BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pembangunan ekonomi merupakan tahapan proses yang mutlak dilakukan oleh  suatu  bangsa  untuk  dapat  meningkatkan  taraf  hidup  dan  kesejahteraan
seluruh  rakyat  bangsa  tersebut.  Pembangunan  ekonomi  suatu  negara  tidak  dapat hanya  dilakukan  dengan  berbekal  tekad  yang  membaja  dari  seluruh  rakyatnya
untuk  membangun,  tetapi  lebih  dari  itu  harus  didukung  pula  oleh  ketersediaan sumber  daya  baik  sumber  daya  alam,  sumber  daya  manusia  dan  sumber  daya
modal  produktif.  Dengan  kata  lain,  tanpa  adanya  daya  dukung  yang  cukup  kuat dari  sumber  daya  produktif,  maka  pembangunan  ekonomi  mustahil  dapat
dilaksanakan dengan baik dan memuaskan Zilal Hamzah, 2006:21. Pada banyak  negara  dunia  berkembang,  yang  umumnya  memiliki  tingkat
kesejahteraan  rakyat  yang  relatif  masih  rendah,  mempertinggi  tingkat pertumbuhan  ekonomi  memang  sangat  mutlak  diperlukan  untuk  mengejar
ketertinggalan  di  bidang  ekonomi  dari  negara-negara  industri  maju.  Oleh  karena masih  relatif  lemahnya  kemampuan  partisipasi  swasta  domestik  dalam
pembangunan  ekonomi,  mengharuskan  pemerintah  untuk  mengambil  peran sebagai  motor  penggerak  pembangunan  ekonomi  nasional  Lily  Prayitno,
2002:47. Pembangunan  ekonomi  di  Indonesia  tidak  lepas  dari  keterlibatan  sektor
moneter  dan  perbankan.  Sebagai  salah  satu  unsur  penting,  sektor  moneter
dianggap  mampu  untuk  memecahkan  berbagai  masalah  ekonomi.  Masyarakat secara  positif  masih  memiliki  pemahaman  bahwa  kebijakan  pemerintah  atas
sektor moneter dan perbankan memiliki kekuatan yang lebih dari apa yang secara efektif  dapat  tercapai  melalui  instrumen  tersebut,  akibatnya  timbulah  anggapan
sektor  moneter  dan  sektor  perbankan  mempunyai  fungsi  yang  mampu memberikan  pelayanan  bagi  berlangsungnya  sektor  riil,  kegiatan  investasi,
kegiatan  produksi,  kegiatan  distribusi,  maupun  konsumsi  Iman  Murtono, 2003:56.
Efektifitas  pengendalian  moneter  di  Indonesia  dalam  beberapa  tahun terakhir  dirasakan  semakin  berkurang.  Masalah  ini  tidak  terlepas  dari
perkembangan sistem operasi dan  instrumen pasar uang  yang semakin pesat dan kompleks,  serta  semakin  besar  dan  cepatnya  arus  lalu  lintas  modal  sehingga
fluktuasi uang beredar menjadi tidak stabil Hadi Sasana, 2006:32. Sebagimana  tercantum  dalam  UU  No.  23  Tahun  1999,  Bank  Indonesia
sebagai bank sentral Indonesia mempunyai fungsi mengawasi atau mengendalikan supply  uang  jumlah  uang  beredar.  Kebijakan  tersebut  bertujuan  menyediakan
jumlah uang  yang cukup demi mewujudkan pertumbuhan  ekonomi  yang mantap serta  mengatur  atau  membatasi  jumlah  uang  yang  beredar  agar  tidak  berlebihan
atau  kekurangan  dari  yang  dibutuhkan  aktivitas  ekonomi  masyarakat  sehingga dapat menghindari masalah inflasi atau deflasi.
Indonesia  sebagai  penganut  perekonomian  terbuka,  proses  pemintaan- penawaran uang selain dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu perilaku bank-bank
umum dan masyarakat di negaranya, juga dipengaruhi oleh masyarakat luar negeri
serta  neraca  pembayaran  sebagai  faktor  eksternal.  Faktor  eksternal  tersebut merupakan  kendala  dalam  proses  penawaran  uang.  Fenomena  ini  mengarahkan
pada  pendekatan  yang  menganggap  bahwa  penawaran  uang  tidak  sepenuhnya dipengaruhi  oleh  otoritas  moneter,  melainkan  juga  dipengaruhi  oleh  semua
partisipan  di  pasar  uang  dan  pasar  kredit.  Permintaan  uang  pada  perekonomian terbuka  akan  sangat  dipengaruhi  oleh  besarnya  pendapatan,  nisbah  perdagangan
melalui  nilai  tukar,  suku  bunga  internasional  dan  pengaruh  dari  kecenderungan meningkatnya  tingkat  harga  umum  secara  terus  menerus  sepanjang  waktu  dari
suatu negara Dhani Agung Darmawan. 2005: 2.
Tabel 1.1 Perkembangan M2, PDB, KURS, dan SBI
di Indonesia Periode 2005.1 -2009.1
Periode M2
Milyar Rp. PDB
milyar Rp. Nilai
TukarKURS Suku Bunga
2005.1 2006.1
2007.1 2008.1
2009.1 1015874
1190834 1363907
1588962 1874145
143.245 149.428
158.608 168.414
175.89 9165
9395 9090
9291 11355
7.42 12.75
9.5 8
9.5 Sumber: Statistik Ekonomi-Keuangan Indonesia, Bank Indonesia
Tabel  1.1  menunjukan  adanya  peningkatan  M2  dari  periode  2005.1  – 2009.1.  Peningkatan  M2  ini  sejalan  dengan  meningkatnya  pendapatan  negara
yang  bersumber  dari  penerimaan  hasil  migas  akibat  tingginya  harga  minyak dunia. Tingkat suku bunga SBI pada awal 2006 menunjukan peningkatan. Hal ini
dilakukan  pemerintah  sebagai  upaya  menekan  uang  yang  beredar  dan  menarik
uang  tersebut  untuk  meningkatkan  neraca  pembayaran  pada  tahun  2005  yang mengalami penurunan akibat melonjaknya harga minyak serta pertumbuhan impor
yang tinggi.  Hal  ini  juga terlihat dari  nilai tukar  yang melemah pada awal tahun 2006 yaitu sebesar Rp. 9395.
Indonesia,  sebagaimana  halnya  negara  berkembang  lainnya,  menghadapi berbagai  hambatan  struktural  dalam  perekonomiannya,  yaitu  hambatan  pada
valuta  asing,  dan  juga  hambatan  finansial.  Sektor  swasta  yang  belum  kuat menyebabkan  peran  anggaran  pemerintah  menjadi  sangat  menentukan  dalam
kegiatan  investasi.  Di  sisi  lain,  nilai  tukar  adalah  harga  mata  uang  negara  asing dalam satuan mata uang domestik. Penentuan nilai tukar ini di dasarkan pada teori
kesamaan tingkat bunga atau dikenal dengan interest rate parity theory. Teori ini menyatakan  bahwa  pasar  persaingan  sempurna,  biaya  yang  harus  dibayar  untuk
memperoleh  dana  yang  tercermin  dalam  tarif  bunga  cenderung  sama  di  setiap negara.  Apabila  terjadi  perbedaan  harga  dana  antara  satu  negara  dengan  negara
lain,  maka  dana  akan  cenderung  mengalir  dari  negara  yang  tarif  bunganya  lebih rendah  ke  negara  lain  yang  tarif  bunganya  lebih  tinggi.  Demikian  juga  dalam
kegiatan  pembayaran  utang  luar  negeri.  Melemahnya  nilai  tukar  akan  merubah posisi  cadangan  devisa  dan  mempengaruhi  posisi  jumlah  uang  beredar  di
Indonesia. Berdasarkan  latar  belakang  yang  telah  dipaparkan,  peneliti  tertarik  untuk
menganalisis  pengaruh  variabel-variabel  ekonomi  yaitu  pendapatan  nasional PDB, nilai tukar, tingkat suku bunga Sertifikat  Bank Indonesia SBI dan uang
primer  terhadap  pergerakan  jumlah  uang  beredar  dalam  arti  luas,  dengan  judul
“Analisis  Variabel  Ekonomi  Yang  Mempengaruhi  Jumlah  Uang  Beredar  di Indonesia periode 2005.1-2009.12”.
B. Perumusan Masalah