18
serta sumber untuk sistem pembelajaran. Sedangkan pemanfaatan koleksi perpustakaan berarti suatu proses atau aktivitas pemustaka dalam
memanfaatkan koleksi. Faktor yang mempengaruhi penggunaantidak digunakannya koleksi
perpustakaan adalah pertama, kemudahan atau biaya layanan easecost of user. Kedua, kepuasan pemustaka terhadap koleksi atau layanan
perpustakaan, misalnya jika jam buka perpustakaan menjadi sangat penting untuk pembaca dan pembaca merasa nyaman dengan jam buka
perpustakaan, maka pembaca merasa puas dalam memanfatkan koleksi perpustakaan. Ketiga, kesadaran akan layanan yang diberikan perpustakaan
dalam memenuhi kebutuhan pemustaka, misalnya penyediaan koleksi jurnal untuk pemustaka, sehingga pemustaka memiliki alternatif lain dalam
mencari informasi yang dibutuhkan. Ketersediaan koleksi yang beragam ini menjadi salah satu faktor mengukur tingkat penggunaan koleksi
perpustakaan.
19
6. Akses Koleksi Digital
“..Perpustakaan yang online, berarti database koleksinya tersambung ke internet, dengan demikian dapat diakses dari luar perpustakaan atau dari
berbagai tempat...”
20
“Menurut Purbo dalam Hasugian ada beberapa konsekuensi menarik dengan banyaknya perpustakaan yang tersambung ke internet yaitu:
a. Sumber ilmu pengetahuan yang biasanya terbatas hanya tersedia pada jenis perpustakaan tertentu, kini menjadi tidak terbatas dengan
adanya akses internet.
19
King et al,Comparative Cost of The University of Pitsburg Electronic and Print Library Collections. 2004. Diakses tanggal 4 februari 2016 dari
www.sarafineinst.pitt.edu , h.9.
20
Joner Hasugian, Pemanfaatan Internet: Studi Kasus tentang Pola, manfaat dan Tujuan Penggunaan Internet oleh Mahasiswa pada Perpustakaan USU, Pustaka: Jurnal Studi
perpustakaan dan Infromasi, Vol 1, No 1, Juni 2005:1-18, h.9.
19
b. Buku, jurnal ilmiah, laporan penelitian dan dokumen lainnya yang umumnya tersedia hanya di perpustakaan lokal, menjadi
tidakterbatas kaena dicari di berbagai perpustakaan yang ada di internet.
c. Perpustakaan tidak lagi terbatas pada koleksi berbasis cetak paper hased, akan tetapi menjadi pusat diseminasi informasi maupun
pangkalan data penelitian serta aktivitas lainnya.”
21
Kemudahan akses infromasi menggunakan teknologi internet membawa dua perubahan besar bagi penyebaran informasi. Pertama,
kemudahan akses informasi menyebarkan perkembangan koleksi dalam bentuk elektronis semakin melimpah, hak yang disediakan secara cuma-
cuma maupun dengan cara berlangganan, sehingga perpustakaan merupakan konsumen yang harus dengan cermat dan teliti menyeleksi koleksi sesuai
dengan kebutuhan pengguna. Kedua, kemudahan akses informasi juga memberi peluang kepada perpustakaan untuk menjadi produsen informasi
dengan memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya.
22
C. Institutional Repository
1. Pengertian Instituional Repository
“...Repository institusi Institutional Repository-IR merupakan suatu wadah secara online untuk mengelola dan melestarikan aset
intelektual civitas akademik di sebuah institusi...”
23
Pendit menjelaskan, bahwa istilah “...institutional repository atau simpanan kelembagaan
merujuk ke sebuah kegiatan menghimpun dan melestarikan koleksi digital
21
Ibid, h.9.
22
Dian Wulandari, Manajer Informasi: Peran Pustakawan Pengadaan di Era Digital. Diakses tanggal 4 Februari 2016 dari
http:www.petra.ac.idlibraryarticlesmanajer_informasi.pdf ,h.3.
23
Endang Fatmawati, Mata Baru Penelitian Perpustakaan Dari SERVQUAL ke LibQUAL+TM, Jakarta: Sagung Seto, 2013, h.106.
20
yang merupakan hasil karya intelektual dari sebuah komunitas tertentu...”
24
“Latar belakang muculnya IR didasari dari komitmen dari semua unsur terkait yang ada di perguruan tinggi terhadap
pengelolaan bahan-bahan digital, termasuk pelestarian jangka panjang secara tepat, akses pengetahuan secara terpusat dalam pangkalan data,
kemudahan akses secara cepat dan murah, serta jangkauan penyebaran informasinya.”
25
2. Fungsi Institutional Repository
“...IR berfungsi sebagai indikator nyata dari kualitas sebuah perguruan tinggi, sehingga meningkatkan visibilitas visibility, prestise prestige, dan
nilai publik public value...”
26
Menurut Prosser dalam Pungki Purnomo, “institutional repository bagi institusi maupun individu dapat
memastikan upaya preservasi jangka panjang the long-term preservation terhadap produk output akademik dari sebuah
institusi pendidikan tinggi, sehingga hal ini dapat meningkatkan visibilitas dan gengsi prestige, dan berperan juga sebagai iklan
advertisement untuk menarik sumber-sumber pendanaan, para dosen baru yang berpotensi dan mahasiswa. Bagi para individu
institutional repository ini dapat menjadi sarana bagi mereka sebagai pusat preservasi karya ilmiah para peneliti, yang
meningkatkan penyebar luasan dissemination. Hal ini jelas sangat berpotensi dapat dimanfaatkan oleh komunitas akademisi
maupun peneliti, karena semua hasil laporan penelitian dikumpulkan dalam satu tempat.”
27
Kehadiran open acces repository juga dipandang dapat menjadi solusi bagi perguruan tinggi yang memiliki keterbatasan anggaran dalam
mengatasi minimnya ketersediaan jurnal-jurnal elektronik ilmiah yang
24
Pendit, Putu Laxman, Perpustakaan Digitaldari A sampai Z, Jakarta: Citra Karyakarsa Mandiri, 2008, h.17.
25
Endang Fatmawati, Mata Baru Penelitian Perpustakaan Dari SERVQUAL ke LibQUAL+TM, Jakarta: Sagung Seto, 2013, h.107.
26
Endang Fatmawati, Mata Baru Penelitian Perpustakaan Dari SERVQUAL ke LibQUAL+TM, Jakarta: Sagung Seto, 2013, h.106.
27
Pungki Purnomo dan Ida Farida, Manajemen Pengembangan Koleksi Perpustakaan, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2010, h.159.