Uji Kointegrasi Uji Asumsi Klasik

Akan tetapi, jika nilainya lebih kecil maka uji derajat integrasi perlu dilanjutkan pada diferensi yang lebih tinggi sehingga diperoleh data yang stasioner. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut: Hipotesis: Ho : Data tersebut tidak stasioner pada derajat 1, 2, ........ dan seterusnya. Ha : Data tersebut stasioner pada derajat 1, 2, .........dan seterusnya. Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:  Jika ADF test statistik ADF table critical value α = 5 maka Ho ditolak, data stasioner pada derajat 1, 2, ……dan seterusnya.  Jika ADF test statistik ADF table critical value α = 5 maka Ha ditolak, data tidak stasioner pada derajat 1, 2, ……dan seterusnya.

3. Uji Kointegrasi

Uji kointegrasi merupakan kelanjutan dari uji akar unit. Tujuan dilakukannya uji kointegrasi adalah untuk mengkaji stasioneritas residual regresi kointegrasi. Stasioneritas penting jika ingin mengembangkan suatu model dinamis, terutama ECM yang mencakup variabel-variabel kunci pada regresi kointegrasi terikat. Pada umumnya data time series tidak stasioner pada level atau mengandung unit root, bila data tersebut sudah stasioner pada ordo yang sama, misalnya 11 maka dapat dilakukan uji kointegrasi untuk melihat apakah terdapat adanya hubungan keseimbangan antara variabel-variabel tersebut dalam jangka panjang. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut: Hipotesis: Ho : Tidak terdapat hubungan jangka panjang antara variabel independent dan variabel dependent. Ha : Terdapat hubungan jangka panjang antara variabel independent dan variabel dependent. Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:  Jika ADF test statistik ADF tabel critical value α = 5 maka Ho ditolak, terdapat hubungan jangka panjang antara variabel independent dan variabel dependen  Jika ADF test statistik ADF tabel critical value α = 5 maka Ha ditolak, tidak terdapat hubungan jangka panjang antara variabel independent dan variabel dependent.

4. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi variabel terikat dan variabel bebasnya mempunyai model regresi yang baik. Model regresi yang baik adalah jika distribusi data normal atau mendekati normal. Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Jargue-Bera Test atau J-B test. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut: Hipotesis Ho: residual berdistribusi tidak normal Ha: residual berdistribusi normal Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:  Bila probabilitas obsR 2 0.05 maka signifikan, Ho ditolak distribusi data normal  Bila probabilitas obsR 2 0.05 maka tidak signifikan Ha ditolak distribusi data tidak normal

b. Uji Linieritas

Uji yang sangat populer untuk menguji masalah linieritas adalah uji yang dikembangkan oleh J.B Ramsey tahun 1969 untuk lebih dikenal dengan nama Ramsey RESET test. Uji ini biasanya didesain untuk menguji apakah suatu variabel penjelas cocok atau tidak dimasukan dalam suatu model estimasi. Akan tetapi menurut Kennedy 1996 uji yang dikembangkan oleh J.B Ramsey ini digunakan untuk menguji apakah bentuk fungsi suatu model estimasi linier atau tidak linier. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut: Hipotesis Ho: model tidak linier Ha: model linier Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:  Bila probabilitas obsR 2 0.05 maka signifikan, Ho ditolak model linier  Bila probabilitas obsR 2 0.05 maka tidak signifikan Ha ditolak model tidak linier

c. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya hubungan linier yang sempurna antara semua variabel bebas. Jika terjadi hubungan linear yang sempurna maka terdapat problem multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi hubungan yang linear diantara variabel bebasnya. Menurut Montgomery dan Hinies dalam blog Dicky Rahardiyantoro 2006 dijelaskan bahwa multikolinearitas data mengakibatkan koefisien regresi yang dihasilkan oleh analisis regresi berganda menjadi sangat lemah atau tidak dapat memberikan hasil analisis yang mewakili sifat atau pengaruh dari variable bebas yang bersangkutan. Dalam banyak masalah multikolinearitas dapat menyebabkan uji t menjadi tidak siginifikan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan matriks korelasi Corelation Matrix. Dengan langkah pengujian sebagai berikut: Hipotesis: Ho: tidak bersifat Multikolinearitas Ha: bersifat Multikolinearitas Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:  Bila hubungan antara X 1 dan X 2 0.8 → Ho ditolak, model bersifat multikolinearitas  Bila hubungan antara X 1 dan X 2 0.8 → Ho diterima, model tidak bersifat multikolinieritas

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika nilai dari variannya tetap maka disebut homoskedastisitas, sedangkan jika variannya berbeda disebut heteroskedastisitas, dimana model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Pendeteksian heteroskedastisitas dapat dilakukan melalui Uji White. Dengan langkah-langkah pengujian sebagai berikut: Hipotesis; Ho: tidak terjadi Heteroskedastisitas Ha: Terjadi Heteroskedastisitas Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:  Bila probabilitas ObsR 2 0.05 → Ho ditolak, terjadi heteroskedatisitas  Bila probabilitas ObsR 2 0.05 → Ho diterima, tidak terjadi heteroskedatisitas

e. Uji autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi liniear terdapat korelasi atau tidak. Model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak terdapat problem autokorelasi. Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut : a. Bila D-W di bawah -2 berarti terdapat autokorelasi positif. b. Bila D-W diantara -2 s.d. +2 tidak terdapat autokorelasi. c. Bila D-W di atas +2 terdapat autokorelasi negatif. Untuk mengetahui ada atau tidaknya penyakit autokorelasi dalam suatu model, dapat dilihat dari nilai statistik Durbin-Watson. Tabel 3.1 Uji Durbin-Watson Ada autokorelasi positif Tidak dapat diputuskan Tidak ada autokorelasi Tidak dapat diputuskan Ada autokorelasi negatif dl du 2 4-du 4-dl 4

1.10 1.54 2.46 2.90

Langkah-langkah pengujian sebagai berikut: Hipotesis: Ho: tidak terdapat Autokorelasi Ha: Terdapat Autokorelasi Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:  Bila nilai DW tidak berada antara 1.54 – 2.46 → Ho ditolak, model terdapat autokorelasi  Bila nilai DW berada antara 1.54 – 2.46 → Ho diterima, model tidak terdapat autokorelasi Selain dengan menggunakan uji Durbin Watson, untuk melihat ada tidaknya penyakit autokorelasi dapat juga digunakan uji Langrange Multiplier LM Test dengan membandingkan nilai probabilitas R-Squared dengan α = 0.05 Gujarati: 2006 Langkah-langkah pengujian sebagai berikut: Hipotesis: Ho: tidak terjadi Autokorelasi Ha: Terjadi Autokorelasi Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:  Bila probabilitas ObsR 2 0.05 → Ho ditolak, terjadi autokorelasi  Bila probabilitas ObsR 2 0.05 → Ho diterima, tidak terjadi autokorelasi

5. Uji