BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel tak bebas dependent variabel dan empat variabel bebas independent variabel.
Adapun variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut : 1. Variabel bebas yaitu pendapatan nasional PDB, nilai tukarKURS,
tingkat suku bunga SBI dan uang primer. 2. Variabel tidak bebas yaitu jumlah uang beredar dalam arti luas M2.
Data-data yang digunakan adalah data bulanan dari Januari 2005 sampai Desember 2009.
B. Metode Penentuan Sampel
Pada penelitian ini, yang menjadi populasi adalah jumlah uang beredar dalam arti luas M2, produk domestik bruto, nilai tukarkurs, tingkat suku bunga
SBI dan uang primer. Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah uang beredar dalam arti luas M2, produk domestik bruto, nilai
tukarkurs, tingkat suku bunga SBI dan uang primer selama periode Januari 2005- Desember 2009 dengan berupa data per bulan.
C. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan jenis data time series, yaitu merupakan data atau informasi yang diperoleh
dari Bank Indonesia Laporan Tahunan serta Laporan Bulanan, Badan Pusat
Statistik BPS Jakarta dan sumber lainnya yang terkait dengan penelitian ini tahun 2005-2009.
D. Metode Analisis Data
Dalam suatu analisis statistik, hal yang paling mendasar untuk suatu analisis adalah deskripsi dari suatu data Ahmad Rodoni, 2004:6. Selain
mendesksripsi hasil penelitian dalam bentuk tulisan, penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang dirancang untuk menentukan
tingkat hubungan variabel yang berbeda dengan suatu populasi. Peneliti dapat mengetahui seberapa besar kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat
serta besarnya arah hubungan yang terjadi. Dalam penelitian ini untuk menganalisis pendapatan nasional PDB, nilai
tukarkurs, tingkat suku bunga SBI dan uang primer terhadap jumlah uang beredar digunakan alat analisis regresi OLS ordinary Least Square dengan data time
series. Adapun metode analisis yang digunakan untuk mengestimas model
penelitian ini adalah metode Error Corection Model ECM yang diperkenalkan
oleh Sargan dan dipopulerkan oleh Eagle dan Granger 1987. Model koreksi kesalahan mampu meliputi banyak variabel dalam menganalisis fenomena
ekonomi, baik jangka pendek maupun jangka panjang serta mengkaji konsistensi tidaknya model empirik dengan teori ekonomika. Selain itu, model ini mampu
mencari pemecahan terhadap persoalan variabel runtun waktu yang tidak stasioner dan regresi lancung dalam ekonometrika.
Pengujian ECM baru dapat dilakukan bila terdapat indikasi adanya hubungan jangka panjang dengan menggunakan uji kointegrasi. Variabel-variabel
dikatakan terkointegrasi bila stasioner pada ordo yang sama. Untuk menguji kestasioneran data, maka pada penelitian ini digunakan Augmented Dickey-Fuller
ADF test. Maka dalam penelitian ini dilakukan beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Uji Stasioneritas
Dalam ekonometrika dikenal dengan beberapa pengujian unit root dan data ekonomi makro pada umumnya adalah time series yang rentan dengan
ketidakstasioneran, untuk itu sebelumnya dilakukan uji stasioner. Tujuan uji stasioner ini adalah agar meannya stabil dan random errornya = 0, sehingga model
regresi yang diperoleh adalah regresi semu. Uji Augmented Dickey-Fuller memasukkan adanya autokorelasi di dalam
variabel gangguan dengan memasukkan variabel independen berupa kelambanan diferensi. Augmented Dickey-Fuller ADF membuat uji akar unit dengan
menggunakan metode statistik nonprametrik dalam menjelaskan adanya autokorelasi antara variabel gangguan tanpa memasukkan variabel penjelas
kelambanan diferensi. Adapun uji akar unit dari ADF sebagai berikut:
ΛY
t
= a + a
1
T + yY
t-1
+ e
t
Dimana t = adalah trend waktu
Statistik distributif t tidak mengikuti statistik distributif normal tetapi mengikuti distributif statistik ADF sedangkan nilai kritisnya digunakan nilai kritis
yang dikemukakan oleh Mackinnon.
Prosedur untuk menentukan apakah data stasioner atau tidak dengan cara membandingkan antara nilai statistik ADF dengan nilai kritisnya yaitu distribusi
statistik Mackinnon. Jika nilai absolut statistik ADF lebih besar dari nilai
kritisnya, maka data yang diamati menunjukkan stasioner dan jika sebaliknya nilai
absolut statistik ADF lebih kecil dari nilai kritisnya maka data tidak stasioner. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
Hipotesis: Ho : Data tersebut tidak stasioner pada derajat Nol
Ha : Data tersebut stasioner pada derajat Nol Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:
Jika ADF test statistik ADF tabel critical value α = 5 maka Ho
ditolak, data stasioner pada derajat nol
Jika ADF test statistik ADF tabel critical value α = 5 maka Ha ditolak, data tidak stasioner pada derajat nol
2. Uji Derajat Integrasi
Dalam uji akar unit ADF bila menghasilkan kesimpulan bahwa data tidak stasioner, maka diperlukan proses diferensi data. Uji stasioner data melalui proses
diferensi ini disebut uji derajat integrasi. Adapun formulasi uji derajat integrasi dari ADF sebagai berikut:
Λ2Y
t
= a + a
1
T + y ΛY
t-i
+ e
t
Dimana: Λ2Y
t
= ΛY
t
– ΛY
t-1
Seperti uji akar unit ADF, keputusan sampai pada derajat keberapa suatu data akan stasioner dapat dilihat dengan membandingkan antara nilai statistik
ADF yang diperoleh dari koefisien y dengan nilai kritis distribusi statistik Mackinnon. Jika nilai absolut dari statistik ADF lebih besar dari nilai kritisnya
pada diferensi tingkat pertama, maka data dikatakan stasioner pada derajat satu.
Akan tetapi, jika nilainya lebih kecil maka uji derajat integrasi perlu dilanjutkan pada diferensi yang lebih tinggi sehingga diperoleh data yang stasioner.
Langkah-langkah pengujian sebagai berikut: Hipotesis:
Ho : Data tersebut tidak stasioner pada derajat 1, 2, ........ dan seterusnya. Ha : Data tersebut stasioner pada derajat 1, 2, .........dan seterusnya.
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:
Jika ADF test statistik ADF table critical value α = 5 maka Ho ditolak, data stasioner pada derajat 1, 2, ……dan seterusnya.
Jika ADF test statistik ADF table critical value α = 5 maka Ha
ditolak, data tidak stasioner pada derajat 1, 2, ……dan seterusnya.
3. Uji Kointegrasi
Uji kointegrasi merupakan kelanjutan dari uji akar unit. Tujuan dilakukannya uji kointegrasi adalah untuk mengkaji stasioneritas residual regresi
kointegrasi. Stasioneritas penting jika ingin mengembangkan suatu model dinamis, terutama ECM yang mencakup variabel-variabel kunci pada regresi
kointegrasi terikat. Pada umumnya data time series tidak stasioner pada level atau
mengandung unit root, bila data tersebut sudah stasioner pada ordo yang sama, misalnya 11 maka dapat dilakukan uji kointegrasi untuk melihat apakah terdapat
adanya hubungan keseimbangan antara variabel-variabel tersebut dalam jangka panjang.
Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
Hipotesis: Ho : Tidak terdapat hubungan jangka panjang antara variabel independent
dan variabel dependent. Ha : Terdapat hubungan jangka panjang antara variabel independent dan
variabel dependent. Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:
Jika ADF test statistik ADF tabel critical value α = 5 maka Ho
ditolak, terdapat hubungan jangka panjang antara variabel independent dan variabel dependen
Jika ADF test statistik ADF tabel critical value α = 5 maka Ha
ditolak, tidak terdapat hubungan jangka panjang antara variabel independent dan variabel dependent.
4. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi variabel terikat dan variabel bebasnya mempunyai model regresi yang
baik. Model regresi yang baik adalah jika distribusi data normal atau mendekati normal. Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Jargue-Bera Test atau J-B
test. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
Hipotesis Ho: residual berdistribusi tidak normal
Ha: residual berdistribusi normal
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria: Bila probabilitas obsR
2
0.05 maka signifikan, Ho ditolak distribusi data normal
Bila probabilitas obsR
2
0.05 maka tidak signifikan Ha ditolak distribusi data tidak normal
b. Uji Linieritas
Uji yang sangat populer untuk menguji masalah linieritas adalah uji yang dikembangkan oleh J.B Ramsey tahun 1969 untuk lebih dikenal dengan nama
Ramsey RESET test. Uji ini biasanya didesain untuk menguji apakah suatu variabel penjelas cocok atau tidak dimasukan dalam suatu model estimasi. Akan
tetapi menurut Kennedy 1996 uji yang dikembangkan oleh J.B Ramsey ini digunakan untuk menguji apakah bentuk fungsi suatu model estimasi linier atau
tidak linier. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
Hipotesis Ho: model tidak linier
Ha: model linier Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:
Bila probabilitas obsR
2
0.05 maka signifikan, Ho ditolak model linier Bila probabilitas obsR
2
0.05 maka tidak signifikan Ha ditolak model tidak linier
c. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya hubungan linier yang sempurna antara semua variabel bebas.
Jika terjadi hubungan linear yang sempurna maka terdapat problem multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi hubungan
yang linear diantara variabel bebasnya. Menurut Montgomery dan Hinies dalam blog Dicky Rahardiyantoro
2006 dijelaskan bahwa multikolinearitas data mengakibatkan koefisien regresi yang dihasilkan oleh analisis regresi berganda menjadi sangat lemah atau tidak
dapat memberikan hasil analisis yang mewakili sifat atau pengaruh dari variable bebas yang bersangkutan. Dalam banyak masalah multikolinearitas dapat
menyebabkan uji t menjadi tidak siginifikan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan matriks korelasi Corelation
Matrix. Dengan langkah pengujian sebagai berikut:
Hipotesis: Ho: tidak bersifat Multikolinearitas
Ha: bersifat Multikolinearitas Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:
Bila hubungan antara X
1
dan X
2
0.8 → Ho ditolak, model bersifat
multikolinearitas Bila hubungan antara X
1
dan X
2
0.8 → Ho diterima, model tidak bersifat
multikolinieritas
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Jika nilai dari variannya tetap maka disebut homoskedastisitas,
sedangkan jika variannya berbeda disebut heteroskedastisitas, dimana model
regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas.
Pendeteksian heteroskedastisitas dapat dilakukan melalui Uji White. Dengan langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
Hipotesis; Ho: tidak terjadi Heteroskedastisitas
Ha: Terjadi Heteroskedastisitas Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:
Bila probabilitas ObsR
2
0.05 → Ho ditolak, terjadi heteroskedatisitas
Bila probabilitas ObsR
2
0.05 → Ho diterima, tidak terjadi
heteroskedatisitas
e. Uji autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi liniear terdapat korelasi atau tidak.
Model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak terdapat problem autokorelasi.
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut : a.
Bila D-W di bawah -2 berarti terdapat autokorelasi positif. b.
Bila D-W diantara -2 s.d. +2 tidak terdapat autokorelasi. c.
Bila D-W di atas +2 terdapat autokorelasi negatif. Untuk mengetahui ada atau tidaknya penyakit autokorelasi dalam suatu
model, dapat dilihat dari nilai statistik Durbin-Watson.
Tabel 3.1 Uji Durbin-Watson
Ada autokorelasi
positif Tidak dapat
diputuskan Tidak ada
autokorelasi Tidak
dapat diputuskan
Ada autokorelasi
negatif
dl du 2 4-du 4-dl 4
1.10 1.54 2.46 2.90
Langkah-langkah pengujian sebagai berikut: Hipotesis:
Ho: tidak terdapat Autokorelasi Ha: Terdapat Autokorelasi
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria: Bila nilai DW tidak berada antara 1.54 – 2.46
→ Ho ditolak, model terdapat autokorelasi
Bila nilai DW berada antara 1.54 – 2.46 → Ho diterima, model tidak
terdapat autokorelasi Selain dengan menggunakan uji Durbin Watson, untuk melihat ada
tidaknya penyakit autokorelasi dapat juga digunakan uji Langrange Multiplier LM Test dengan membandingkan nilai probabilitas R-Squared dengan
α = 0.05 Gujarati: 2006
Langkah-langkah pengujian sebagai berikut: Hipotesis:
Ho: tidak terjadi Autokorelasi Ha: Terjadi Autokorelasi
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria: Bila probabilitas ObsR
2
0.05 → Ho ditolak, terjadi autokorelasi
Bila probabilitas ObsR
2
0.05 → Ho diterima, tidak terjadi autokorelasi
5. Uji
Error Corection Model ECM Pengujian ECM dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Model Dasar : M2 = f PDB, KURS, SBI, UP
Model Ekonometrika :M2
t
= βo+β
1
PDB
t
+β
2
KURS
t
+β
3
SBI
t
+ β
4
UP
t
+ e Dengan model linier dinamis menggunakan fungsi biaya kuadrat tunggal,
dapat diturunkan model koreksi kesalahan error correction model. Bentuk ECM dari studi ini adalah
DM2
t
= βo
t
+ β
1
DPDB
t
+ β
2
DKURS
t
+ β
3
DSBI
t
+ β
4
DUP
t
+ β
5
BPDB
t
+ β
6
BKURS
t
+ β
7
BSBI
t
+ β
8
BUP
t
+ Β
9
ECT
t
+ e Jika diuraikan dalam bentuk natural log akan berubah menjadi sebagai
berikut: DLNM2
t
= βo + β
1
DLNPDB
t
+ β
2
DLNKURS
t
+ β
3
DLNSBI
t
+ β
4
DLNUP
t
+ β
5
BLNPDB
t
+ β
6
BLNKURS
t
+ β
7
BLNSBI
t
+ β
8
BLNUP
t
+ β
9
ECT
t
+ e Sehingga rumus ECM yang terbentuk untuk penelitia ini adalah
DLNM2 C DLNPDB DLNKURS DLNSBI DLNUP LNPDB-1 LNKURS-1 LNSBI-1 LNUP-1 ECT
Ket : βo = Konstanta constant
β
1, …,
β
9
= Koefisien regresi variabel bebas
M2 = Jumlah Uang Beredar Arti Luas
PDB = Produk Domestik Bruto
KURS = Nilai Tukar SBI
= Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia UP
= Uang Primer e
= Error Term
t
= Periode Waktu Setelah model ECM terbentuk, maka pengujian dilanjutkan ke tahap
berikutnya yaitu uji ECT
6. Uji
Error Corection Term ECT
ECT adalah bagian dari pengujian analisa dinamis yaitu ECM. Nilai ECT diperoleh dari penjumlahan variabel independen tahun sebelumnya dikurangi
variabel dependen tahun sebelumnya. Hal ini dimaksudkan untuk melihat bagaimana pengaruh dari model tersebut baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang.
Model ECT yang terbentuk pada penelitian ini adalah: ECT = LNPDB
t
-1+LNKURS
t
-1+LNSBI
t
-1+LNUP
t
-1–LNM2
t
-1 Jika variabel ECT positif dan signifikan 5 maka spesifikasi model sudah
sahih valid dan dapat menjelaskan variabel dependen.
E. Operasional Variabel Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka pemikiran diatas, maka variable-variabel dalam penelitian ini, adalah:
1 Variabel tak bebas :
Variabel tak bebas adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel tak bebas berupa :
Jumlah uang beredar M2 yaitu uang dalam arti luas yang terdiri
dari M1 ditambah uang kuasi.
2 Variabel bebas
: Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel tak bebas. Variabel bebas berupa :
Pendapatan Nasional, diwakili oleh Produk Domestik Bruto PDB
atas dasar harga konstan, seluruh output yang dihasilkan baik oleh warga negara Indonesia maupun warga negara asing yang ada di
Indonesia. PDB yang dirinci menurut lapangan usaha atas dasar harga tetap.
Nilai Tukar Exchange Rate adalah perbandingan dan hasil interaksi
antara dua buah mata uang. Dalam hal ini digunakan nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap Rupiah atas dasar kurs tengah Rupiah yang
dihitung berdasarkan kurs jual beli yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia. Tingkat Suku Bunga SBI adalah suatu jumlah yang diterima atas
penggunaan sejumlah uang yang dipinjam untuk membiayai suatu keperluan tertentu dalam jangka waktu tertentu oleh pihak lain. Tingkat
suku bunga yang diuangkan dalam penelitian ini adalah tingkat suku
bunga Sertifikat Bank Indonesia.
Uang primer atau base money merupakan inti dari proses penciptaan
uang, baik bagi penciptaan uang kartal maupun uang giral Boediono, 1994. Uang primer terdiri atas uang kartal yang dipegang oleh bank
umum maupun masyarakat di luar Bank Indonesia dan kas negara serta rekening giro bank-bank umum dan sektor swasta di Bank Indonesia.
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Perkembangan Jumlah Uang Beredar M
2
Berdasarkan kepada ciri-ciri kegiatan perdagangan yang dijalankan dalam berbagai masyarakat, perekonomian dapat dibedakan menjadi perekonomian
barter dan perekonomian uang. Perekonomian barter adalah suatu sistem kegiatan ekonomi masyarakat di mana kegiatan produksi dan perdagangan masih sangat
sederhana, kegiatan tukar-menukar masih terbatas, dan jual beli dilakukan secara pertukaran barang dengan barang atau barter.
Yang diartikan sebagai perekonomian uang adalah perekonomian yang sudah menggunakan uang sebagai alat pertukaran dalam kegiatan perdagangan.
Semua negara di dunia saat ini sudah dapat digolongkan sebagai perekonomian uang.
Peranan uang sangat penting, ini dapat dilihat dari memperhatikan masalah-masalah yang akan dihadapi apabila perdagangan dijalankan secara
barter, yaitu diantaranya, penentuan harga sukar dilakukan; perekonomian barter membatasi pilihan pembeli; menyulitkan pembayaran tertunda dan sukar
menyimpan kekayaan. Menurut
Sadono Sukirno
2004:267, uang
diciptakan dalam
perekonomian dengan tujuan untuk melancarkan kegiatan tukar-menukar dan perdagangan. Selain untuk memperlancar kegiatan tukar-menukar, uang berfungsi
sebagai satuan nilai, alat pembayaran tertunda serta alat penyimpan nilai.