that has good communication, fluent, well mannered and amicable to also the family based on the mentioned, author wants to canvass work lo influence with communication therrapheutic nurse to patient at RS IPI.

This research aim analyzes work lo influence (responsibility and personnel) towards communication therrapheutic (ability, adapt, overcome and connected) nurse towards patient RS IPI. This research is done on March up to May 2011. Sample that canvassed as much as 58 person from populations numbers 138 person. Data collecting is done with distribute quezionare to respondent. constructively program SPSS, data that got then done validity test (Pearson Product Moment) and test reliability (cronbach's alpha) each every item quezionare, test univariat (characteristics and descriptive) with hypothesis test with do variable correlation analysis by using linear regression similarity.

By research result is got that any question item that used in this research all valid and reliabel. from data processing result is got that strong influential work ability towards communication therrapheutic between nurse with patient at Imelda Pekerja Indonesia hospital (RS IPI) with confidence level 99% (a=0,01) is get rcount (0,509) > rtable (0,336). determination coefficient value equal 0,259 that mean 25,9% communication therrapheutic influenced by nurse work ability. Connection between work ability and communication therrapheutic has unidirectional regression coefficient and has regression linierity.


(22)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu tujuan dari pembangunan kesehatan di Indonesia adalah upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Untuk memperoleh derajat kesehatan yang optimal dibutuhkan pelayanan yang berkualitas yang harus dapat dilaksanakan di seluruh sarana pelayanan kesehatan baik yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun oleh pihak swasta. Dengan pelayanan kesehatan yang bermutu diharapkan masyarakat akan memperoleh derajat kesehatan yang sesuai dengan harapan. Bagaimanapun kualitas pelayanan yang diberikan, hal ini erat kaitannya dengan perilaku si penerima pelayanan kesehatan tersebut, artinya diharapkan agar setiap pasien turut berpartisipasi dalam mengatasi masalah kesehatan mereka sendiri.

Perilaku adalah faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat (Blum, 1974). Oleh sebab itu, untuk membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat, intervensi atau upaya yang ditujukan kepada faktor perilaku sangat penting dan strategis, mengingat pengaruh yang ditimbulkannya.

Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku manusia sehingga komunikasi dikembangkan dan dipelihara secara terus menerus. Komunikasi bertujuan untuk memudahkan, melancarkan, melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu dalam rangka mencapai tujuan optimal, baik komunikasi dalam


(23)

lingkup pekerjaan maupun hubungan antara manusia (Mundakir, 2006). Sebagai tenaga kesehatan yang paling lama dan sering berinteraksi dengan

pasien (klien), perawat diharapkan dapat menjadi “obat” secara psikologis. Kehadiran dan interaksi yang dilakukan perawat hendaknya membawa kenyamanan dan kerinduan bagi klien.

Komunikasi yang direncanakan secara sadar dan bertujuan serta kegiatannya difokuskan untuk kesembuhan pasien, dan merupakan komunikasi profesional yang mengarah pada tujuan untuk penyembuhan pasien yang dilakukan oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya oleh Heri Purwanto (1994) disebut sebagai komunikasi terapeutik. Komunikasi senantiasa berperan penting dalam proses kehidupan. Komunikasi merupakan inti dari kehidupan sosial manusia dan merupakan komponen dasar dari hubungan antar manusia. Banyak permasalahan yang menyangkut manusia dapat diidentifikasi dan dipecahkan melalui komunikasi, tetapi banyak pula hal-hal kecil dalam kehidupan manusia menjadi permasalahan besar karena komunikasi.

Komunikasi pada kakekatnya adalah suatu proses sosial. Sebagai proses sosial, dalam komunikasi selain terjadi hubungan antar manusia juga terjadi interaksi saling memengaruhi (Anwar, 1998). Dengan kata lain komunikasi adalah inti dari semua hubungan sosial. Apabila dua orang atau lebih telah mengadakan hubungan sosial, maka sistem komunikasi yang mereka lakukan akan menentukan apakah sistem tersebut dapat mempererat atau merenggangkan hubungan, menurunkan atau menambah ketegangan serta menambah kepercayaan atau menguranginya.


(24)

Sebagaimana diuraikan diatas, bahwa setiap hubungan sosial antara perawat dengan pasien, bisa saja tidak sesuai dengan yang diharapkan, hal ini berhubungan erat dengan beban kerja. Beban kerja berkaitan erat dengan produktivitas tenaga kesehatan, dimana 53,2 % waktu yang benar-benar produktif yang digunakan untuk pelayanan kesehatan langsung dan sisanya, 46,8 % digunakan untuk kegiatan penunjang (Ilyas, 2000). Standar beban kerja tenaga kesehatan berdasarkan standar nasional yaitu jumlah jam kerja perawat dalam satu minggu adalah 40 jam, bila hari kerja efektif 5 hari perminggu maka 40/5 = 8 jam perhari, bila hari kerja efektif 6 hari perminggu, maka 40/6 = 6,6 jam perhari dibulatkan menjadi 7 jam perhari. (Depkes RI, 2006) dalam Sadariah (2008).

Rumah Sakit sebagai institusi tempat perawat bekerja yang bersifat sosio ekonomi mempunyai fungsi dan tugas pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan penuh tanggung jawab. Kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit sangat tergantung pada kapasitas dan kualitas tenaga kesehatan yang bertugas di institusi pelayanan kesehatan tersebut. Perawat sebagai tenaga kesehatan merupakan sumber daya manusia (SDM) merupakan sumber daya yang sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan rumah sakit, sekaligus mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk mencapai hal tersebut diharapkan agar perawat di Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia Medan berperan secara aktif dan penuh tanggung jawab yaitu berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan dengan memperhatikan kebutuhan dasar pasien/masyarakat, dan berperan sebagai advokasi yaitu melindungi pasien dari segala sesuatu yang dapat mengganggu kesehatannya, selanjutnya


(25)

sebagai edukator yaitu memberi pengetahuan kepada masyarakat melalui promosi kesehatan agar mereka dapat merubah perilakunya sehingga dapat merawat diri sendiri tanpa mengharapkan bantuan orang lain, dan yang tidak kalah pentingnya adalah berperan sebagai konsultan yaitu agar perawat selalu siap untuk menerima masyarakat yang menyampaikan keluhannya yang berkaitan dengan kesehatannya.

Hubungan yang harmonis antara perawat rumah sakit dengan pasien melalui komunikasi terapeutik maka pasien menerima pelayanan kesehatan merasa nyaman. Apalagi jika perawat rumah sakit menjalankan kebijakan iklim komunikasi bebas buka pintu (Russel, 2000) hal ini dapat diartikan, 24 jam terbuka pintu terhadap pasien

untuk membicarakan yang berhubungan dengan masalah kesehatannya. Sehubungan dengan hal tersebut diatas perawat sebagai sumber daya manusia

mempunyai berbagai ragam kebutuhan yang harus dipenuhi. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan inilah dianggap sebagai motivasi atau pendorong maupun penggerak bagi setiap perawat yang bekerja di rumah sakit, untuk melakukan tugasnya dengan penuh tanggung jawab dan berkualitas.

Manajemen rumah sakit harus bisa menciptakan suasana yang harmonis dengan cara memahami apa saja yang menjadi kebutuhan, keinnginan karyawannya,

dan harapan pasien dengan cara memelihara komunikasi terapeutik agar para perawat merasa kondusif dalam melaksanakan asuhan kepereawatan terhadap pasien. Oleh

karena itu pimpinan rumah sakit perlu memberikan balas jasa yang sesuai dengan kontribusi mereka.


(26)

Rumah sakit selaku perusahaan yang bergerak dalam bidang kesehatan dan sosial juga menyadari bahwa dalam usaha pencapaian tujuan perusahaan dibutuhkan tingkat produktivitas kerja yang tinggi. Setiap perusahaan ingin menjadi perusahaan yang dapat bekerja secara efisien sekaligus produktif dan mampu mengikuti perkembangan zaman. Hal ini juga disadari oleh pimpinan Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia Medan bahwa prestasi kerja karyawan yang baik akan mengakibatkan prestasi kerja perusahaan menjadi baik pula dan sekaligus meningkatkan citra rumah sakit. Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia (RS-IPI) Medan memiliki pegawai atau perawat yang relatif sedikit yakni 138 orang tersebar merata di seluruh sarana yang ada. Salah satu keberhasilan pelayanan kesehatan adalah ketika seorang perawat mampu mengkomunikasikan secara gamblang dan jelas apa yang menjadi tujuan organisasi dalam hal ini tujuan rumah sakit, untuk memenuhi kebutuhan pasien sehingga dibutuhkan suatu bentuk komunikasi yang intens atau komunikasi terapeutik kepada setiap pasien yang ada di RS-IPI Medan, dari perawat

rumah sakit. Rumah Sakit (RS) sebagai ujung tombak pembangunan dan

pelayanan kesehatan masyarakat, tetapi tidak semua rumah sakit yang ada di Indonesia memiliki standar pelayanan dan kualitas yang sama. Semakin ketatnya persaingan diantara rumah sakit, serta pelanggan yang semakin selektif dan berpengetahuan menilai yang baik, mengharuskan perawat Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia Medan selaku salah satu pemberi jasa pelayanan kesehatan, agar selalu berusaha meningkatkan kualitas pelayanannya.


(27)

Melalui survey awal yang dilakukan, diperoleh data selama periode tahun 2010, pegawai (perawat) yang keluar masuk di Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia Medan adalah seperti pada Tabel 1. 1.

Tabel 1.1 Perawat Yang Keluar Masuk RS IPI Medan Tahun 2010

No Bulan Masuk % Keluar %

01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 Januari Februari M a r e t A p r i l M e i J u n i J u l i Agustus September Oktober Nopember Desember 3 orang 6 orang 2 orang 1 orang 5 orang 1 orang 7 orang 21 orang - 3 orang 7 orang 5 orang 2,17 4,35 1,45 0,72 3,62 0,71 5,07 15,22 - 2,17 5,07 3,62 3 orang 4 orang 2 orang 1 orang 4 orang 1 orang 4 orang 5 0rang - 4 orang 4 orang 2 orang 2,17 2,90 1,45 0,72 2,90 0,72 2,90 3,62 - 2,90 2,90 1,45 Jumlah 61 orang 44,20 34 orang 24,64

Sumber: Bagian Personalia RS IPI Medan, 2010

Berdasarkan data Tabel 1.1 jumlah perawat yang masuk adalah sebanyak 61 orang (44,20 %) dan yang keluar sebanyak 34 orang (24,64 %) atas permintaan sendiri tanpa diketahui alasan yang jelas, dengan demikian dapat diprediksi seakan-akan perawat (pegawai) merasa tidak betah untuk bekerja sebagai perawat di Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia Medan karena setiap bulan selalu ada yang mengundurkan diri. Para perawat (pegawai) mengundurkan diri atas permintaan sendiri tanpa memberikan alasan yang jelas.

Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia (RS-IPI) Medan merupakan jenis


(28)

spesialis terbatas. Jumlah kunjungan pasien di bangsal rawat inap di Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia Medan dalam pengamatan selama satu tahun 2010 menunjukkan angka Bed Occupancy Rate (BOR) adalah seperti pada Tabel 1.2.

Tabel 1. 2 BOR RS IPI Medan Tahun 2010

No Bulan % 01 Januari 42,39 02 Februar 44,76 03 M a r e t 48,94 04 A p r i l 37,78 05 M e i 41,96 06 J u n i 36,61 07 J u l i 38,78 08 Agustus 41,79 09 September 33,95 10 Oktober 48,36 11 Nopember 52,51 12 Desember 54,98

Sumber: Bagian Rekam Medik RS IPI Medan,2010

Dengan demikian rata-rata angka Bed Occuppancy Rate (BOR) RS. IPI Medan adalah menunjukkan angka 43,57 %. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa BOR RS. IPI Medan masih rendah, karena angka idealnya adalah: 75 % - 85 %. Hal

ini menunjukkan bahwa pasien kunjungan berobat ulang semakin kecil. Setelah Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia Medan dihunjuk oleh

Pemerintah sebagai rumah sakit pekerja Indonesia pada tahun 2004 dengan Surat Keputusan (perpanjangan) HK. 07. 06/III/522/08. 19 Februari s/d 19 Februari 2013. Berdasarkan data tahun 2010 perbandingan jumlah kunjungan pasien pekerja (perusahaan) dan pasien umum maupun pasien yang tidak mampu yang menjadi tanggungan pemerintah, yang terdiri dari rawat inap adalah seperti pada Tabel 1.3.


(29)

Tabel 1. 3 Pasien Rawat Inap RS IPI Medan Tahun 2010. No Bulan Perusahaan: Jamsostek Jkk, Jpkm Umum: Pribadi, Asuransi Tidak Mampu: Jamkesmas, Medan Sehat 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 Januari Februari M a r e t A p r i l M e i J u n i J u l i Agustus September Oktober Nopember Desember 415 orang 317 orang 243 orang 201 orang 236 orang 203 orang 203 orang 240 orang 197 orang 250 orang 262 orang 128 orang 260 orang 192 orang 204 orang 239 orang 259 orang 257 orang 272 orang 255 orang 200 orang 263 orang 227 orang 230 orang 253 orang 276 orang 362 orang 214 orang 237 orang 215 orang 224 orang 233 orang 195 orang 280 orang 235 orang 174 orang Jumlah 2894 orang 2858 orang 2998 orang

Sumber: Bagian Rekam Medik RS IPI Medan, 2010

Bila diperhatikan data rawat inap pada Tabel 1.3 relatif keadaan berimbang.

Data tahun 2010 pasien rawat jalan (perusahaan, umum, tak mampu) pada Tabel 1.4. Tabel 1.4 Pasien Rawat Jalan RS IPI Medan Tahun 2010.

No Bulan Perusahaan: Jamsostek, Jkk, Jpkm Umum: Pribadi, Asuransi Tidak Mampu: Jamkesmas, Medan Sehat 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 Januari Februari M a r e t A p r i l M e i J u n i J u l i Agustus September Oktober Nopember Desember 1495 orang 1235 orang 1605 orang 1276 orang 1487 orang 1399 orang 1655 orang 1664 orang 1393 orang 1523 orang 1572 orang 1080 orang 363 orang 410 orang 411 orang 410 orang 426 orang 435 orang 412 orang 435 orang 392 orang 436 orang 473 orang 385 orang 268 orang 273 orang 215 orang 308 orang 399 orang 265 orang 298 orang 201 orang 280 orang 367 orang 314 orang 319 orang Jumlah 17.384 orang 4988 orang 3507 orang


(30)

Dari Tabel 1.4. maka dapat dinyatakan bahwa pasien rawat jalan perusahaan jauh lebih tinggi bila dibanding dengan pasien umum, maupun pasien tidak mampu

atau tanggungan pemerintah. Berdasarkan Tabel 1.3. pasien rawat inap dan Tabel 1.4 pasien rawat jalan

jumlah keseluruhan adalah jumlah pasien rawat inap ditambah dengan jumlah pasien rawat jalan adalah 34629 orang. Dengan demikian ratio pasien rawat inap dan rawat jalan dengan perawat selama periode tahun 2010 adalah total seluruh pasien perusahaan ditambah pasien umum dan pasien tidak mampu dibagi seluruh perawat Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia Medan. Jadi ratio perawat dengan pasien adalah, 34629/138 = 251 orang pertahun. Jadi bila dihitung ratio perbulan adalah, 251/12 = 21 orang, boleh dikatakan rata-rata pasien yang membutuhkan pelayanan kesehatan perhari adalah, 1(satu) orang. Dari perhitungan ratio tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa waktu yang dibutuhkan perawat untuk melayani seorang pasien sangat cukup. Maka dengan demikian komunikasi terapeutik dari seorang perawat terhadap pasien diharapkan dapat berjalan secara efektif dan efisien atau sesuai dengan harapan, dengan demikian pasien merasa puas dan diharapkan akan loyal untuk berobat ulang. Perawat rumah sakit merupakan petugas barisan terdepan didalam struktur organisasi rumah sakit. Sebagai barisan terdepan tentunya perawat diharapkan harus mampu menjadi pengayom bagi seluruh pasien yang ada terutama bagi pasien yang dalam keadaan krisis. Perawat sebagai ujung tombak bagi pelayanan kesehatan di rumah sakit harus dapat menghadirkan diri di depan pasien secara terapeutik.


(31)

Pada dasarnya, setiap orang memerlukan komunikasi sebagai salah satu alat bantu dalam kelancaran bekerja sama dengan orang lain dalam bidang apapun. Komunikasi berbicara tentang cara menyampaikan dan menerima pikiran-pikiran, informasi, perasaan, dan bahkan emosi seseorang, sampai pada titik tercapainya pengertian yang sama antara penyampai pesan dan penerima pesan.

Secara umum definisi komunikasi adalah “sebuah proses penyampaian pikiran -pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi” (Komaruddin, 1994). Organisasi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit pada dasarnya adalah organisasi jasa pelayanan umum. Oleh karenanya rumah sakit perlu memiliki karakter mutu pelayanan prima yang sesuai dengan harapan pasien, selain memberikan pelayanan medis yang bermutu. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, mencantumkan bahwa setiap profesi kesehatan melaksanakan tugasnya sesuai dengan standar profesi. Mutu pelayanan kesehatan rumah sakit yakni pelayanan perawat, dapat dinilai dari segi kompetensi teknis petugas, yang berhubungan dengan bagaimana standar pelayanan yang telah ditetapkan. Segi hubungan manusia, yang berkaitan dengan interaksi antara petugas kesehatan dengan pasien, dengan cara menanamkan kepercayaan dan kredibilitas. Pasien merupakan pengguna jasa pelayanan kesehatan yang mempunyai hak untuk menilai kemampuan perawat sebagai pelaksana. Semakin baik penilaian pasien, menunjukkan semakin baik pula mutu pelayanan kesehatan rumah sakit tersebut (Sabarguna, 2004).


(32)

Mutu pelayanan rumah sakit dapat dinilai dari tiga hal yaitu: 1) Struktur, meliputi sarana fisik, peralatan, dana, tenaga kesehatan dan non kesehatan, serta pasien. 2) Proses yang meliputi manajemen rumah sakit baik manajemen interpersonal, teknis, maupun pelayanan keperawatan yang kesemuanya tercermin pada tindakan medis dan non medis kepada pasien. 3) out come yang merupakan hasil akhir dari kegiatan dan tindakan tenaga perawat profesional terhadap pasien. Mutu pelayanan menggambarkan kinerja dari perawat, dimana inti dari kinerja adalah kehadiran perawat didepan pasien secara terapeutik yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Pada tahun 2000 Direktorat pelayanan keperawatan Departemen Kesehatan bekerja sama dengan WHO mengadakan penelitian tentang pelayanan keperawatan di Kalimantan Timur, Sumatera Utara,Jawa Barat, dan Daerah Khusus Ibukota (DKI) menunjukkan bahwa : 1). 70,9 % perawat selama 3 tahun terakhir tidak pernah mengikuti pelatihan. 2). 39,8 % perawat masih melakukan tugas-tugas non keperawatan. 3). 47,4 % perawat tidak mempunyai uraian tugas secara tertulis. 4). Belum dikembangkan evaluasi kinerja perawat secara khusus. Untuk itu sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan No. 836 / Menkes / SK / IV / 2005 telah dilaksanakan Pengembangan Manajemen Kerja (PMK) yang merupakan suatu model peningkatan kerja perawat di Puskesmas dan Rumah Sakit. Sehingga dengan adanya pengembangan Manajemen Kerja (PMK) akan meningkatkan motivasi kerja perawat dalam melaksanakan tugas yang diberikan dengan baik.


(33)

1.2. Permasalahan

Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah beban kerja berpengaruh terhadap komunikasi terapeutik perawat kepada pasien Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia Medan.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh beban kerja terhadap komunikasi terapeutik perawat rumah sakit kepada pasien Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia Medan.

1.4. Hipotesis

Ada pengaruh beban kerja terhadap komunikasi terapeutik perawat kepada pasien Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia Medan.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini nantinya adalah : 1. Manfaat Ilmiah

Diharapkan dapat menambah dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan

promosi kesehatan khususnya yang berhubungan dengan komunikasi terapeutik 2. Manfaat Praktis

Diharapkan dapat menjadi masukan bagi instansi Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia Medan untuk dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan terhadap perencanaan ketenagaan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.


(34)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Komunikasi

2.1.1. Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi berasal dari bahasa Inggris yaitu communication. Kata

communication itu sendiri berasal dari bahasa Latin “communicatio” yang artinya

pemberitahuan dan/atau pertukaran ide, dengan pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari pendengarnya.

Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan membangun hubungan antar sesama manusia melalui pertukaran informasi untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain serta mengubah sikap dan tingkah laku tersebut (Robbins, 1982) dalam Suryani, 2006. Duldt (2004) dalam Suryani, 2006 mendefinisikan komunikasi sebagai sebuah proses penyesuaian dan adaptasi yang dinamis antara dua orang atau lebih dalam sebuah interaksi tatap muka yang pada saat tersebut terjadi pertukaran ide, makna, perasaan dan perhatian.

Stuart (1998) dalam Suryani, 2006 menekankan hakikat komunikasi sebagai hubungan yang dapat menimbulkan perubahan sikap dan tingkah laku serta kebersamaan dalam menciptakan saling pengertian dari orang-orang yang terlibat dalam komunikasi.


(35)

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan/berita dari seseorang ke orang lain sehingga kedua belah pihak terjadi adanya saling pengertian. (Ermawati, 2009).

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses pertukaran ide, perasaan, dan pikiran antara dua orang atau lebih yang bertujuan untuk terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku serta penyesuaian yang dinamis antara orang-orang yang terlibat dalam komunikasi.

2.1.2. Komunikasi Antar Manusia

Hubungan antar manusia merupakan dasar terjadinya interaksi dan komunikasi antara tenaga kesehatan sebagai petugas pelayanan kesehatan dengan klien sebagai pemanfaat layanan kesehatan. Hubungan yang terjalin dengan baik akan mempermudah pengalihan ilmu pengetahuan, perilaku dan budaya kesehatan. Proses interaksi sering melibatkan perasaan dan kata-kata yang diucapkan dalam komunikasi yang mencerminkan perasaan dan emosi seseorang dalam berkomunikasi. Hubungan antar manusia pada pelayanan kesehatan yang terjadi antara perawat dan klien merupakan hubungan terapeutik.

Keperawatan merupakan tindakan pelayanan untuk membantu mengurangi, meringankan atau menghilangkan masalah kesehatan klien, baik masalah fisik, psikis, sosial, maupun masalah kegiatan spiritual klien. Pelayanan keperawatan yang efektif memerlukan kemampuan komunikasi yang baik dari perawat atau tenaga kesehatan yang lain. Komunikasi merupakan keterampilan profesional yang harus dimiliki oleh perawat profesional agar terjalin hubungan yang terapeutik.


(36)

2.1.3. Komunikasi Kesehatan

Komunikasi kesehatan merupakan bagian dari human communication yang lazim terjadi antar tenaga kesehatan, kilien atau keluarga klien. Makna dan area komunikasi lebih difokuskan pada masalah kesehatan sehingga efek dari komunikasi ini diharapkan adanya pengaruh positif tentang kesehatan. Sebagai contoh aplikasi dari komunikasi kesehatan ini adalah komunikasi antara perawat dengan klien atau keluarga klien tentang masalah kesehatan klien, prosedur rawat inap, tata tertib atau ketentuan yang ada dalam ruang rawat inap, prosedur tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan, penyuluhan kesehatan dan sebagainya.

Proses komunikasi kesehatan berhubungan dengan transaksi antara tim tenaga kesehatan dengan klien atau keluarga klien baik secara verbal maupun non verbal. Proses transaksi secara verbal merupakan proses komunikasi yang lazim terjadi antara tenaga kesehatan terutama perawat. Perawat selain tenaga kesehatan yang paling sering dan lama berinteraksi dengan klien, sebagai tenaga perawat juga mempunyai tanggung jawab dalam memelihara dan meningkatkan status kesehatan klien melalui perubahan perilaku, yang salah satu caranya dapat dilakukan melalui penyuluhan kesehatan baik secara formal maupun non formal. Proses transaksi verbal akan lebih bermakna dan meyakinkan apabila proses tersebut dilakukan dengan dukungan komunikasi non verbal dalam proses berhubungan. (Mundakir, 2006). 2.1.4. Jenis-Jenis Komunikasi


(37)

verbal. Komunikasi verbal menggunakan kata dalam bentuk lisan atau tulisan, sedangkan komunikasi non verbal menggunakan bentuk lain seperti sikap dan gerak tubuh atau ekspresi wajah.

Di dalam praktek, kedua jenis komunikasi ini selalu timbul bersama. Misalnya bila perawat memberi penjelasan kepada kliennya tidak hanya dilakukan dengan kata-kata (lisan) akan tetapi juga diikuti oleh gerak tangan dan ekspresi wajah.

Sehubungan dengan pembahasan diatas, jenis komunikasi dapat dibedakan menjadi:

1. Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal sangat tergantung dengan kata-kata yang dipergunakan, sehingga antara perawat dengan klien, keduanya akan dapat memahami informasi apabila kata-kata yang digunakan dapat dipahami. Kata-kata atau bahasa yang digunakan dipengaruhi oleh latar belakang sosial budaya, ekonomi, umur dan pendidikan.

Penggunaan kata-kata di dalam komunikasi verbal dilakukan secara sadar. Kata-kata yang dikeluarkan membentuk pesan dan berbagai perasaan yang disampaikan. Dalam menggambarkan suara ada 7 (tujuh) pokok tentang suara yang perlu diperhatikan antara lain:

a. Gema suara b. Irama c. Kecepatan d. Ketinggian


(38)

e. Besar/volume f. Naik turunnya g. Kejelasan

Suara tersebut dapat menggambarkan semangat, antusias, kesedihan,

kejengkelan, atau kegirangan. Misalnya ucapan “selamat pagi” dalam bentuk

irama yang berbeda menunjukkan perasaan yang berbeda dari pengucapnya. 2. Komunikasi Non Verbal

Komunikasi non verbal tanpa menggunakan bahasa (kata-kata). Komunikasi non verbal ini disebut juga bahasa tubuh (body language). Dalam kehidupan sehari-hari non verbal lebih banyak dilakukan. Bila dibandingkan dengan komunikasi verbal, komunikasi non verbal kurang terkontrol sehingga dapat timbul tanpa disadari. Observasi terhadap perilaku non verbal klien perlu dilakukan, karena hal ini sangat berguna untuk mengethui sikap klien dan memudahkan mengambil tindakan perawatan dan pengobatan. Hendaklah kita memperhatikan perilaku non verbal kita sendiri dalam berkomunikasi dengan klien, karena klien akan selalu memperhatikannya.

Komunikasi non verbal mempergunakan hal-hal sebagai berikut: a. Ekspresi wajah

b. Gerak mata

c. Gerak tubuh, tangan, lengan dan kaki d. Sikap tubuh waktu duduk atau berjalan e. Sentuhan tangan


(39)

f. Isyarat-isyarat

g. Gabungan dari gerak-gerik tubuh

Dalam praktik sehari-hari komunikasi verbal dan non verbal dilaksanakan secara bersama-sama dan saling mendukung. Seorang klien berkata “saya cukup

senang disini” ditambah dengan ekspresi wajah gembira. Akan tetapi kadang-kadang kedua jenis komunikasi itu dapat juga berlawanan. Misalnya si klien mengatakan

“Saya tidak memikirkan apa-apa”, ekspresi wajahnya menunjukkan kesedihan dan bibirnya bergetar. (Ermawati, dkk, 2009).

2.1.5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Komunikasi

Agar proses komunikasi berjalan lancar, yaitu mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan. Faktor-faktor yang memengaruhi setiap unsur komunikasi dapat bersifat positif, yaitu menunjang keberhasilan komunikasi, atau bersifat negatif, yaitu menghambat berlangsungnya proses komunikasi (Effendy, 2000). Semua faktor tersebut disederhanakan menjadi tujuh faktor sebagai berikut.

1. Kredibilitas

Kredibilitas (credibility) terdapat dan berpengaruh pada sumber atau komunikator. Kredibilitas komunikator sangat memengaruhi keberhasilan proses komunikasi, karena hal ini memengaruhi tingkat kepercayaan sasaran atau komunikan terhadap pesan yang disampaikan. Larangan merokok yang disampaikan oleh seorang dokter spesialis paru mungkin akan lebih diterima klien dari pada jika


(40)

disampaikan oleh perawat ruangan. Disinilah pentingnya seorang perawat bekerja sama dengan tim kesehatan lain.

2. Isi Pesan

Faktor ini terdapat dan berperan pada pesan, artinya pesan yang disampaikan hendaknya mengandung isi yang bermanfaat bagi sasaran. Hasil komunikasi akan lebih baik jika isi pesan besar manfaatnya bagi kepentingan sasaran. Pesan yang disampaikan perawat seharusnya dapat memenuhi kebutuhan klien atau yang dapat memecahkan masalah klien. Oleh Karena itu perawat perlu melakukan pengkajian dan analisis diri sebelum berkomunikasi dengan klien (Stuart, 1998).

3. Kesesuaian dengan Kepentingan Sasaran

Kesesuaian dengan kepentingan sasaran (context) terdapat dan berperan pada pesan. Pesan yang disampaikan harus berhubungan dengan kepentingan sasaran. Makin erat hubungan tersebut, makin dapat diharapkan keberhasilan komunikasi. Oleh karena itu dalam berkomunikasi dengan klien perawat harus memahami terlebih dahulu permasalahan klien. Jangan sampai perawat memberikan informasi yang sebetulnya tidak dibutuhkan atau sudah diketahui klien. Di sinilah diperlukan pengkajian yang akurat (Antai, 1995) dalam Suryani, 2006.

4. Kejelasan

Kejelasan (clarity) terdapat dan berperan pada pesan. Kejelasan pesan yang disampaikan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi. Pesan yang membingungkan atau tidak jelas akan membuat sasaran bingung sehingga tidak terjadi perubahan perilaku (Ellis, dkk, 2000) dalam Suryani, 2006. Hal ini sering


(41)

terjadi ketika perawat melatih klien melakukan keterampilan tertentu. Karena perawat menjelaskan dengan kalimat yang kurang jelas dan berbelit-belit, akibatnya klien tidak melakukan ketermpilan tersebut.

5. Kesinambungan dan Konsistensi

Kesinambungan dan konsistensi (continuity and consistency) terdapat pada pesan. Pesan yang akan disampaikan harus konsisten dan berkesinambungan. Agar pesan yang disampaikan bisa konsisten dan berkesinambungan, seorang perawat atau tenaga kesehatan perlu membuat perencanaan yang matang sebelum melakukan intervensi atau berkomunikasi dengan klien (Taylor, 1993) dalam Suryani, 2006. Di samping itu perlu adanya pemahaman yang sama dan kesepakatan antara tenaga kesehatan yang tergabung dalam tim agar informasi yang diberikan kepada klien sama atau konsisten. Jika pesan yang disampaikan selalu berubah-ubah, maka sulit diharapkan terjadinya perubahan perilaku sasaran.

6. Saluran

Saluran (channel) terdapat dan berperan pada media. Media yang digunakan harus disesuaikan dengan pesan yang ingin disampaikan. Sebagai contoh, untuk melakukan penyuluhan kesehatan pada masyarakat desa dengan tingkat pendidikan rata-rata SD sampai SMP, penggunaan lembar balik (flipchart) dengan gambar-gambar yang menarik akan lebih efektif daripada menggunakan overhead projector (OHP). Pemilihan media yang tepat dapat meningkatkan pemahaman sasaran sehingga perubahan yang diharapkan dapattercapai (Ellis, dkk, 2000), dalam Suryani, 2006.


(42)

7. Kapabilitas Sasaran

Kapabilitas sasaran (capability of the audience) terdapat pada komunikan. Dalam menyampaikan pesan, komunikator harus memperhitungkan kemampuan sasaran dalam menerima pesan. Kemampuan sasaran menerima pesan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, sosial ekonomi, sosial budaya, dan sebagainya.

Ketujuh faktor tersebut di atas saling berhubungan dan saling memengaruhi satu sama lainnya. Jika sumber tidak mempunyai kredibilitas tinggi, maka dapat memengaruhi pemilihan pesan yang disampaikan dan media yang digunakan.

2.1.6. Lima Hukum Komunikasi yang Efektif

Lima hukum komunikasi yang efektif (The Five Inevitable Laws of a Effective Communication) yang dikembangkan dan dirangkum dalam suatu kata yang mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri yaitu REACH, yang berarti merengkuh atau meraih. Oleh karena sesungguhnya komunikasi itu pada dasarnya adalah upaya bagaimana meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon positif dari orang lain.

Hukum 1 : Respect Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang di sampaikan. Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum yang pertama dalam kita berkomunikasi dengan orang lain. Ingtlah bahwa pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting.Jika kita bahkan harus mengkritik atau memarahi seseorang, lakukan dengan penuh respek terhadap diri dan kebanggaan seseorang.


(43)

Jika kita membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati, maka kita dapat membangun kerja sama yang menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan efektifitas kinerja kita baik sebagai individu maupun secara keseluruhan sebagai sebuah tim.

Bahkan menurut mahaguru komunikasi Dale Carnegie dalam bukunya How to Win Friends and Influence people, rahasia terbesar yang merupakan salah satu prnisip dasar dalam berurusan dengan manusia adalah dengan memberikan penghargaan yang jujur dan tulus. Seorang ahli psikologi yang sangat terkenal William James juga

mengatakan bahwa “Prinsip paling dalam pada sifat dasar manusia adalah kebutuhan

untuk dihargai”. Dia mengatakan ini sebagai suatu kebutuhan (bukan harapan ataupun

keinginan yang bisa ditunda atau tidak harus dipenuhi), yang harus dipenuhi. Ini adalah suatu rasa lapar manusia yang tak terperikan dan tak tergoyahkan. Lebih jauh Carnegie mengatakan bahwa setiap individu yang dapat memuaskan kelaparan hati ini akan menggemgam orang dalam telapak tangannya.

Charles Schwabb, salah satu orang pertama dalam sejarah perusahaan Amerika yang mendapat gaji lebih dari satu juta dolar setahun, mengatakan bahwa aset paling besar yang dia miliki adalah kemampuannya dalam membangkitkan antusiasme pada orang lain. Cara untuk membangkitkan antusiasme dan mendorong orang lain melakukan hal-hal terbaik adalah dengan memberi penghargaan yang tulus. Hal ini pula yang menjadi satu dari tiga rahasia manajer satu menit dalam buku Ken Blanchard dan Spencer Johnson, The One Minute Manager


(44)

Hukum 2 : Empathy

Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Secara khusus Covey menaruh kemampuan untuk mendengarkan sebagai salah satu dari tujuh kebiasaan manusia yang sangat efektif, yaitu kebiasaan untuk mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti (Seek First to Understand- understand then be understood to build the skills of empathetic listening that inspires openness and trust). Inilah yang disebutnya dengan Komunikasi Empatik. Dengan memahami dan mendengar orang lain terlebih dahulu, kita dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan yang kita perlukan dalam membangun kerja sama atau sinergi dengan orang lain.

Rasa empati akan memampukan diri untuk dapat menyampaikan pesan (message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan (receiver) menerimanya. Oleh karena itu dalam ilmu pemasaran (marketing) memahami perilaku konsumen (consumer`s behavior) merupakan keharusan. Dengan memahami perilaku konsumen, maka kita dapat empati dengan apa yang menjadi kebutuhan, keinginan, minat, harapan dan kesenangan dari konsumen. Demikian halnya dengan bentuk komunikasi lainnya, misalnya komunikasi dalam membangun kerja sama tim. Kita perlu saling memahami dan mengerti keberadaan orang lain dalam tim kita. Rasa empati akan menimbulkan respek atau penghargaan, dan rasa respek akan membangun kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam


(45)

membangun teamwork.

Jadi sebelum kita membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita perlu mengerti dan memahami dengan empati calon penerima pesan kita. Sehingga nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan psikologis atau penolakan dari penerima. Empati bisa juga berarti kemampuan untuk mendengar dan bersikap perseptif atau siap menerima masukan ataupun umpan balik apapun dengan sikap yang positif. Banyak sekali dari kita yang tidak mau mendengarkan saran, masukan apalagi kritik dari orang lain. Padahal esensi dari komunikasi adalah aliran dua arah. Komunikasi satu arah tidak akan efektif manakala tidak ada umpan balik (feedback) yang merupakan arus balik dari penerima pesan. Oleh karena itu dalam kegiatan komunikasi pemasaran above the lines (mass media advertising) diperlukan kemampuan untuk mendengar dan menangkap umpan balik dari audiensi atau penerima pesan.

Hukum 3 : Audible

Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengertri dengan baik. Jika empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan. Hukum ini mengatakan bahwa pesan harus disampaikan melalui media atau delivery channel sedemikian hingga dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan. Hukum ini mengacu pada kemempuan kita untuk menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu audio visual yang akan membantu kita agar pesan yang kita sampaikan dapat diterima dengan


(46)

baik. Dalam komunikasi personal hal ini berarti bahwa pesan disampaikan dengan cara atau yang dapat diterima oleh penerima pesan.

Hukum 4 : Clarity

Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum keempat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Ketika saya (penulis) bekerja di Sekretariat Negara, hal ini merupakan hukum yang paling utama dalam menyiapkan korespondensi tingkat tinggi. Karena kesalahan penafsiran atau pesan yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran akan menimbulkan dampak yang tidak sederhana. Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan atau anggota tim kita. Karena tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga dan pada gilirannya akan menurunkan semangat dan antusiasme kelompok atau tim kita.

Hukum 5 : Humble

Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki. Dalam edisi Mandiri tiga puluh dua Sikap Rendah Hati pernah kita bahas, yang pada intinya antara lain: sikap yang penuh melayani (dalam bahasa pemasaran Costumer First Attitude), sikap menghargai, mau mendengar dan


(47)

menerima kritik, tidak sombong dan memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut dan penuh pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan yang lebih besar.

Jika komunikasi yang kita bangun didasarkan pada lima hukum pokok komunikasi yang efektif ini, maka kita dapat menjadi seorang komunikator yang handal dan pada gilirannya dapat membangun jaringan hubungan dengan orang lain yang penuh dengan penghargaan (respect), karena inilah yang dapat membangun hubungan jangka panjang yang paling menguntungkan dan saling menguatkan. (http//anik-gurung.tripod.com/id 29.html. Diakses, 05 Mei 2010).

2.2. Perawat

2.2.1. Pengertian perawat

Perawat yang merupakan objek penelitian adalah tenaga keperawatan, merupakan salah satu sumber daya manusia di rumah sakit yang menentukan penilaian terhadap kualitas pelayanan kesehatan. Dikatakan menentukan penilaian terhadap mutu pelayanan kesehatan adalah mengingat bahwa perawat adalah bagian dari tenaga para medis yang memberikan perawatan kepada pasien secara langsung. Sehingga pelayanan keperawatan yang prima secara psikologis merupakan suatu yang harus dimiliki dan dikuasai oleh seorang perawat. Perawat merupakan sub komponen dari sumber daya manusia, khususnya tenaga kesehatan yang ikut menentukan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Keperawatan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan. Dalam melakukan pelayanan kesehatan perawat selalu


(48)

berinteraksi dengan pasien, keluarga, tim kesehatan lain di rumah sakit dimana pelayanan tersebut dilaksanakan.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Pasal 28 ayat (3) mengenai pengadaan dan pendayagunaan tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan memperhatikan: a. Jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat.

b. Jumlah sarana pelayanan kesehatan.

c. Jumlah tenaga kesehatan sesuai dengan beban kerja pelayanan kesehatan yang ada. Masyarakat dewasa ini sudah mulai memperhatikan pemberi jasa pelayanan kesehatan termasuk perawat yang merupakan penghubung utama antara masyarakat dengan pihak pelayanan kesehatan secara menyeluruh. Bahkan menurut Nash et al yang dikutip oleh Swisnawati (1997) melaporkan penelitian yang dilaporkan oleh ANA (American Nurse`s Association) bahwa 60% sampai 80% pelayanan preventif yang semula dilakukan oleh dokter, sebenarnya dapat diberikan oleh perawat dengan kemampuan profesional dan menghasilkan kualitas pelayanan yang sama.

Bila dilihat dari beban dan tanggung jawab yang harus diemban oleh seorang perawat, maka sering menimbulkan permasalahan, karena perawat merupakan pelayan kesehatan yang paling lama (24 jam) berhubungan dengan pasien, dibanding dengan petugas lain di rumah sakit. Dengan demikian pelayanan perawat sangat diperlukan untuk memenuhi kepuasan pasien yang sedang dirawat di rumah sakit. Untuk lebih jelasnya dibawah ini dibuat pengertian atau definisi perawat:


(49)

Perawat adalah orang yang mengasuh, merawat dan melindungi, merawat orang sakit, merawat luka dan merawat usia lanjut (Priharjo, 1995). Perawat adalah karyawan rumah sakityang mempunyai dua tugas yaitu; merawat pasien dan mengatur bangsal (Hadjam, 2001). Perawat adalah orang telah dipersiapkan melalui pendidikan untuk turut serta merawat dan menyembuhkan orang sakit, usaha rehabilitasi, pencegahan penyakit, yang dilaksanakannya sendiri atau dibawah pengawasan dan supervisi dokter atau suster kepala (Gunarsa, 1995).

Dari keseluruhan pengertian atau definisi perawat yang tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwa perawat adalah orang yang memberikan pelayanan kesehatan, mengasuh, merawat, melindungi, melakukan rehabilitasi, mencegah terjadinya penyakit pada manusia.

2.2.2. Sifat-sifat Dasar dari Dedikasi Perawat

Ada beberapa sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang perawat yang dapat menunjang keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugasnya pada saat memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien, seorang perawat herus memiliki sifat-sifat tertentu. Menurut Gunarsa (1995) menyatakan bahwa sifat-sifat yang mendasari dedikasi seorang perawat adalah sebagai berikut:

a. Minat terhadap orang lain

Perawatan yang efektif hanya mungkin bilamana seorang perawat menaruh minat terhadap orang lain, tanpa menghiraukan umur, latar belakang, dan status sosial ekonomi


(50)

b. Derajat sensitivitas

Seorang perawat akan menghadapi pasien dengan berbagai ragam kepribadian, oleh karena itu seorang perawat harus memiliki kepekaan, dan dapat membedakan setiap orang yang dihadapinya. Hal ini disebabkan tidak semua pasien dapat dihadapi dan ditangani dengan cara yang sama.

c. Menghargai hubungan-hubungan

Keberhasilan dalam perawatan, disamping menguasai pengetahuan yang luas juga ditentukan oleh kemampuan mengadakan penyesuaian hubungan dan ikatan kemanusiaan yang diperlukan dalam menangani orang sehat dan sakit.

2.2.3. Peran Perawat

Peran perawat yang dimaksudkan disini adalah peran perawat Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia Medan, yaitu merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh seseorang pasien dari seorang perawat sesuai dengan kedudukan dan sistem, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar profesi keperawatan yang bersifat menetap.

Menurut Hidayat (2004) ada beberapa peran perawat yang terdiri dari: 1. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan

Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan.


(51)

2. Peran sebagai advokat pasien

Peran ini dilakukan perawat dalam membantu pasien dan keluarganya dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya dan hak atas privasi.

3. Peran edukator

Peran ini dilakukan dengan membantu pasien dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan tentang, gejala penyakit, bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari pasien setelah dilakukan pendidikan kesehatan. Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisir pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan pasien.

4. Peran kolaborator

Peran perawat dalam hal ini dilakukan karena perawat bekerja sama dengan tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterpis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.

5. Peran konsultan

Disini perawat berperan sebagai tempat konsultasi terhadap masalah tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan pasien


(52)

terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan. 6. Peran pembaharu

Peran ini dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.

Seorang perawat sangat besar peranannya dalam mengurangi buruknya kondisi psikologis pasien yang muncul sebagai akibat penyakit yang dideritanya seperti cemas, takut, stress sampai depresi. Dalam hal ini perawat berperan dalam menciptakan suasana psikologis yang kondusif bagi usaha penyembuhan yang optimal yaitu dengan memberikan pelayanan prima (Taylor, 1995).

2.2.4. Tugas Pokok dan Fungsi Perawat 2.2.4.1. Tugas Pokok Perawat

Adalah memberikan pelayanan keperawatan berupa asuhan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan serta pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka kemandirian keperawatan.

2.2.4.2. Fungsi Perawat

Fungsi perawat diantaranya yaitu:

1. Fungsi Independen. Dalam menjalankan fungsi yang satu ini, tindakan perawat tidak memerlukan advis dari tenaga medis. Tindakan perawat dalam menjalankan fungsi independennya adalah bersifat mandiri, berdasarkan pada ilmu


(53)

keperawatan. Oleh karena itu, perawat bertanggung jawab terhadap akibat yang timbul dari tindakan yang diambil.

2. Fungsi Dependen. Dalam menjalankan fungsinya ini seorang perawat turut serta membantu dokter dalam memberikan pelayanan pengobatan serta tindakan khusus yang menjadi wewenamg medis dan seharusnya dilakukan dokter, seperti halnya dalam hal pemasangan infus, pemberian obat, dan melakukan suntikan. Oleh karena itu, setiap kegagalan tindakan medis menjadi tanggung jawab dokter. Setiap tindakan perawat yang berdasarkan perintah dokter, dengan menghormati hak pasien tidak termasuk dalam tanggung jawab perawat.

3. Fungsi Interdependen. Fungsi perawat dalam interdependen ini bahwasanya tindakan perawat berdasarkan pada kerja sama dengan tim perawatan atau tim kesehatan lainnya. Fungsi ini tampak ketika perawat bersama tenaga kesehatan lainnya melakukan kolaborasi dalam memberikan pelayanan kesehatan yang bertujuan mengupayakan kesembuhan pasien. Mereka biasanya tergabung dalam sebuah tim yang dipimpin oleh seorang tenaga medis. (Ferry, 2012)

2.3. Pasien

2.3.1. Pengertian Pasien

Kata pasien berasal dari bahasa inggris yaitu Patient. Kata patient diturunkan

dari bahasa Latin yaitu “Patiens” yang memiliki kesamaan arti dengan kata kerja pati

yang artinya “menderita”. Pasien adalah seseorang yang menerima perawatan medis.

Sering kali, Pasien menderita penyakit atau cedera dan memerlukan bantuan dokter untuk memulihkannya. (id.wikipedia.org/wiki/pasien).


(54)

2.3.2. Jenis-Jenis Pasien

Pasien dapat dibagi berdasarkan pelayanan kesehatan yang diperoleh antara lain:

1. Pasien dalam yaitu yang memperoleh pelayanan atau dirawat pada suatu unit pelayanan kesehatan tertentu, yaitu pasien menginap dan dirawat di rumah sakit yang disebut pasien rawat inap atau pasien opname.

2. Pasien luar yaitu pasien yang hanya memperoleh layanan kesehatan tertentu,tetapi tidak menginap di rumah sakit yang disebut pasien rawat jalan.

2.4. Rumah Sakit

2.4.1. Pengertian Rumah Sakit

Sehubungan dengan lokasi penelitian dilakukan di rumah sakit tentang pengaruh beben kerja terhadap komunikasi terapeutik perawat terhadap pasien, secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap citra rumah sakit, juga perlu diperhatikan. Rumah Sakit adalah suatu organisasi yang unik dan kompleks karena ia merupakan institusi yang padat karya, mempunyai sifat-sifat dan ciri serta fungsi-fungsi yang khusus dalam proses menghasilkan jasa medik dan mempunyai berbagai kelompok profesi dalam pelayanan penderita. Disamping melaksanakan fungsi pelayanan kesehatan masyarakat, rumah sakit juga mempunyai fungsi pendidikan dan penelitian (Boekitwetan, 1997) dalam Muluk (2001).

Menurut Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 bahwa rumah sakit merupakan suatu institusi yang utamanya adalah melaksanakan upaya kesehatan


(55)

secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit serta melaksanakan upaya rujukan. Untuk dapat menyelenggarakan upaya-upaya kesehatan tersebut dan mengelola rumah sakit agar tetap dapat memenuhi kebutuhan pasien dan masyarakat yang dinamis, maka setiap komponen yang ada di rumah sakit harus terintegrasi dalam satu sistem.

Pelayanan kesehatan di rumah sakit terdiri dari :

1. Pelayanan medis, merupakan pelayanan yang diberikan oleh tenaga medis

yang profesional dalam bidangnya, baik dokter umum maupun dokter spesialis. 2. Pelayanan keperwatan, merupakan pelayanan yang bukan tindakan

medis terhadap pasien, tetapi merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat sesuai aturan keperawatan.

3. Pelayanan penunjang medis adalah pelayanan penunjang yang diberikan terhadap pasien seperti: pelayanan gizi, laboratorium, farmasi, rehabilitasi medik, dan lain-lain.

4. Pelayanan administrasi dan keuangan, pelayanan administrasi antara lain adalah yang berhubungan dengan ketatausahaan seperti pendaftaran pasien, rekam medis, dan kerumah tanggaan, bidang keuangan adalah proses pembayaran biaya rawat jalan dan rawat inap pasien.


(1)

Direktu r RS IPI Medan meng evalu asi tenag a perawat yan g keluar masuk

5 8.6 8.6 8.6

37 63.8 63.8 72.4

16 27.6 27.6 100.0

58 100.0 100.0

Tidak Setuju Setuju

Sangat Setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e Percent

Juml ah pasi en yang harus di rawat sebanding dengan jumlah tenaga perawat

5 8.6 8.6 8.6

18 31.0 31.0 39.7

26 44.8 44.8 84.5

9 15.5 15.5 100.0

58 100.0 100.0

Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju

Setujut Sangat Setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulativ e Percent

Bapak/Ibu memberikan obat pasi en sesuai pesan dokter yang merawat tepat waktu

24 41.4 41.4 41.4

34 58.6 58.6 100.0

58 100.0 100.0

Setuju

Sangat Setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e Percent

Bapak/Ibu melakukan pemeriksaan penu njan g sesuai d iagno sa penyakit pasien

1 1.7 1.7 1.7

30 51.7 51.7 53.4

27 46.6 46.6 100.0

58 100.0 100.0

Tidak Setuju Setuju

Sangat Setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e Percent

Bapak/Ibu memberitahu kan setiap tind akan yang akan dib erikan kepada p asi en

23 39.7 39.7 39.7

35 60.3 60.3 100.0

58 100.0 100.0

Setuju

Sangat Setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e Percent


(2)

Bapak/Ibu menjel askan diet atau makanan pantang yang tidak boleh dikonsumsi oleh pasien

33 56.9 56.9 56.9

25 43.1 43.1 100.0

58 100.0 100.0

Setuju

Sangat Setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e Percent

Bapak/Ibu memberikan kemu dahan untu k memperoleh alat pen unjan g keperawatan kepada p asien

2 3.4 3.4 3.4

35 60.3 60.3 63.8

21 36.2 36.2 100.0

58 100.0 100.0

Tidak Setuju Setuju

Sangat Setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e Percent

Pasien selalu men erima petun juk p erawat sesuai d engan masal ah yang dih adapin ya

14 24.1 24.1 24.1

28 48.3 48.3 72.4

16 27.6 27.6 100.0

58 100.0 100.0

Tidak Setuju Setuju

Sangat Setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e Percent

Pasien mematuh i anju ran perawat u ntuk tidak terlalu gelisah sesu ai den gan kon disi p enyakitnya

13 22.4 22.4 22.4

28 48.3 48.3 70.7

17 29.3 29.3 100.0

58 100.0 100.0

Tidak Setuju Setuju

Sangat Setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e Percent

Perawat selalu menganti si pasi kemungkinan munculnya keluhan-kel uhan baru pasien

35 60.3 60.3 60.3

23 39.7 39.7 100.0

58 100.0 100.0

Setuju

Sangat Setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e Percent


(3)

Perawat menganjurkan kepada pasien agar segera memberitahukan bi la ada perubahan yang dirasakan

38 65.5 65.5 65.5

20 34.5 34.5 100.0

58 100.0 100.0

Setuju

Sangat Setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e Percent

Perawat menerima keadaan pasien apa adanya tanpa membedakan ras, suku dan agama

28 48.3 48.3 48.3

30 51.7 51.7 100.0

58 100.0 100.0

Setuju

Sangat Setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e Percent

Bapak/Ibu selalu tangg ap terhadap keluhan pasien

30 51.7 51.7 51.7

28 48.3 48.3 100.0

58 100.0 100.0

Setuju

Sangat Setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e Percent

Bapak/Ibu menjel askan gaya hi dup sehat yang benar kepada pasien sesuai dengan masalah kesehatannya

33 56.9 56.9 56.9

25 43.1 43.1 100.0

58 100.0 100.0

Setuju

Sangat Setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e Percent

Bapak/Ibu memban tu p asi en un tuk men gemban gkan d iri mengevalu asi masalah keseh atannya

1 1.7 1.7 1.7

41 70.7 70.7 72.4

16 27.6 27.6 100.0

58 100.0 100.0

Tidak Setuju Setuju

Sangat Setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e Percent


(4)

Bapak/Ibu meresp on dengan seriu s setiap p ertan yaan pasien maupu n kelu arga

1 1.7 1.7 1.7

26 44.8 44.8 46.6

31 53.4 53.4 100.0

58 100.0 100.0

Tidak Setuju Setuju

Sangat Setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e Percent

Bapak/Ibu meng alihkan perh atian p asien agar tid ak terfokus pad a masalah kesehatann ya

5 8.6 8.6 8.6

33 56.9 56.9 65.5

20 34.5 34.5 100.0

58 100.0 100.0

Tidak Setuju Setuju

Sangat Setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e Percent

Bapak/Ibu berusaha men gemban gkan p ersahab atan antara perawat deng an pasien

6 10.3 10.3 10.3

29 50.0 50.0 60.3

23 39.7 39.7 100.0

58 100.0 100.0

Tidak Setuju Setuju

Sangat Setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e Percent

Bapak/Ibu menciptakan suasana kerja yang harmonis antara perawat dengan keluarga pasi en

32 55.2 55.2 55.2

26 44.8 44.8 100.0

58 100.0 100.0

Setuju

Sangat Setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e Percent

Bapak/Ibu merasakan apa yang dirasakan pasien berkai tan den gan masalah kesehatann ya

6 10.3 10.3 10.3

37 63.8 63.8 74.1

15 25.9 25.9 100.0

58 100.0 100.0

Tidak Setuju Setuju

Sangat Setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e Percent


(5)

Bapak/Ibu memberikan p enyulu han d an p en did ikan kesehatan kepada p asi en sesuai d engan penyakitn ya

1 1.7 1.7 1.7

37 63.8 63.8 65.5

20 34.5 34.5 100.0

58 100.0 100.0

Tidak Setuju Setuju

Sangat Setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e Percent

Bapak/Ibu menyatakan kep ada pasi en bah wa in teraksi dan ko munikasi antara perawat deng an pasien bersifat kekeluargaan

1 1.7 1.7 1.7

34 58.6 58.6 60.3

23 39.7 39.7 100.0

58 100.0 100.0

Tidak Setuju Setuju

Sangat Setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e Percent


(6)

Gambar : Struktur Organisasi Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia

YAYASAN IMELDA

dr. Hedy Tan, MARS. SP.OG DIREKTUR

WADIR UMUM & SDM

WADIR PELAYANAN

KOMITE MEDIS

SATUAN PENGAWAS INTERN

KOMITE MUTU

WADIR ADM & KEUANGAN

Kabag Yanmed Kabag. Pen. Yanmed

dr. Cinthia Yaputri.Sp.RM Ka.Rehabilitasi Medik

INSTALASI RAWAT INAP

Kepala IGD Kepala instalasi OK

Prof.Dr.Azmi,SKar .Sp.PD.KHOM

KEMOTHERAPHI

Ka . Instalasi Laboratorium

Ka. Ins. Gizi

Ka. Ins. Rekam Medik Ka. Ins. Farmasi

P. Endoscopy

P.Treadmil Dr.Robert Sinurat.SPRad

Ka.Ins. Radiologi

SMF

Kabag Keperawatan

Sub. Bagi.ligistik keperawatan Sub. Bag Etika/Profesi

Keperawatan

Sub.Bag.Asuhan keperawatan

Sub Bag.Pendidikan & Pelatihan

Sub.Bag.Perencanaan & Adm.SDM

Kabag SDM

Bagian Sarana dan Pemeliharaan Alat

DEWI Kesehatan Lingkungan

Keamanan & Kemotoran

Kabag Umum Kabag Tata Usaha

Sub.Bag.Adm. Rumah tangga

Bagian Logistik

Penelitian dan pengembangan

Bag.Humas & Promosi

Kabag keuangan

Bagian Kasir

Bagian Penagihan

Bagian Inventaris

Akuntansi & Verifikasi

Bagian Anggaran


Dokumen yang terkait

Penerapan Lingkungan Terapeutik oleh Perawat untuk Meminimalkan Reaksi Hospitalisasi Negatif pada Anak di Ruang Rawat Anak Hijir Ismail Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2014

3 66 81

Efektivitas Komunikasi Terapeutik Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Orang Tua yang Anaknya Dirawat di Ruang ICU RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2013

2 64 84

Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Perawat Di Rumah Sakit Imelda Medan Tahun 2000

1 44 70

Pengaruh Faktor Personal dan Faktor Situasional terhadap Komunikasi Terapeutik antara Perawat Pelaksana dengan Pasien di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan

2 62 181

Pengaruh Komunikasi Terapeutik terhadap Pengetahuan dan Kepatuhan Pasien Hemodialisa dalam Menjalankan Terapi Diet di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

11 102 116

Komunikasi Interpersonal (Terapeutik) Perawat dan Pasien (Studi Korelasional Peranan Komunikasi Interpersonal (Terapeutik) Perawat Terhadap Penyembuhan Pasien Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan)

2 66 161

Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun 2010

15 82 139

Pengaruh Pengetahuan, Dinamika Komunikasi, Penghayatan Dan Kepekaan Perawat Terhadap Penerapan Komunikasi Terapeutik Di Rumah Sakit Umum Swadana Tarutung

0 44 185

Pengaruh Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Haji Medan 2010

14 83 93

Komunikasi Terapeutik Perawat dan Pasien Gangguan Jiwa (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Terapeutik Perawat dalam Pemulihan Pasien di Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa Medan)

3 61 149