BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Infrastruktur merupakan enablers pendukung yang memungkinkan terjadinya berbagai kegiatan ekonomi, seperti halnya sistem yang menyediakan transportasi,
keberadaan air bersih untuk dikonsumsi, listrik, pengairan, drainase, akomodasi, bangunan gedung-gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial ekonomi. Infrastruktur juga
merupakan input produksi seperti halnya penggunaan listrik, untuk proses produksi di
semua industri, akses terhadap infrastruktur menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat, dalam hal ini misalnya peran air minum dan sanitasi yang baik, layanan
transportasi, dan listrik yang merupakan kebutuhan dasar masyarakat Budhy, Gita, Wahyu Mulyana, 2005.
Infrastruktur berperan sebagai roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Keberadaan infrastruktur akan mendorong terjadinya peningkatan produktivitas bagi
faktor-faktor produksi dan sebaliknya apabila mengabaikannya akan menurunkan produktivitas.
Pembangunan infrastruktur serta peningkatan kapasitas dan fasilitas baru tentunya akan banyak menyerap biaya yang sangat besar. Studi yang dilakukan oleh
Bappenas menunjukkan bahwa untuk kurun waktu antara 2005 – 2009 dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi 6 dibutuhkan investasi infrastruktur sekitar Rp
613,2 trililiun, suatu angka yang sangat besar. Sedangkan kemampuan Pemerintah dalam memenuhi kebutuhan investasi infrastruktur diprediksikan hanya sebesar Rp
346,5 trililiun. Dengan demikian terdapat kesenjangan investasi yang mencapai Rp 266,7 trililiun
Universitas Sumatera Utara
Kemampuan pembangunan infrastruktur di kabupaten propinsi Sumatera Utara mengalami kendala yang klasik yaitu keterbatasan dana selain itu bantuan strategis
dari pemerintah pusat dan pemerintah propinsi kepada kabupaten dalam pengelolahan infrastruktur juga terbatas.
Untuk mengatasi keterbatasan dana pembangunan infrastruktur tersebut, pemerintah dan masyarakat harus bekerjasama guna menciptakan skemaiklim
investasi yang kondusif. Dalam hal investasi, selain pemerintah, para investor memegang peranan yang sangat penting. Bagi pihak investor, menentukan daerah
tempat berinvestasi merupakan keputusan yang sangat penting. Para investor tentunya memerlukan rangking kabupaten sebagai indikator bagi mereka untuk menanamkan
modalnya. Dengan adanya perangkingan ini dapat dilihat daerah mana yang infrastrukturnya sudah memadai dan yang masih memerlukan pembenahan.
Permasalahannya adalah Sumatera Utara belum memiliki rangking kabupaten berdasarkan nilai infrastruktur. Penelitian ini mencoba menentukan rangking
Kabupaten Propinsi SumateraUtara berdasarkan nilai infrastruktur.
Kebutuhan untuk merangking kabupaten Propinsi Sumatera Utara berdasarkan nilai infrastruktur dapat dipenuhi dengan Metode Analitic Hierarchy process AHP.
AHP merupakan metode yang tepat dalam merangking kabupaten berdasarkan nilai infrastruktur, dengan memberi kerangka yang terorganisir, kompleks sehingga
memungkinkan untuk mengambil keputusan yang efektif atas masalah-masalah dengan melibatkan sejumlah preferensi dari responden, kriteria pilihan serta
penyediaan suatu skala penilaian tertentu yang disusun dalam suatu kuesioner sehingga hasil dari evaluasi dengan metode proses hirarki ini dapat memberikan hasil
optimal.
1.2. Perumusan Masalah