Penentuan Rating Kabupaten-Kota dengan AHP untuk Mendukung Pengembangan Wilayah Berdasarkan Nilai Infrastruktur di Wilayah Sumatera Utara
PENENTUAN RATING KABUPATEN-KOTA DENGAN AHP
UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH
BERDASARKAN NILAI INFRASTRUKTUR
DI WILAYAH SUMATERA UTARA
D I S E R T A S I
Untuk Memperoleh Gelar Doktor Dalam Ilmu Perencanaan
Wilayah Pada Sekolah PascasarjanaUniversitas Sumatera Utara
Dengan Wibawa Rektor Universitas Sumatera Utara
Prof.Chairuddin P.Lubis DTM&H, Sp. A(K)
Dipertahankan pada tanggal 01 Pebruari 2008
di Medan Sumatera Utara
I R Y A N T O
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2008
(2)
PENENTUAN RATING KABUPATEN-KOTA DENGAN AHP
UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH
BERDASARKAN NILAI INFRASTRUKTUR
DI WILAYAH SUMATERA UTARA
D I S E R T A S I
Untuk Memperoleh Gelar Doktor Dalam Ilmu Perencanaan
Wilayah Pada Sekolah PascasarjanaUniversitas Sumatera Utara
Telah dipertahankan dihadapan Panitia Ujian Doktor Terbuka
Pada Hari : jum’at
Tanggal : 01 Pebruari 2008
Pukul : 9.00 WIB
Oleh :
I R Y A N T O
N I M. 058105005
(3)
HASIL PENELITIAN DISERTASI INI TELAH DISETUJUI
UNTUK SIDANG TERBUKA TANGGAL, JANUARI 2008
Oleh Promotor
Prof. Dr. Herman Mewengkang NIP : 130 422 447
Ko -promotor
Prof. Bachtiar Hassan Miraza Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE
NIP : 130 215 130 NIP : 130 810 780
Mengetahui
Ketua Program Doktor Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Prof. Bachtiar Hassan Miraza
NIP : 130 215 130
(4)
Telah diuji pada Ujian Tertutup
Tanggal 27 Desember 2008
_______________________________________________________
PANITIA PENGUJI DISERTASI
Ketua
: Prof. Dr. Herman Mewengkang
Anggota
: 1. Prof. Bachtiar Hassan Miraza
2. Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE
3. Prof. Dr. Ir. Sumono, MS
4. Prof. Dr. Abdullah Bin Embong, MS
5. Dr. Sutarman, MSc
Dengan Surat Keputusan
Rektor Universitas Sumatera Utara
Nomor :
1770/J05/SK/KP/2007
(5)
Diuji Pada Ujian Disertasi (Promosi)
Tanggal: 01 Pebruari 2008
PANITIA PENGUJI DISERTASI
Ketua
: Prof. Dr. Herman Mewengkang
Anggota
: 1. Prof. Bachtiar Hassan Miraza
2. Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE
3. Prof. Dr. Ir. Sumono, MS
4. Prof. Dr. Abdullah Bin Embong, MS
5. Dr. Sutarman, MSc
Dengan Surat Keputusan
Rektor Universitas Sumatera Utara
Nomor :
151/
(6)
TIM PROMOTOR
Prof. Dr. Herman Mewengkang
Prof. Bachtiar Hassan Miraza
(7)
TIM PENGUJI LUAR KOMISI
Prof. Dr. Ir. Sumono, MS
Prof. Dr. Abdullah Bin Embong, MS
(8)
PRAKATA
Pertama dan yang utama penulis ingin memanjatkan Puji syukur
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan Disertasi yang berjudul : “Penentuan Rating Kabupaten-Kota
Untuk Mendukung Pengembangan Wilayah Berdasarkan Nilai Infrastruktur Di Wilayah Sumatera Utara”. Disertasi ini merupakan tugas akhir penulis pada
Program Studi S3 Ilmu Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Selanjutnya pada kesempatan yang baik ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih setulus-tulusnya dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H,Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan izin dan kesempatan serta
bantuan biaya bagi penulis untuk mengikuti Program Doktor Ilmu Perencanaan Wilayah di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan juga atas kesediaan beliau sebagai Ketua Tim Penguji Ujian Disertasi bagi penulis.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. Chairun Nisa B, MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah memberi kesempatan dan fasilitas bagi penulis untuk mengikuti pendidikan pada Sekolah Pascasarjana di Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Bachtiar Hassan Miraza, selaku Ketua Program Doktor (S3) Perencanaan Wilayah dan juga sebagai Ko-Promotor penulis yang selalu
(9)
memberikan arahan, petunjuk dan waktu beliau untuk berkonsultasi dan berdiskusi demi kelancaran penelitian yang penulis lakukan.
4. Bapak Prof. Dr. Herman Mawengkang, selaku Promotor penulis yang dengan penuh kesabaran mendorong, memotivasi dan mengarahkan penulis sehingga Disertasi ini dapat penulis selesaikan.
5. Bapak Prof. Dr.Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Ko-Promotor penulis yang telah menyediakan waktu beliau untuk berdiskusi serta banyak memberikan asupan bagi penulis dalam menyelesaikan Disertasi ini.
6. Bapak Dr. Ramli, SE, MS selaku seketaris maupun sebagai Staf Pengajar Program Doktor (S3) Perencanaan Wilayah, yang banyak memberikan petunjuk kepada penulis dan rekan-rekan Angkatan II Mahassiswa Program Studi S3 Perencanaan Wilayah, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dalam persiapan penelitian.
7. Bapak Dekan FMIPA Universitas Sumatera Utara, Dr. Eddy Marlianto, MSc yang memberikan rekomendasi dan dorongan bagi penulis untuk mengikuti Program Doktor.
8. Bapak dan Ibu Staf pengajar Program Doktor (S3) Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Prof Chairuddin P Lubis DTM&H Sp.A(K), Prof. Bachtiar Hassan Miraza, Prof. Dr. Ir. A.Rahim Matondang, MSIE, Prof. Dr. Ir. Sumono, MS, Prof. Dr. Sukaria Sinulingga, M.Eng, Dr. Ramli, SE, MS, Dr. Polin Pospos, Dr. Ir Chairul Muluk, M.Sc, Dr. Ir.. Moh. Sofyan Asmirza Silalahi, Prof Dr. Affandi Anwar (IPB), Prof. Dr. Sutyastie Soemitro Remi, SE, MS (UNPAD), Dr. Ir Teti Armiati Argo (ITB), Dr. Ir. Ibnu
(10)
Syabri, M.Eng (ITB), Ir. Tata Wiranto, MURP (BAPPENAS) yang telah memberikan bekal yang sangat berharga berupa Ilmu pengetahuan baik teori maupun pengalaman beliau serta motivasi penulis selama mengikuti perkuliahan pada Program Doktor (S3) Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
9. Bapak Ir. Syarifuddin Siregar, M.Si selaku Kepala Dinas Tarukim Provinsi Sumatera Utara beserta Staf yang telah menerima penulis untuk In-depth Interviu, pelaksanaan Focused Group Discusion, pengisian kuesioner, dan izin beliau untuk menggunakan ruang rapat Kadis Tarukim dalam pelaksanaan
Focused Group Discusion yang penulis lakukan.
10. Bapak IR. RE. Nainggolan, MM selaku Kepala BAPPEDA Provinsi Sumatera Utara beserta staf yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan Focused Group Discusion dan pengisian kuesioner serta penggunaan ruangan rapat untuk Focused Group Discusion berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan.
11. Bapak Dr. Ir. Gindo , M.Si selaku Wakadis Pengairan Provinsi Sumatera Utara beserta Staf, Bapak Kasubdis Jalan dan Jembatan Provinsi Sumatera Utara dan Staf, Bapak Pimpinan Badan Investasi Dan Promosi Provinsi Sumatera Utara beserta staf, dan pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu disini, yang telah bersedia memberikan data yang penulis butuhkan baik dalam In-depth Interviu maupun dalam pengisian kuesioner.
12. Rekan-rekan penulis khususnya Angkatan II mahasiswa Program Doktor (S3) Perencanaan
(11)
Wilayah, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah menunjukkan rasa kebersamaannya dan dorongan moril sehingga penulis dapat menyelesaikan Disertasi ini.
13. Kepada Sdr. M.Yusuf dan seluruh staf Program Doktor (S3) Perencanaan Wilayah yang telah melayani penulis selama studi di Program Doktor (S3) Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
14. Secara khusus pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan tarima kasih dan sayang yang mendalam kepada yang amat mulia kedua orangtua penulis, papa Alm. Lisannuddin Harahap gelar Baginda Bandaharo Harahap dan mama Mindamora yang telah bersusah payah membesarkan, menyekolahkan, membiayai dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang dan do’a yang tiada hentinya. Demikian juga kepada kedua almarhum mertua saya yang semasa hidup mereka sangat menyayangi kami.
Terima kasih yang tak terhingga kepada Isteri tercinta Diana Novalyta atas pengorbanan, kerelaannya memberikan kesempatan bagi penulis untuk menyelesaikan studi dan dengan penuh pengertian tetap setia mendampingi penulis dalam mengatasi berbagai masalah dalam penyelesaian Disertasi ini. Kepada anak-anakku yang kusayangi dan amat kubanggakan, ananda
Valentino, SE, Silviana Realyta, S.Psi, Kriswandy Putra, SKG, dan Rizaldy Putra atas pengertian dan kerelaan kalian kurang mendapatkan perhatian
selama papa menyelesaikan studi. Kepada kakaku Liany, Smh dan adik-adikku Dra. Yanita, Apt, Ir. Hendrianto, MSIE, Ir. Erwin, Ir. Lindawaty, Drs. Eddyanto,
(12)
Ak, MBA, Ir. Lanita, Dra. Lianty, SH, dan Ir. Erliyanto, Ak yang selalu memberikan dorongan dan do’a demi keberhasilan penulis.
Akhirnya, sekali lagi penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada mereka yang penulis sebutkan sebelumnya, semoga Tuhan Yang maha Esa selalu memberikan perlindungan, kesehatan dan limpahan rahmadNya kepada mereka atas kebaikan-kebaikan tersebut.
Penulis menyadari bahwa Disertasi ini tidak mungkin terlepas dari kesalahan yang ada diluar kemampuan penulis. Oleh sebab itu penulis dengan senang hati akan menerima kritik dan saran demi kesempurnaannya.
Medan, 01 Pebruari 2008.-
Hormat Penulis
(13)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Padang Sidimpuan, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara pada tanggal 4 April 1946, sebagai anak ketiga dari pasangan Lisanuddin Harahap gelar Baginda Bandaharo Harahap (almarhum) dengan Mindamora. Pendidikan dasar diselesaikan di SR Negeri 10 pada tahun 1959, pendidikan Menegah Pertama di SMP Negeri III Padang Sidimpuan selesai pada tahun 1962, pendidikan Menegah Atas (SMA) jurusan IPA juga di Padang Sidimpuan dan selesai pada tahun 1965. Penulis masuk ke Perguruan Tinggi pada tahun 1965 di Fakultas FIPIA jurusan Matematika Universitas Sumatera Utara dan memperoleh gelar BSc pada tahun 1969 dan Sarjana lengkap pada tahun 1973 dengan gelar Drs. Pada tahun 2002 Penulis melanjutkan pendidikan S2 di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, program studi Matematika dan selesai dengan kelulusan Cumlaude pada tahun 2004 dengan gelar M.Si. Kesempatan untuk melanjutkan pendidikan pada program studi S3 Perencanaan Wilayah di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara penulis peroleh pada tahun 2005.
Penulis mulai bekerja sebagai Assisten dosen pada tahun 1968 dan diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil pada tahun pada tahun 1971 sebagai Assisten Muda Gol. II/b di Departemen Matematika FMIPA Universitas Sumatera Utara. Pada tahun 1973 sebagai Assisten Ahli Madya, Gol.III/a, tahun 1975 sebagai Penata Muda Gol.III/b, tahun 1977 sebagai lektor Muda Gol.III/c, pada tahun 1979 sebagai Lektor Madya Gol.III/d, tahun 1981 sebagai Lektor Gol. IV/a, tahun 1984 sebagai Lektor Kepala Gol.IV/b dan sebagai Lektor Kepala Gol. IV/c mulai tahun 1987 sampai sekarang. Penulis pernah menjadi Guru SMP di Perguruan Sutomo Medan pada tahun 1968-1978 dan guru SMA/ Wakil Kepala Sekolah di SMA Tribukit Medan pada tahun 1970-1980. Pada tahun 1980-1984 menjadi Kepala Sekolah SMA di Perguruan Husni Thamrin Medan. Selain tugas sebagai dosen di FMIPA Universitas Sumatera Utara, penulis juga diperbantukan di Biro Rektor USU sebagai Asisten Rektor dibidang kemahasiswaan dari tahun 1978-1986 dan sebagai Staf Ahli Rektor USU pada tahun 1987 sampai sekarang. Pernah menjadi Kepala UPT Percetakan dan Penerbitan Universitas Sumatera
(14)
1998-2002 dan Kepala Unit Usaha Penunjang Akademis Universitas Sumatera Utara pada tahun 2007 sampai sekarang.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dikegiatan organisasi mahasiswa dan kegiatan olahraga dan seni mahasiswa dan sebagai mahasiswa pernah menjadi King University pada tahun 1970. Penulis juga aktif di organisasi kemasyarakatan diantaranya sebagai Ketua Umum Shidoka Sumatera Utara (1980-sekarang), Ketua Komite Olahraga Nasional/KONI Kota Medan selama 3 priode, Pengurus KONI Sumatera Utara sejak tahun 1992-sekarang (3 priode), pernah menjadi Ketua BAKOM PKB Sumatera Utara selama 2 priode, Seketaris BAKOR USU, Sekjen BAPOMI Sumatera Utara, Ketua harian Pengda PERBASI Sumatera Utara, Wanhat Golkar Kotamadya Medan, BAPEDA Golkar Sumatera Utara dan organisasi lainnya. Selama menjadi staf pengajar penulis menjadi anggota Himpunan Matematikawan Indonesia, Himpunan Statistikawan Indonesia, Sout East Asian Mathematical Assosiation, Ikatan Alumni dan keluarga FMIPA USU, Asosiasi Dosen Indonesia, Dewan Pakar Ikatan Guru Matematika Sumatera Utara dan organisasi ilmiah lainnya.
Penulis pernah menerima penghargaan Satyalancana Karya Satya 20 Tahun dan Satyalancana Karya Satya 30 Tahun dari Presiden Republik Indonesia pada tahun 1999 dan pada tahun 2003
Dalam kegiatan ilmiah penulis aktif manulis baik di forum nasional maupun internasional, diantaranya :
1. Two Types of Rectanggular Formula Combination For Getting The Better Numerical Integration Method, International Conference On Mathematics And Applications, Yogyakarta, 1999
2. Application of Numeric Integration In Determining The Width Limited By Sun Intensity And Time Coordination System, Jurnal Discovering Mathematics,Malaysian Mathematical Sciences Society, Vol.24 No.1, 2002.
3. Modefication of Simpson’s 1/3-Rule, Jurnal Matematika Murni Dan Terapan, Vol. 1 No.1, 2003
(15)
4. Model Keputusan Investasi Ventura Dengan Mnggunakan Analitik Hirarkhi Proses, Jurnal Metematika Murni Dan Terapan, Vol. 2, 2004. 5. Perbandingan berpasangan dalam Proses Analirik Hirarki, EPSILON, Jurnal Matematika Dan Terapannya, Vol. 5, No.2, November 2004. 6. Pengembangan Model Penentuan Urutan Prioritas Mesin Dengan Metode Analytic Hierarchy Process(AHP), Jurnal Ilmiah SAINTEK, Vol. 21 No. 1, 2005.
7. Minimasi Fungsi Boolean Pada Suatu Rangkaian Sirkuit Dengan K-Map, Proceding Seminar Nasional Teknologi Informasi Dan Multi Media, Medan, 2004.
8. Prosedur Memperthankan Urutan Prioritas Dalam Penembahan Alternatif Pada Analytic Hierarchy Process, Prosiding Konfrensi Nasional
Matematika XII, Bali, 2004
9. Model menentukan Pilihan Investasi Modal Dengan mengggunakan Analytic Hierarchy Process, Jurnal Ilmiah SAINTEK, Vol. 22 No. 2, 2005. 10. Penentuan Distribusi Perjalanan Angkutan Udara Dari Medan Ke-Jakarta, Banda Aceh, Padang, Dan Pekan Baru Menggunakan Gravitasi Voohees, Prosiding SeminarNsional Matematika Dan Statiska, Padang, 2005
11. Generalized Distance Approach Of A Multiobjective Programming,, Proceedings Of The 1 IMT-GT Regional Conference On Mathematics, st Statistics And Their Applications, Parapat, 2005
12. Optimization Models For Communication Network Design, Proceedings Of The 1 IMT-GT Regional Conference On Mathematics, Statistics And st Their Applications, Parapat, 2005.
13. Menentukan Pilihan Kota Tempat Berobat Warga Provinsi Suamtera Utara Dengan Menggunakan Analitik Hierarkhi Proses, Proceeding Of National Seminar On Operations Research/ Management Sciences, Jakarta, 2005.
14. Portofolio Optimasi Dengan Vektor Target - Shortfall Probability, Journal Of Computer Science “Al-Khawarizmi”, Vol. 1 Issue, March 2005.
(16)
15. Perencanaan Pembangunan Kabupaten-Kota Melalui Pendekatan Wilayah Dan Kerjasama Antar Daerah, Jurnal Perencanaan & Pengembangan Wilayah “WAHANA HIJAU”, Volume 1 No. 3, 2006.
17. Peran Infrastruktur Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat, Prosiding Perencanaan Dan Perubahan Bangsa di Masa Yang Akan Datang, 2007.
18. Dan kegiatan ilmiah lainnya.
Dimana sebagian dari karya ilmiah Penulis tersebut berkaitan dengan penulisan Disertasi ini.
(17)
ABSTRAK
Secara konseptual, tujuan utama dari pengembangan wilayah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dari suatu wilayah. Terdapat berbagai sektor yang perlu dikembangkan untuk memenuhi tujuan pengembangan wilayah ini, salah satunya adalah infrastruktur. Berbagai literatur telah menunjukkan bahwa negara-negara seperti Cina, Bangladesh, Afrika Selatan, dan sebagainya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi mereka dengan mengembangkan infrastruktur. Namun untuk dapat mencapai tujuan tersebut, harus disusun suatu rencana yang tepat, berguna dan terarah dengan baik.
Ketersediaan infrastruktur yang baik dalam hal kualitas dan kuantitas di suatu wilayah sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam melaksanakan aktivitasnya dan merupakan daya tarik bagi investor untuk berinvestasi di wilayah tersebut. Akan tetapi untuk membangun dan memelihara infrastruktur diperlukan dana yang sangat besar, dipihak lain dana yang dimiliki pemerintah terbatas. Kasus ini menjadi masalah dan beban bagi pemerintah, sehingga pemerintah memerlukan urutan prioritas dalam perencanaan pembangunan infrastruktur di wilayahnya. Karena masyarakat lokal adalah pengguna sekaligus penerima dampak kebijakan pembangunan, maka dalam otonomi daerah preferensi mereka harus diikut sertakan dalam perencanaan pembangunan.
Di Provinsi Sumatera Utara terdapat dua pemerintahan lokal yang bertanggung jawab terhadap pembangunan infrastruktur di wilayah masing-masing, yaitu pemerintah kabupaten (sebanyak 18 kabupaten) dan pemerintah kota (sebanyak 7 kota) yang akan menjadi fokus dari disertasi ini. Sesuai dengan uraian yang telah disampaikan, maka disertasi ini akan menentukan rating (urutan prioritas) dari 18 kabupaten dan rating dari 7 kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara secara terpisah, dengan mempertimbangkan kondisi infrastruktur antar wilayah secara simultan. Salah satu metode yang sangat dikenal, yang dapat digunakan untuk menangani masalah ini adalah Analytic Hierarchy Process(AHP).
Analytic Hierarchy Process (AHP) adalah suatu metode yang banyak digunakan
dalam me-rating (memeringkat) berbagai masalah dan telah menunjukan hasil yang mengagumkan. Metode ini menyelesaikan permasalahan dengan memecah masalah sampai kebagian yang paling kecil. Metode ini juga memiliki banyak keistimewaan, seperti dapat digunakan tanpa data statistik dan dalam analisisnya mengunakan preferensi dari ahli. Namun demikian, metode AHP membutuhkan responden yang benar-benar ahli dalam bidang yang dianalisis. Dipihak lain dalam otonomi daerah preferensi masyarakat lokal harus diikutsertakan dalam perencanaan pembangunan, hal ini menjadi masalah dalam menggunakan metode AHP. Disertasi ini akan menunjukkan bagaimana metode Analytic
Hierarchy Process(AHP) dapat dikembangkan sehingga preferensi masyarakat dalam
menentukan urutan prioritas dapat diikutsertakan.
Hasil disertasi ini memberikan peringkat (rating) kabupaten dan rating kota di Provinsi Sumatera Utara berdasarkan nilai infrastrukturnya. Untuk melihat validasi hasil disertasi, dilakukan pengukuran korelasi antara rating yang diperoleh dengan PDRB dan jumlah tenaga kerja yang diserap oleh investor lokaldan investor luar negeri di kabupaten dan kota berkaitan.
(18)
ABSTRACT
Conceptually, the main objective of regional development is to increase society welfare of a region. There are various sectors need to be develop to fullfil this regional development objective, one of them is infrastructure. Various literature show that countries such as China, Bangladesh, South Africa, etc can increase their economic growth by developing infrasructure. However, to achieve such goal, an appropiate, useful and well-directed plan should be developed.
Availability of well-managed infrastructure, in both quality and quantity, in a region is extremely needed by the society to accomplish their activities and can attract investors, to invest in the region. However, building and maintaining infrastructures need a large amount of fund. In the other side, our government has limited fund. This case become government’s problem and burden, so government needs priority order in infrasructure development planning of the region. Since local society is the user and one who receives the effect of development policy, therefore, in regional autonomy, their preference should be involved in development planning.
In North Sumatera Province, there are two local governments which are responsible for infrastructure development in each region, that are regencies government (18 regencies) and municipalities government (7 municipalities), which will be the focus of this dissertation.
According to the description mentioned above, this dissertation will determine rating of 18 regencies and of 7 municipalities in North Sumatera Province separately, considering inter-region infrastructure condition simulataneously. One well-known method that can be use to solve this problem is Analytic Hierarchy Process (AHP).
Analytic Hierarchy Process (AHP) is a widely used method in rating various problems and have point out astonishing result. This method solves problem by splitting it into the smallest part. This method also has a lot of features, such as it can be used without statistical data and its analysis used experts preference. Nevertheless, AHP method requires respondents, who are really expert in the analyzed field. While in regional autonomy, local society preferences should be involved in development planning, this has become a problem in using AHP method. This dissertation will show that Analytic Hierarchy Process (AHP) can develope so that society preferences can be involve in determining infrastructure development priority ranking of their region.
The result of this dissertation gives regencies and municipalities rating in North Sumatera Province based on their infrastructure value To validate the result, the corelation between rating is measured, which is obtained Gross Regional Domestic Product (GRDP), manpower absorbed by local and foreign investors in the acccording regencies and municipalities.
(19)
KATA PENGANTAR
Pertama dan yang utama penulis ingin memanjatkan Puji syukur kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan Disertasi yang berjudul : “Penentuan Rating Kabupaten-Kota Untuk Mendukung Pengembangan
Wilayah Berdasarkan Nilai Infrastruktur Di Wilayah Sumatera Utara”. Disertasi ini
merupakan tugas akhir penulis pada Program Studi S3 Ilmu Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Selanjutnya pada kesempatan yang baik ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih setulus-tulusnya dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H,Sp.A(K), selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan izin dan kesempatan serta bantuan biaya bagi penulis untuk mengikuti Program Doktor Ilmu Perencanaan Wilayah di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan juga atas kesediaan beliau sebagai Ketua Tim Penguji Ujian Disertasi bagi penulis.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. Chairun Nisa B, MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah memberi kesempatan dan fasilitas bagi penulis untuk mengikuti pendidikan pada Sekolah Pascasarjana di Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Bachtiar Hassan Miraza, selaku Ketua Program Doktor (S3) Perencanaan Wilayah dan juga sebagai Ko-Promotor penulis yang selalu memberikan arahan, petunjuk dan waktu beliau untuk berkonsultasi dan berdiskusi demi kelancaran penelitian yang penulis lakukan.
(20)
4. Bapak Prof. Dr. Herman Mawengkang, selaku Promotor penulis yang dengan penuh kesabaran mendorong, memotivasi dan mengarahkan penulis sehingga Disertasi ini dapat penulis selesaikan.
5. Bapak Prof. Dr.Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Ko-Promotor penulis yang telah menyediakan waktu beliau untuk berdiskusi serta banyak memberikan asupan bagi penulis dalam menyelesaikan Disertasi ini.
6. Bapak Dr. Ramli, SE, MS selaku seketaris maupun sebagai Staf Pengajar Program Doktor (S3) Perencanaan Wilayah, yang banyak memberikan petunjuk kepada penulis dan rekan-rekan Angkatan II Mahassiswa Program Studi Perencanaan Wilayah, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dalam persiapan penelitian.
7. Bapak Dekan FMIPA Universitas Sumatera Utara, Dr. Eddy Marlianto, MSc yang memberikan rekomendasi dan dorongan bagi penulis untuk mengikuti Program Doktor. 8. Bapak dan Ibu Staf pengajar Program Doktor (S3) Perencanaan Wilayah Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Prof Chairuddin P Lubis DTM&H Sp.A(K), Prof. Bachtiar Hassan Miraza, Prof. Dr. Ir. A.Rahim Matondang, MSIE, Prof. Dr. Ir. Sumono, MS, Prof. Dr. Sukaria Sinulingga, M.Eng, Dr. Ramli, SE, MS, Dr. Polin Pospos, Dr. Ir Chairul Muluk, M.Sc, Dr. Ir.. Moh. Sofyan Asmirza Silalahi, Prof Dr. Affandi Anwar (IPB), Prof. Dr. Sutyastie Soemitro Remi, SE, MS (UNPAD), Dr. Ir Teti Armiati Argo (ITB), Dr. Ir. Ibnu Syabri, M.Eng (ITB), Ir. Tata Wiranto, MURP (BAPPENAS) yang telah memberikan bekal yang sangat berharga berupa Ilmu pengetahuan baik teori maupun pengalaman beliau serta motivasi penulis selama mengikuti perkuliahan pada Program Doktor (S3) Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
(21)
Sumatera Utara beserta Staf yang telah menerima penulis untuk Indeph Interviu, pelaksanaan Focused Group Discusion, pengisian kuesioner, dan izin beliau untuk menggunakan ruang rapat Kadis Tarukim dalam pelaksanaan Focused
Group Discusion yang penulis lakukan.
10. Bapak IR. RE. Nainggolan, MM selaku Kepala BAPPEDA Provinsi Sumatera Utara beserta staf yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melakukan Focused Group Discusion dan pengisian kuesioner serta penggunaan ruangan rapat untuk Focused Group Discusion berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan. 11. Bapak Dr. Ir. Gindo , M.Si selaku Wakadis Pengairan Provinsi Sumatera Utara beserta Staf,
Bapak Kasubdis Jalan dan Jembatan Provinsi Sumatera Utara dan Staf, Bapak Pimpinan Badan Investasi Dan Promosi Provinsi Sumatera Utara beserta staf, dan pihak-pihak lain yang tuidak dapat penulis sebutkan satu persatu disini, yang telah bersedia memberikan data yang penulis butuhkan baik dalam Indeph Interviu maupun dalam pengisian kuesioner.
12. Rekan-rekan penulis khususnya Angkatan II mahasiswa Program Doktor (S3) Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah menunjukkan rasa kebersamaannya dan dorongan moril sehingga penulis dapat menyelesaikan Disertasi ini. 13. Kepada Sdr. M.Yusuf dan seluruh staf Program Doktor (S3) Perencanaan Wilayah yang telah melayani penulis selama studi di Program Doktor (S3) Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
14. Secara khusus pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan tarima kasih dan sayang yang mendalam kepada yang amat mulia kedua orangtua penulis, papa Alm. Lisannuddin Harahap gelar Baginda Bandaharo Harahap dan mama Mindamora yang telah bersusah payah menyekolahkan, membiayai dan
(22)
mendidik penulis dengan penuh kasih sayang yang tiada hentinya.
Terima kasih yang tak terhingga kepada Isteri tercinta Diana Novalyta atas pengorbanan, kerelaannya memberikan kesempatan bagi penulis untuk menyelesaikan studi dan dengan penuh pengertian tetap setia mendampingi penulis dalam mengatasi berbagai masalah dalam penyelesaian Disertasi ini. Dan kepada anak-anakku yang kusayangi dan amat kubanggakan, ananda Valentino, SE, Silviana Realyta, S.Psi, Kriswandy Putra, SKG, dan Rizaldy Putra atas pengertian dan kerelaan kalian kurang mendapatkan perhatian papa selama papa menyelesaikan studi. Kakak Liany dan adik-adikku yang selalu memberikan dorongan dan do’a demi keberhasilan penulis.
Akhirnya, sekali lagi penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada mereka yang penulis sebutkan sebelumnya, semoga Tuhan Yang maha Esa selalu memberikan perlindungan, kesehatan dan limpahan rahmadNya kepada mereka atas kebaikan-kebaikan tersebut.
Penulis menyadari bahwa Disertasi ini tidak mungkin terlepas dari kesalahan yang ada diluar kemampuan penulis. Oleh sebab itu penulis dengan senang hati akan menerima kritik dan saran demi kesempurnaannya.
Medan, Januari 2008.-
Hormat Penulis
(23)
DAFTAR ISI
Halaman
ABASTRAK ... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vii DAFTAR SINGKATAN... x DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi
BAB I PENDAHULUAN... ... 1 1.1 Latar Belakang ... ... 1 1.2 Perumusan Masalah ... ... 15 1.3 Tujuan Penelitian ... ... 16 1.4 Manfaat Penelitian ... ... 17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 20 2.1 Pengembangan Wilayah... 20 2.1.1 Sejarah Pengembangan Wilayah di Indonesia ... ... 20 2.1.2 Pengertian Pengembangan Wilayah... 29 2.1.3 Perkembangan Konsep Perencanaan Pengembangan Wilayah... 33 2.1.4 Permasalahan Praktek Perencanaan Pengembangan Wilayah... 38 2.1.5 Konsep Pengembangan Alternatif...……. 44 2.2 Infrastruktur ... 47 2.2.1 Infrastruktur Sebagai Katalis Pembangunan………... 47
2.2.2 Peran Infrastruktur Dalam PengembanganWilayah di
Indonesia………... 51 2.3 Peran Infrastruktur Dalam Pertumbuhan Ekonomi Dunia... 55 2.4 Pembangunan Infrastruktur Di Indonesia... 66 2.5 Infrastruktur asebagai Daya Tarik Investor... 69 2.6 Preferensi... 74 2.7 Perencanaan Partisipatif... 83 2.7.1 Pengertian Perencanaan... 83 2.7.2 Pengertian Partisipasi... 87 2.8 Analytic Hierarchy Process(AHP)... 89 2.8.1 Pengertian Analytic Hierarchy Process... 89 2.8.2 Landasan Aksiomatik dan Metode Dasar AHP... 91 2.8.3 Langkah-Langkah Dalam Metode AHP... 103 2.8.4 Penyusunan Struktur Hierarchy... 105 2.8.5 Perhitungan Bobot Elemen Pada Metode AHP... 106 2.8.6 Pengujian Konsistensi Hierarkhi... 110 2.8.7 Perhitungan Matematik Pada AHP... 112 2.9 Penelitian Terdahulu... 116
(24)
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL... ... 118
3.1 Konseptual Penelitian ... ... 118
3.2 Hipotesis Penelitian... ... 121
3.3 Kerangka Konseptual ... ... 123
BAB IV METODE PENELITIAN ... 124 4.1 Studi Pendahuluan... 124 4.2 Penggabungan Preferensi untuk memperoleh Kesepakatan
Infrastruktur Yang diukur... 125 4.3 Penggabungan Preferensi untuk memperoleh Kesepakatan
Indikator Infrastruktur Dalam merangking Daerah Otonom
Kabupaten-Kota ... ... 126 4.4 Perancangan Dan Penyepakatan Kuesioner Uji Coba Pengukuran
Kinerja Infrastruktur... ... 129 4.5 Uji Coba Pengukuran Infrastruktur Wilayah untuk rating daerah
Otonom Kabupaten-Kota ... 129 4.6 Penyempurnaan Indeks Infrastruktur………... 130 4.7 Lokasi, populasi, sampel dan Asumsi Penelitian... 131 4.8 Penetapan Jenis Infrastruktur... 132 4.9 Menentukan Nilai Koefisien Infrastruktur dan Indikatrornya... 134 4.10 Penetapan rating Kabupaten-Kota... 134 4.11 Uji Hipotesis... 135
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... ... 130 5.1 H a s i l
5.1 .1 Gambaran Umum Lokasi dan Keadaan Geografis Penelitian... 136 5.1.2. I k l i m ... ... 139 5.1.3. Pemerintahan ... 139 5.1.4. Ketenagakerjaan... ... 140 5.1.5. Jumlah Penduduk... 141 5.1.6. Gambaran Umum FGD... 147
5.1.7. Pendapatan Daerah Kabupaten-Kota Provinsi Sumatera Utara... 149
5.2. Analisis Data Infrastruktur Kota di Provinsi Sumatera Utara
dengan AHP.
5.2.1 Analisis Kriteria Infrastruktur Kota di Sumatera Utara... 151 5.2.2 Analisis Kriteria Infrastruktur Air Bersih Kota di Sumatera Utara... 152 5.2.3 Analisis Kriteria Infrastruktur Jalan Dan Jembatan di Sumatera Utara.. 153 5.2.4 Analisis Kriteria Infrastruktur Sanitasi Kota di Sumatera Utara... 154 5.2.5 Analisis Kriteria Infrastruktur Terminal Kota di Sumatera Utara... 155 5.2.6 Analisis Kriteria Infrastruktur Listrik Kota di Sumatera Utara... 156
(25)
5.2.7 Analisis Kriteria Infrastruktur Telepon Kota di Sumatera Utara... 157 5.2.8 Analisis Kriteria Infrastruktur Kesehatan Kota di Sumatera Utara... 158
5.3. Analisis Data Infrastruktur Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara ... 160 dengan AHP
5.3.1 Analisis Kriteria Infrastruktur Kabupaten di Sumatera Utara... 160 5.3.2 Analisis Infrastruktur Air Bersih Kabupaten di Sumatera Utara... 161 5.3.3 Analisis Infrastruktur Jalan Dan Jembatan Kabupaten
di Sumatera Utara... .. 163 5.3.4 Analisis Infrastruktur Irigasi Kabupaten di Sumatera Utara... 165 5.3.5 Analisis Infrastruktur Terminal Kabupaten di Sumatera Utara... 167 5.3.6 Analisis Infrastruktur Listrik Kabupaten di Sumatera Utara... 169 5.3.7 Analisis Infrastruktur Telepon Kabupaten di Sumatera Utara... 171 5.3.8 Analisis Infrastruktur Kesehatan Kabupaten di Sumatera Utara... 173
5.4 Pengujian Hipotesis... 176
5.4.1 Uji korelasi antara rating kota dengan PDRB Atas Harga konstan... 176 5.4.2 Uji korelasi antara rating kota dengan PDRB Atas Harga Berlaku... 177 5.4.3 Uji korelasi antara rating kota dengan Jumlah Tenaga Kerja... 179 5.4.4 Uji korelasi antara rating kota dengan PAD Kota bersangkutan... 180 5.4.5 Uji korelasi antara rating kabupaten dengan PDRB Atas Harga
Konstanta dan untuk PDRB Atas Harga Berlaku... 182 5.4.6 Uji korelasi antara rating kabupaten dengan Jumlah tenaga Kerja... 185 5.4.7 Uji korelasi antara rating kabupaten dengan besar PAD-nya... 187 .
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 194
6.1 Kesimpulan... ... 194
6.2 Rekomendasi... 197
DAFTAR PUSTAKA... 200 LAMPIRAN... 208 DAFTAR RIWAYAT HIDUP... 214
(26)
DAFTAR SINGKATAN
AHP : Analytic Hierarchy Process
AWR : Algemeene Water Reglement
BPS : Badan Pengelolah Statistik
BAPPEDA : Badan Perencana Pembangunan Daerah
BPU-PLN : Badan Pemimpin Umum Perusahaan Listrik Negara
CI : Consitency Index
CR : Consistency Rasio
DPS : Daerah Pengairan Sungai
DPR : Dewan Perwakilan Rakyat
FGD : Focused Group Discusion
HAM : Hak Asasi Manusia
IDC : Interegional Development Centre
LSC : Local Service Centre
LSM : Lembaga Sosial Masyarakat
LP : Lingkungan Pergaulan
KS : Kehidupan Sekolah
KPPOD : Komisi Pemantau Pelaksanaan Otonomi Daerah
(27)
NJOPTKP : Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak
NDC : National Development Centre
PAD : Pendapatan Asli Daerah
PP : Peraturan Pemerintah
P3KT : Program –Program Pengembangan Prasarana Kota Terpadu
PMDN : Penanaman Modal Dalam Negeri
PMA ; Penanaman Modal Asing
PBB : Pajak Bumi dan Bangunan
PDB : Produk Domentik Bruto
PDRB : Produk Domestik Regional Bruto
PBM : Proses Belajar Mengajar
PK : Pendidikan Keguruan
RDC : Regional Development Centre
RPJM : Rencana Pembangunan Jangka Menengah
RPJP : Rencana Pembangunan Jangka Panjang
RI : Rasio Indeks
SWS : Satuan Wilayah Sungai
SDA : Sumber Daya Alam
(28)
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
Tabel 2.1 : Perkembangan Lalu Lintas Di Bangladesh Annual Everage
Daily Traffic On FRB Road……….. 60 Tabel 2.2: Skala penilaian perbandingan berpasangan... 104 Tabel 2.3: Matriks perbandingan berpasangan... 106 Tabel 2.4: Matriks perbandingan berpasangan dengan nilai intensitas... 107 Tabel 2.5: Nilai Indeks Acak/ Random Indeks (RI)... 110 Tabel 2.6: Perebandingan Kepentingan Level 2... 113 Tabel 2.7: Matriks Yang Dinormalkan... 114 Tabel 2.8: Penelitian terdahulu... 117 Tabel 5.1 : Letak Geografis menurut Kabupaten- Kota
(Geographical Location Of Regency/City) 2005……….. 137 Tabel 5.2 : Luas Daerah Menurut Kabupaten-Kota
(Area Of Regency/City) 2005... 138 Tabel 5.3 : Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk
menurut Kabupaten-Kota... 142 Tabel 5.4 : Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
2000 menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara,
2001-2005(Juta Rupiah)... 144 Tabel 5.5 : Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
2000 menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara,
2001-2005(Juta Rupiah)... 145 Tabel 5.6 : Realisasi Pendapatan Asli Daerah menurut Jenis dan
Kabupaten/Kota 2005 (Milyard Rupiah)... 146 Tabel 5.7 : Hasil Focused Group Discusion (FGD)……… Tabel 5.8 : Jumlah Tenaga Kerja Yang Diserap Investor PMDN
dan PMA menurut Kabupaten-Kota di provinsi
Sumatera Utara 2005 (Milyard Rupiah)... 150 Tabel 5.9 : Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Kriteria Infrastruktur 151 Tabel 5.10 : Matriks Perbandingan Berpasangan Air Bersih... . 152 Tabel 5.11 : Matriks Perbandingan Berpasangan Jalan dan Jembatan... 153
(29)
Tabel Judul Halaman
Tabel 5.12 : Matriks Perbandingan Berpasangan Irigasi... . 154 Tabel 5.13 : Matriks Perbandingan Berpasangan Terminal... 155 Tabel 5.14 : Matriks Perbandingan Berpasangan Listrik... 156 Tabel 5.15 : Matriks Perbandingan Berpasangan Telepon... 157 Tabel 5.16 : Matriks Perbandingan Berpasangan Kesehatan... ... 158 Tabel 5.17 : Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Kriteria Infrastruktur.. 160 Tabel 5.18 : Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Air Bersih... 161 Tabel 5.19 : Matriks Yang Dinormalkan Dan Eigen Vektor Utamanya
Untuk Air Bersih ... . 162 Tabel 5.20 : Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Jalan dan
Jembatan ... 163 Tabel 5.21 : Matriks Yang Dinormalkan Dan Eigen Vektor Utamanya
Untuk Jalan dan Jembatan... 164 Tabel 5.22 : Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Irigasi... 165 Tabel 5.23 : Matriks Yang Dinormalkan Dan Eigen Vektor Utamanya
Untuk Irigasi... 166 Tabel 5.24 : Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Terminal... 167 Tabel 5.25 Matriks Yang Dinormalkan Dan Eigen Vektor Utamanya
Untuk Terminal ... 168 Tabel 5.26 : Matriks Yang Dinormalkan Dan Eigen Vektor Utamanya
Untuk Terminal... 169 Tabel 5.27 : Matriks Yang Dinormalkan Dan Eigen Vektor Utamanya
Untuk Listrik... 170 Tabel 5.28 : Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Telepon ... 171 Tabel 5.29 : Matriks Yang Dinormalkan Dan Eigen Vektor Utamanya
Untuk Telepon ... 172 Tabel 5.30: : Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Kesehatan... 173 Tabel 5.31 : Matriks Yang Dinormalkan Dan Eigen Vektor Utamanya
(30)
Tabel Judul Halaman
Tabel 5.32 : Bobot rating kota di Provinsi Sumatera Utara dan PDRB
Atas Harga Konstan... 176 Tabel 5.33 : Rank Spearman untuk rating kota dan PDRB Atas Harga
Konstan... 176 Tabel 5.34 : Bobot rating kota di Provinsi Sumatera Utara dan PDRB
Atas Harga Berlaku... 177 Tabel 5.35 : Rank Spearman untuk rating kota dan PDRB Atas Harga
Berlaku ... 178 Tabel 5.36 : Bobot rating kota di Provinsi Sumatera Utara dan Jumlah
Tenaga Kerja... 179 Tabel 5.37 : Rank Spearman untuk rating kota dan Jumlah tenaga kerja... 179 Tabel 5.38 : Bobot rating kota di Provinsi Sumatera Utara dan Besar
PAD-nya... 180 Tabel 5.39 : Rank Spearman untuk rating kota dan rank PAD-nya... 181 Tabel 5.40 : Bobot rating kabupaten di Provinsi Sumatera Utara dan
PDRB Atas Dasar Harga Konstan... 182 Tabel 5.41 : Bobot rating kabupaten di Provinsi Sumatera Utara dan
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku ... 183 Tabel 5.42 : Correlation (Hasil Analisis dengan SPSS-15)... 184 Tabel 5.43 : Bobot rating kabupaten di Provinsi Sumatera Utara dan
Jumlah tenaga Kerja... 185 Tabel 5.44 : Rank Spearman untuk rating kabupaten dan rank Jumlah
Tenaga Kerja... 186 Tabel 5.45 : Bobot rating kabupaten di Provinsi Sumatera Utara dan
Besar PAD-nya... 187 Tabel 5.46 : Rank Spearman untuk rating kabupaten dan rank besar
PAD-nya... 188
(31)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
Gambar - 1 : Latar Belakang Permasalahan Infrastruktu... 17 Gambar - 2 : Struktur Hirarki yang incomplete ... 93 Gambar - 3 : Struktur hirarki yang completel... 93 Gambar - 4 : Struktur hirarki dalam pemilihan sekolah... 112 Gambar - 5 : Kerangka Konseptual... 123 Gambar - 6 : Suasana FGD dengan Dinas Tarukim Provinsi
Sumatera Utara... 148 Gambar - 6 : Suasana FGD dengan BAPPEDA Provinsi Sumatera
Utara... 149
(32)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar BelakangParadigma baru dalam kehidupan bernegara dewasa ini, dimana sebelum tahun 1997 sangat sentralistik, telah berubah menjadi kehidupan yang lebih bernuansa demokratik dan desentralistik. Diawali dengan hadirnya Undang-Undang No. 22 dan No. 25 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang penerapannya telah dimulai pada tahun 2001. Kemudian dengan revitalisasi Otonomi Daerah dan kebijakan desentralisasi yang diformatkan pada Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, memberi peluang sebesar-besarnya kepada pemerintah daerah untuk menggali potensi ekonomi daerah. Pemberian peluang sebesar-besarnya ini sebenarnya bukanlah hal yang baru, karena pada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diamanatkan bahwa pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi. Agar daerah otonomi mampu menjalankan peran tersebut, daerah diberi kewenangan yang seluas-luasnya disertai pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara, yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dalam pertimbangan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tentang pemerintahan Daerah dinyatakan : bahwa dalam rangka penyelenggaraan
(33)
2
pemerintahan daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas perbantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem negara kesatuan Republik Indonesia.
Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan proses pengaturan sumber daya daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dimana kepentingan masyarakat merupakan inti dari penyelenggaraan pembangunan daerah. Masyarakat harus terlibat dalam kegiatan pengawasan pembangunan dan menuntut tersedianya informasi seluas-luasnya. Untuk itu seluruh potensi yang ada di daerah harus tercermin dalam pengembangan wilayah. Proses pengembangan wilayah pada periode tahun dua ribuan mengalami penyesuaian dan penyempurnaan dalam penerapannya sampai lahirnya pradigma baru dalam pengembangan wilayah, yaitu dalam era otonomi saat ini. Agar pendekatan wilayah lebih realistik dan mudah diterapkan, maka pada awal tahun dua ribuan lebih disempurnakan dengan mengakomodasi paradigma baru sehingga lebih diperluas lagi wawasannya dan diselaraskan dengan jiwa otonomi. Dengan demikian pendekatan wilayah sebagai basis perencanaan pengembangan wilayah harus diorientasikan kepada : kemampuan bertindak lokal dalam kerangka berfikir global/makro, kemampuan memperhitungkan kelayakan masa kini dalam mempertimbangkan masa depan, lebih lues atau dinamis dalam
(34)
3
kerangka kerja yang pasti, dan kemampuan memfokuskan pada masyarakat setempat dengan memanfaatkan keterlibatan masyarakat luas (investor, akademis, bisnis, dll). Dalam usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam Pengembangan wilayah, sesuai dengan tujuan otonomi daerah maka setiap daerah otonomi baik kota maupun kabupaten harus mampu meningkatkan pembangunan di daerahnya. Salah satu cara untuk mempercepat pelaksanaan pembangunan di suatu daerah adalah dengan mengusahakan masuknya pemodal sebanyak-banyaknya ke daerah untuk melakukan investasi, baik itu Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA). Masuknya investor akan membuka kesempatan kerja dan meningkatkan ekonomi masyarakat di daerah tersebut.
Dalam konteks pembangunan regional, investasi memegang peranan penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Secara umum investasi atau penanaman modal, baik dalam bentuk PMDN maupun PMA membutuhkan adanya iklim yang sehat, kemudahan serta kejelasan prosedur penanaman modal. Iklim investasi juga dipengaruhi oleh kondisi makroekonomi suatu negara atau daerah. Kondisi inilah yang mampu mendorong sektor swasta untuk ikut serta dalam menggerakkan roda ekonomi. Masuknya investasi ke suatu daerah juga sangat tergantung pada daya tarik daerah tersebut terutama iklim investasi yang kondusif serta kemudahan-kemudahan
(Rating of 200 Districts/Municipalities in Indonesia, A Survey of Bussiness Perception, 2003)
Berdasarkan identifikasi tingkat dan elemen-elemen untuk tujuan me-rating daya tarik daerah kabupaten-kota terhadap investasi, dari pemahaman studi literatur, opini
(35)
4
para pelaku usaha, masukan para ahli dan hasil pemeringkatan yang dilakukan Komisi Pemantau Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa infrastruktur mempengaruhi ketertarikan investor untuk melakukan investasi. Ketersediaan infrastruktur fisik di suatu daerah yakni instalasi dan kemudahan dasar yang terdapat di daerah menjadi daya tarik bagi investor untuk berinvestasi di daerah tersebut. Untuk kelancaran investasi, investor perlu didukung oleh ketersediaan infrastruktur fisik dalam kondisi yang baik (kualitas yang layak) seperti jalan raya, kereta api, pelabuhan laut dan udara, sarana komunikasi, perbankan, rumah sakit, sumber energi listrik, pelayanan Infokom dan lain-lainnya. Para pakar infrastruktur dari berbagai negara di Asia Pasifik, pada pertemuan bulan Agustus 2005 di Jakarta, memiliki kesamaan persepsi mengenai masalah mendasar dalam pembiayaan infrastruktur dengan menyetujui lima sub-tema sebagai fokus pembahasan yang mereka jadwalkan. Salah satu sub-tema yang diangkat pada pertemuan para pakar infrastruktur dari berbagai negara di Asia Pasifik adalah peran infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi. Dari pertukaran pemikiran para pakar mengenai peranan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi di negara masing-masing baik secara kualitatif maupun kuantitatif, keseluruhannya terlihat bahwa infrastruktur memiliki peranan positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Untuk jangka pendek akan menciptakan lapangan kerja sektor konstruksi. Untuk jangka menengah dan panjang akan mendukung peningkatan efisiensi dan produktivitas sektor-sektor terkait (Rating of 200 Districts/Municipalities in Indonesia, A Survey of Bussiness
(36)
5
Peranan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi ditemukan juga di negara-negara Afrika, Bangladesh, China dan beberapa negara-negara lainnya. Sebuah studi menemukan bahwa negara-negara Afrika (tahun 1980 sampai 1990-an) yang melakukan pembangunan infrastruktur pada bidang telekomunikasi dan energi mengalami kenaikan tingkat pertumbuhan tahunan sekitar 1, 3 persen lebih tinggi dibandingkan negara-negara di Asia Timur. Sedangkan suatu studi di Amerika Latin memperkirakan bahwa minimnya investasi infrastruktur sepanjang 1990-an telah mengurangi pertumbuhan jangka panjang sekitar 1-3 persen. Ditingkatkan proyek-proyek pembangunan infrastruktur yang telah dilakukan oleh Bank Dunia rata-rata memberikan return terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara sekitar 20-35 persen (World Bank, 2004).
Penelitian yang dilakukan Calderon dan Serven (2004) menunjukkan adanya dampak pengembangan infrastruktur pada pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan. Studi ini menggunakan sampel data dari 121 negara pada periode 1960-2000. Hasilnya menyimpulkan bahwa: pertama, pembangunan infrastruktur yang sesuai memberikan pengaruh positif kepada pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Kedua, kualitas dan kuantitas infrastruktur yang buruk berdampak negatif pada
pemerataan (equality) pendapatan.
Studi lain yang dilakukan Querioz dan Guatam digunakan untuk menganalisis hubungan antara pembangunan infrastruktur dengan pertumbuhan ekonomi yang mengkombinasikan sebuah analisis cross-section dari data 98 negara dengan sebuah
(37)
6
analisis time series dari data nasional AS tahun 1950 sampai 1988. Hasil studi ini memperlihatkan bahwa kepadatan jalan (km jalan per kapita) memberikan efek yang positif terhadap pendapatan nasional (Felloni,dkk, 2001).
Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Antle digunakan untuk menganalisis hubungan antara infrastruktur dan pertanian melalui pendekatan fungsi produksi dengan menggunakan data dari 66 negara pada tahun 1965. Variabel terikat yang digunakan adalah pendapatan nasional bruto dari produk pertanian, sementara variabel penjelasannya adalah lahan pertanian, masyarakat pertanian aktif, konsumsi pupuk kimia dan jumlah (stok) hewan, rasio pendaftaran sekolah menengah, serta produk nasional bruto dari industri transportasi dan komunikasi per unit lahan (sebagai ukuran bagi infrastruktur). Hasilnya menunjukkan bahwa semua variabel, kecuali tingkat pendidikan, menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Felloni,dkk, 2001).
Musjeri (2002) dalam studinya mengenai lapangan kerja dan kemiskinan di Bangladesh mengulas tentang pentingnya program pembangunan infrastruktur pedesaan dalam upaya pengurangan kemiskinan di Bangladesh. Bangladesh merupakan negara dengan pendapatan per kapita rendah (sekitar $370 pada tahun 2001), dimana satu dari tiga orang penduduknya hidup di bawah garis kemiskinan ($1 per hari). Bangladesh juga merupakan negara yang surplus tenaga kerja yang besar. Tingkat pertumbuhan negaranya tidak mampu menyerap kelebihan tenaga kerja yang ada. Bertahun-tahun lamanya pemerintah Bangladesh berupaya menciptakan
(38)
7
lapangan kerja untuk menyerap kelebihan tenaga kerja tersebut melalui program-program pekerjaan publik maupun program-program pembangunan infrastruktur berbasis tenaga kerja. Program-program ini terbukti mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat miskin, dan bahkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Bangladesh melalui infrastruktur-infrastruktur yang dibangun tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Ahmed dan Hossain (1990), yang dilakukan pada 129 desa di Bangladesh, menunjukkan bahwa desa-desa yang infrastruktur transportasinya berkembang, memperoleh keuntungan yang signifikan dibandingkan dengan desa-desa yang infrastruktur transportasinya belum berkembang.
Hasil penelitian yang dilakukan World Bank (1994) menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur jalan telah mempengaruhi arus lalu lintas di Bangladesh. Jumlah kendaraan di desa meningkat dengan signifikan. Kondisi ini telah menciptakan lapangan kerja pada bidang jasa tranportasi desa. Seiring dengan itu, investasi pada bidang alat-alat transportasi desa menjadi hal yang menarik. Sejalan dengan perkembangan kondisi jalan desa menjadi jalan beraspal, jenis transportasi juga berkembang menjadi jenis transportasi mekanik. Perkembangan pembangunan infrastruktur jalan tersebut meningkatkan aktivitas sosial masyarakat, yang kemudian meningkatkan aktivitas ekonomi, komunikasi, dan akhirnya dapat meciptakan berbagai lapangan kerja baru.
Sejak tahun 1985, pembangunan infrastruktur mulai menjadi perhatian pemerintah China. Bahkan mulai tahun 1990, pembangunan infrastruktur menjadi
(39)
8
prioritas nasional. Sejak itu, pembangunan infrastruktur di China meningkat pesat. Pada akhir tahun 1995, panjang jalan raya mencapai 1157x juta km, jalur kereta api mencapai 62600 km. Dan lebih dari 100 bandara dibuka untuk lalu lintas penerbangan sipil, sementara rute pelayanan udara mencapai 1,13x km. Pipa-pipa saluan air mencapai lebih dari 430x ton per tahun. Jumlah saluran telepon mencapai 59,993x saluran. Dan sembilan puluh enam persen desa memperoleh pelayanan pos, akibatnya petumbuhan ekonomi China maju dengan pesat (China
Development Gateway, 2000).
6 10
6 10 9
10 6
10
Dari uraian ini, infrastruktur sepertinya menjadi jawaban dari kebutuhan negara-negara maupun daerah yang ingin mendorong pertumbuhan ekonominya. Daerah yang memiliki infrastruktur yang baik dalam kuantitas dan kualitasnya akan menjadi daya tarik bagi investor untuk berinvestasi di daerah tersebut. Menyadari pentingnya infrastruktur bagi pertumbuhan ekonomi dan masuknya investor, maka pemerintah daerah baik kabupaten maupun kota sebagai pemain utama dalam sektor infrastruktur selayaknya menjaga kesinambungan investasi pembangunan infrastruktur dan memprioritaskan infrastruktur dalam rencana pembangunan daerahnya. Karena itu bagi daerah otonom, Kabupaten-kota tidak ada pilihan lain kecuali meningkatkan pembangunan infrastruktur daerahnya agar mampu bersaing dengan daerah lainnya dalam usaha menarik masuknya investor.
Dari uraian yang telah disampaikan jelaslah bahwa pembangunan infrastruktur dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat, sebagaimana
(40)
9
yang terjadi di Bangladesh, China, Afrika Selatan dan diberbagai negara lainnya. Pengalaman telah menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur yang padat karya dengan basiskan masyarakat lokal di negara-negara tersebut mampu mengurangi kemiskinan, jumlah pengangguran, dan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonominya.
Dalam era otonomi daerah-daerah otonom kabupaten-kota di wilayah Sumatera Utara, ditempatkan sebagai ujung tombak dalam pelayanan kepada masyarakat dan pembangunan. Selain dari pada itu dalam kerangka AFTA, adanya pembebasan atau pengurangan tarif perdagangan barang dan jasa antar negara, menempatkan daerah otonom kabupaten-kota pada posisi strategis dalam persaingan antar negara karena persaingan menjadi bergeser pada level daerah otonom kabupaten-kota.
Untuk menarik investor masuk ke Provinsi Sumatera Utara, diperlukan kemudahan informasi tentang rating daerah otonom kabupaten-kota di wilayah Sumatera Utara ditinjau dari ketersediaan Infrastrukturnya. Mengingat kondisi infrastruktur kabupaten dan kota sangat jauh berbeda, maka untuk merating kabupaten-kota di wilayah Sumatera Utara perlu membedakannya kedalam dua kelompok, yaitu : kelompok kabupaten dan kelompok kota.
Untuk memperoleh kesepakatan tentang infrastruktur mana saja yang dijadikan sebagai kriteria penilaian diperlukan penggabungan preferensi semua lapisan masyarakat. Hal ini sejalan dengan perubahan paradigma, dimana sebelumnya sarat dengan sentralisasi telah berubah ke desentralisasi, dari arah top-down ke arah
(41)
10
menjadi semakin penting. Partisipasi publik ditempatkan sebagai means untuk mencapai esensi perencanaan itu sendiri yaitu collective agreement. Partisipasi publik merupakan salah satu cara atau metode pengambilan keputusan yang diharapkan dapat meminimalisasi konflik antar stakeholder. Pada perencanaan partisipatif, kapasitas masyarakat, pemerintah dan fasilitator meningkat karena terlibat proses belajar timbal balik. Sejalan dengan yang dinyatakan oleh Jhon Clynton Thomas (1995, 2) bahwa partisipasi publik dapat memberikan efek dukungan masyarakat yang lebih luas terhadap program yang dihasilkan melalui proses partisipasi .
Dalam tataran implementasi program, partisipasi publik akan mendorong social
mobilization yang diwujudkan dalam bentuk mobilisasi sumber daya yang dimiliki
masyarakat secara lebih luas.
Dengan demikian diharapkan keputusan yang diambil merupakan gabungan preferensi yang dapat mewakili seluruh masyarakat dan dapat diterima semua pihak sehingga dalam implementasinya akan mendapat dukungan masyarakat. Dalam perencanaan partisipatif seperti ini metode analisis yang diperlukan harus mempunyai kriteria antara lain : mudah dikonstruksi, dapat diadaptasikan pada kelompok maupun individu, mudah diterima intuisi dan pemikiran umum, mendorong kompromi dan pembangunan konsensus, dan tidak membutuhkan spesialisasi yang tinggi untuk menguasainya. Kebutuhan seperti itu dapat dipenuhi oleh suatu metode yang dikenal dengan nama Analytic Hierarchy Process (AHP).
Kelebihan metode AHP dibandingkan dengan yang lainnya adalah (Suryadi & Ramdhani, 1998):
(42)
11
1. Struktur yang berhierarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai pada sub-subkriteria yang paling dalam.
2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan.
3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan.
4. Metode AHP memiliki keunggulan dari segi proses pengambilan keputusan dan akomodasi untuk atribut-atribut baik kuantitatif dan kualitatif (Gualda et. Al.,2003).
5. Metode AHP juga mampu menghasilkan hasil yang lebih konsisten dibandingkan dengan metode-metode lainnya (Minutulo, 2003).
6. Metode pengambilan keputusan AHP memiliki sistem yang mudah dipahami dan digunakan (Shihan & Kabir, 2003).
Selain kelebihan-kelebihan tersebut, metode AHP juga memiliki beberapa kelemahan penggunaan, antara lain:
1. Responden yang dilibatkan harus para pakar dan memahami permasalan dengan baik.
2. AHP tidak dapat diterapkan pada suatu perbedaan sudut pandang yang sangat
tajam/ ekstrim di kalangan responden.
Dalam merating dengan menggunakan AHP didasarkan pada preferensi para pakar, Namun dalam hal ini belum mengakomodasi pendapat/preferensi masyarakat. Untuk
(43)
12
itu perlu pengembangan metode AHP yang dapat menyerap preferensi seluruh lapisan masyarakat sesuai dengan prinsip otonomi daerah.
Preferensi semua lapisan masyarakat baik itu pemerintah, stakeholder, LSM, DPRD, calon responden, ahli dari Perguruan Tinggi dan lain-lainnya diperoleh melalui Focused Group Discusion (FGD). Dari FGD akan diperoleh kesepakatan tentang infrastruktur mana saja yang perlu dinilai dan kriteria apa saja yang harus ditetapkan untuk penilaian infrastruktur di kabupaten-kota. FGD juga digunakan untuk memperoleh kesepakatan tentang materi kuesioner yang akan digunakan untuk memperoleh preferensi semua lapisan masyarakat.
Melalui FGD akan diperoleh kriteria-kriteria, alternatif-alternatif, indikator-indikator yang diperlukan yang merupakan kesepakatan semua pihak yang merupakan dasar bagi penyusunan kuesioner.
Kuesioner yang telah diuji coba, dibagikan kepada responden yaitu para pakar dan praktisi di bidang infrastruktur untuk memperoleh preferensi mereka dalam membandingkan secara berpasangan kriteria maupun alternatif yang ada. Selanjutnya hasil kuesioner yang diperoleh akan dianalisis dengan metode Analytic Hierarchy
Process (AHP), untuk memperoleh rating dari kabupaten–kota di wilayah Sumatera
Utara.
Pentingnya rating di berbagai bidang kegiatan ditunjukkan oleh banyaknya penelitian yang dilakukan baik secara nasional maupun internasional oleh para pakar dalam menentukan rating di berbagai bidang. Beberapa diantaranya dapat dilihat pada:
(44)
13
Sutarman (2005), ”Memeringkat Kawasan Dati-II di beberapa Dati-I Pulau Sumatera Indonesia berdasarkan kwaliti Sekolah Dasar dan Menengah”. Penelitian dilakukan sebagai Desertasi Doktor di University Kebangsaan Malaysia, Kuala Lumpur.
KPPOD (2003), ”Regional Investment Attractiveness, A Survey of Business
Perception”, yakni penelitian yang dilakukan atas kerjasama dengan The Asian Fundation dalam menentukan rating dari 200 daerah kabupaten-kota di Indonesia
dengan menggunakan metode AHP.
Muhammad Ali Ramdhani (1997), ”Penerapan Prioritas Lokasi Perumahan Berdasarkan Penggabungan metode AHP dan Promethee”, suatu penelitian untuk menentukan rating lokasi yang sesuai untuk perumahan.
Word Economic Focused (1997), melakukan penelitian untuk menentukan rating dari 52 negara menurut daya saing internasionalnya, penelitian ini menggunakan 8 indikator yang salah satu diantaranya adalah infrastruktur.
Widodo (2005), melakukan penelitian untuk menentukan pemilihan Bentuk Peran Serta Swasta dalam pengelolaan terminal di pelabuhan : “Kasus PT. Pelabuhan Indonesia II Cabang Tanjung Priok”. Penelitian ini berhasil menentukan rating bentuk peran swasta dalam pengelolaan Terminal Cabang Tanjung Priok dengan, menggunakan AHP.
Haryono Sukarto (2006), ”Pemilihan Model Transportasi di DKI Jakarta dengan Analisis Kebijakan AHP”, yang berhasil menentukan rating model transportasi yang sesuai untuk DKI Jakarta.
(45)
14
Heru Purboyo, dan Ridwan Sutriadi (2004), ”Penelitian Tentang Kajian Pengembangan Sistem Penilaian dan penentuan peringkat kota dan kabupaten berdasarkan nilai infrastruktur wilayah di Jawa Barat”. Penelitian yang dilakukan berhasil menentukan rating kota dan kabupaten di wilayah Jawa Barat dengan menggunakan metode AHP, dan berbagai penelitian lainnya.
Dengan diperolehnya rating daerah kabupaten-kota di wilayah Sumatera Utara ini akan memudahkan bagi investor untuk memilih dan memutuskan daerah tempatnya berinvestasi. Peringkat ini juga diperlukan untuk memotivasi daerah untuk bersaing dalam meningkatkan daya tarik daerahnya dengan jalan membenahi infrastruktur di daerah masing-masing. Rating daerah otonom kabupaten-kota wilayah Sumatera Utara ini bukan saja bermanfaat bagi para investor dan memotivasi persaingan antar daerah otonom kabupaten–kota. Namun juga diperlukan oleh pemerintah provinsi dan pemerintah pusat dalam pengelolaan dan bantuan pengelolaan infrastruktur antara wilayah kabupaten-kota dalam hal menentukan urutan prioritas yang dilatarbelakangi masalah yang konvensional yakni masalah keterbatasan dana pembangunan yang dimiliki pemerintah provinsi maupun pemerintah pusat. Rating daerah otonom kabupaten–kota yang diperoleh akan bermanfaat bagi perkembangan Ilmu Perencanaan Wilayah.
Dari uraian yang telah disampaikan dapat dirasakan betapa pentingnya pembangunan infrastruktur dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat baik di Bangladesh, China, Afrika Selatan, maupun di beberapa negara lainnya. Sejarah telah menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur yang padat karya di negara-negara
(46)
15
bersangkutan telah berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mensejahterakan rakyatnya. Karena itu pemerintah provinsi Sumatera Utara harus segera mencari strategi pembangunan infrasrtuktur di daerah Sumatera Utara dan menentukan urutan prioritas pembangunannya. Hal ini perlu mengingat bahwa pembangunan infrastruktur memerlukan dana yang cukup besar sedangkan kemampuan pemerintah terbatas. Pembangunan infrastruktur yang dipilih haruslah pembangunan infrastruktur yang padat karya, adil dan melibatkan masyarakat lokal sebagai basis pembangunan dan tidak bias perkotaan
1.2 Perumusan Masalah
Dari keseluruhan uraian sebelumnya dapatlah dirumuskan bahwa permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana mengembangkan metode AHP untuk menentukan rating Kabupaten Kota berdasarkan nilai infrastruktur yang mampu menyerap preferensimasyarakat.
2. Bagaimana memperoleh rating daerah otonom kabupaten–kota di wilayah provinsi Sumatera Utara yang sesuai dengan perencanaan partisipatif. 3. Apakah ada korelasi positif antara rating kabupaten-kota dengan PDRB kabupaten-kota berkaitan?
4. Apakah ada korelasi positif antara rating kabupaten-kota dengan PAD kabupaten-kota berkaitan?
(47)
16
kerja yang diserap investor yang masuk ke kabupaten-kota bersangkutan.
1.3 Tujuan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini tidak terlepas dari beberapa tujuan yang ingin dicapai,
di antaranya:
1. Diperolehnya pengembangan metode AHP yang mampu menyerap preferensi masyarakat, sesuai dengan prinsip pelaksanaan otonomi daerah.
2. Diperolehnya rating kabupaten – kota di wilayah Sumatera Utara.
3. Diperolehnya informasi tentang hubungan antara rating kabupaten-kota dengan besarnya PDRB, PAD dan jumlah tenaga kerja yang diserap PMDN dan PMA di kabupaten-kota bersangkutan.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Penelitian yang dilakukan mempunyai tingkat objektivitas yang cukup baik tidak hanya dalam menghasilkan rating kabupaten-kota di wilayah Sumatera Utara, tetapi juga memberikan semacam preskripsi bagi daerah yang dikaji dalam peringkat tersebut, karena peneliti independen dalam melakukan penelitian.
2. Hasil pengembangan metode AHP dapat digunakan sebagai model analisis pada perencanaan partisipatif, sesuai prinsip pelaksanaan otonomi daerah dimana perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi harus mengikutsertakan masyarakat.
(48)
17
3. Hasil penelitian dapat menjadi embrio dari sebuah sistem tolok ukur penilaian infrastruktur yang bersifat regional maupun nasional, yang selanjutnya akan sangat dibutuhkan dalam menciptakan suatu iklim parsaingan sehat, dalam penyediaan infrastruktur wilayah.
4. Aspek yang lebih penting dari penelitian ini adalah tindakan dari hasil pengurutan
(rating) tersebut. Atau dalam dunia perencanaan wilayah dan kota lebih mengarah
kepada suatu preskripsi. Preskripsi ini diarahkan sebagai rancangan yang berupa rencana-rencana tindak bagi daerah sesuai dengan urutan tersebut. Isi preskripsi dari program tindak tersebut dapat berupa arahan pengembangan infrastruktur, serta arahan pengoperasian dan pemeliharaan infrastruktur wilayah yang ada.
5. Penelitian ini tidak hanya menerapkan teori pada suatu kasus tertentu, melainkan para aktor (stakeholder) yang terkait dengan studi kasus ini turut memberikan pengaruh terhadap identifikasi, analisis, serta kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. Begitu pula dalam membuat rating daerah otonom Kabupaten – Kota tidak semata-mata berdasarkan kelengkapan infrastruktur wilayahnya saja, melainkan jenis infrastruktur serta kriteria dan indikatornya pun ditentukan oleh para stakeholder.
6. Hasil penelitian ini juga diharapkan bermanfaat sebagai arahan pada daerah otonom baik kota maupun kabupaten untuk membangun basis data infrastruktur wilayah yang lengkap dan terpadu. Sehingga tiap jenis data yang berkaitan dengan infrastruktur dapat tersedia dan memiliki keseragaman yang standar antar daerah otonom kabupaten – kota sehingga dapat dikomparasikan.
(49)
18
7. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah provinsi dalam menentukan urutan prioritas pengelolaan dan bantuan pengelolaan infrastruktur kepada daerah otonom kabupaten-kota di wilayah Sumatera Utara dengan keterbatasan dana pembangunan yang tersedia.
8. Rating kabupaten–kota dari penelitian ini dapat digunakan para investor sebagai
informasi dalam menentukan daerah tempatnya berinvestasi, dan akan menjadi pendorong bagi daerah otonom kabuapten–kota di wilayah provinsi Sumatera Utara untuk meningkatkan daya saing daerahnya masing- masing.
Latar belakang yang telah diuraikan seblumnya dapat dilihat dalam bentuk diagram pada Gbr-1 berikut ini :
(50)
19
Gbr –1: Latar Belakang Permasalahan Infrastruktur
Pengelolaan Infrastruktur Wilayah Kemampuan Kab-Kota Pusat Permasalahan Kab-Kota Sistem Perencanaan Sistem Politik Potensi Kab-Kota Lahan dan Infrastruktur Wilayah Penduduk dan Kegiatan Usaha Supply Demand Kab-Kota Sistem Sosial-Masyarakat Pengoperasian dan Pemeliharaan Infrastruktur Pengembangan Infrastruktur Pembiayaan Pembangunan Desentralisasi Provinsi Kab-Kota
Pengelolaan Infrastruktur Antar Wilayah Kota-Kabupaten dan bantuan Pengelolaan Infrastruktur Kota-Kabupaten yang Strategis
Di Tingkat provinsi
Pedoman Pengelolaan Infrastruktur Antar Wilayah Kota-Kabupaten Serta Bantuan Pengelolaan Infrastruktur Kota-kabupaten yang Strategis
Di Tingkat Nasional Keterbatasan Anggaran Kebutuhan Akan Rating
Kab-Kota
Prioritas Penanganan Infrastruktur Wilayahyang
Strategis di Tingkat Nasional Prioritas Penanganan Infrastruktur Wilayah yang Strategis di Tingkat Provinsi
Mampukah Menyelesaikan Permasalahan? LSM ? Pengembangan Wilayah Kab-Kota Yang Terbelakang dan tertinggal
Lembaga Donor? Kab-Kota Yang Maju Beban Bagi Sektor Publik Investor Masuk Ya Tidak
(51)
20
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Pengembangan Wilayah
2.1.1 Sejarah pengembangan wilayah di Indonesia
Pengembangan Wilayah (Regional Development) merupakan usaha peningkatan
kinerja wilayah, dalam rangka mencapai kesejahteraan sosial dan ekonomi serta kelestarian lingkungan wilayah. Permasalahan wilayah telah berubah dan berkembang seiring dengan perubahan dan perkembangan penduduk beserta kegiatannya. Dalam menanggapi perubahan dan perkembangan masalah wilayah, pemikiran pada pendekatan pengembangan wilayah juga telah berubah dan berkembang. Untuk memahami dengan baik perubahan dan perkembangan tentang pengembangan wilayah di Indonesia, maka dicoba untuk menelusuri keadaan pengembangan wilayah mulai periode 60-an.
Kebijakan Pembangunan Nasional pada periode 60-an merupakan awal bagi pembangunan terencana di Indonesia, pembangunan pada era ini dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi; perencanaan lebih diwarnai oleh pendekatan-pendekatan sektoral dan parsial, serta nampak jelas adanya garis pemisah antara kota dan desa dan lebih terfokus pada perencanaan perkotaan, sementara di pedesaan sering ditemui stagnasi dan kemiskinan.
Adanya dikotomi antara perencanaan kota dan perencanaan daerah/ desa dan lebih terfokus pada perencanaan kota telah memberi dampak pembangunan yang
(52)
21
kurang menguntungkan secara regional. Pendekatan yang mengutamakan pertumbuhan tanpa memberi perhatian pada pemerataan ternyata lambat laun menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan bahkan menghambat pertumbuhan itu sendiri. Sehingga hubungan keterkaitan atau sering disebut
interdependency antara kota dan desa/kawasan produksi tidak mungkin dapat terjadi
dengan pola tersebut. Selayaknya kota dan hinterland-nya harus dipandang sebagai satu mekanisme pengembangan wilayah. Karena itu diperlukan suatu pengembangan pemikiran untuk menjembatani kesenjangan antara kota dengan desa/ kawasan produksi, serta bagaimana mengoptimalkan pemamfaatan ruang/lahan dan sumberdaya lokal. Dalam hal ini diperlukan suatu pendekatan yang dapat menggabungkan kota, desa, kawasan produksi dan sarana prasarana pendukungnya sebagai satu kesatuan wilayah/ kawasan.
Pada awal priode 70-an perencanaan secara kewilayahan sudah mulai diminati meskipun konsepnya baru sebatas untuk kepentingan (ego) sektoral dan diantara sektor masih berjalan sendiri-sendiri. Pada sektor pertahanan misalnya dilakukan perencanaan tata guna tanah dengan mendasarkan kepada penilaian kondisi dan potensi lahan yang ada sehingga diperoleh rencana peruntukan/ penggunaan lahan
(zoning plan). Di sektor kehutanan diintroduksikan cara-cara penatapan fungsi/ status
hutan melalui kriteria jenis tanah, kemiringan lahan dan curah hujan. Di sektor pengairan dikembangkan perencanaan pengembangan wilayah berdasarkan pengamatan potensi dan kapasitas sumber air baku demikian juga pada sektor-sektor lainnya.
(53)
22
Perencanaan-perencanaan yang bersifat sektoral ini sebenarnya bertujuan untuk meningkatkan optimasi penggunaan ruang dan sumber daya wilayah dalam hubungannnya dengan pemamfaatan, produktivitas dan konservasi bagi kelestarian lingkungan, yang masih menitik beratkan kepada kepentingan sektornya, kurang mempertimbangkan visi misi daerah. Sehingga terjadi duplikasi pendanaan pembangunan, konflik kepentingan sektoral, sentralisasi, normative dan
supply-driven oriented.
Untuk menghilangkan kelemahan tersebut diperlukan suatu pendekatan “kewilayahan” yang bersifat sektoral atau parsial yakni, suatu pendekatan menyeluruh dan terpadu yang dapat mengakomodasikan kepentingan semua pihak sehingga diperoleh keterpaduan rencana, sinkronisasi program, dan koordinasi pelaksanaan pembangunan sektoral dan daerah.
Pada pertengahan 70-an teori-teori perencanaan pengembangan wilayah semakin berkembang khususnya yang terkait dengan aspek-aspek pembangunan ekonomi, demografi dan geografi. Pada masa ini banyak model-model pembangunan yang mendukung teori pusat pertumbuhan selain itu muncul pula berbagai reaksi terhadap kelemahan teori pertumbuhan tersebut. Teori-teori yang tidak setuju dengan teori pertumbuhan mengetengahkan bahwa kemajuan di suatu kawasan/ lokasi jangan menyebabkan kemunduran di kawasan/ lokasi lainnya. Untuk itu perlu didukung oleh suatu pendekatan komperatif agar pembangunan saling sinergi, agar di suatu wilayah tercipta kondisi yang secara totalitas menunjukkan resultante perkembangan optimum.
(54)
23
Di negara-negara maju dan berkembang pada tahun 70-an para ahli mencoba terus mencari pendekatan-pendekatan yang lebih komprehensif. Proses terebut akhirnya melahirkan pendekatan pengembangan wilayah yang menekankan pada keterpaduan analisis-analisis wilayah (regional analysis) dan dinamakan Ilmu Wilayah (regional science). Walter Isard sebagai pelopor Ilmu Wilayah berpendapat bahwa pendekatan pengembangan wilayah merupakan kajian-kajian terhadap hubungan sebab akibat (causal effects) dari faktor-faktor utama pembentuk wilayah yang meliputi fisik, sosial, budaya dan ekonomi.
Perencanaan pengembangan wilayah lebih lanjut dikembangkan oleh Poernomosidi Hadjisarosa (1976) melalui pendekatan satuan-satuan wilayah ekonomi yang bertumpu pada teori Losch, yang juga mengadopsi teori interdependency bahwa antara wilayah satu dengan yang lainnya akan terjadi saling ketergantungan melalui mekanisme pasar (hubungan supply-demand).
Pengembangan wilayah melalui koordinasi antar daerah administrasi juga berkembang pada pertengahan 70-an tersebut, dimana Hariri Hady (1974, Bappenas) berdasarkan pengalamannya dalam bidang perencanaan pembangunan nasional mengintruksikan sistem perwilayahan nasional, yakni pengelompokan beberapa daerah administrasi menjadi suatu wilayah/subwilayah pembangunan berdasarkan kekuatan keterkaitan antar daerah adiministrasi yang ada, antara lain dalam hal perdagangan, keuangan, jasa, kegiatan peroduksi, hubungan sosial, sistem prasarana (infrastruktur) wilayah dsb. Perwilayahan seperti ini sangat perlu sebagai suatu pendekatan untuk menjamin tercapainya pembanguan yang serasi, selaras dan
(55)
24
seimbang baik antar sektor di dalam suatu wilayah pembangunan maupun antar wilayah pembangunan.
Pengembangan wilayah selanjutnya lebih disempurnakan dengan lebih memperjelas mekanisme penyusunan program pembangunan. Mengingat bahwa penyusunan pogram terkait dengan kegiatan pemerintah, maka dikembangkanlah pemikiran untuk menghubungkan pendekatan wilayah dengan sistem administrasi pembangunan. Hal ini menumbuhkan pendekatan perencanaan yang disebut dengan perencanaan dari atas kebawah (top-down approach) dan dari bawah keatas
(bottom-up approach). Namun pada masa terebut dalam prakteknya, perumusan program
masih didominasi oleh program-program pusat dan belum mencerminkan kehendak aspirasi masyarakat.
Pendekatan perencanaan pengembangan wilayah pada 80-an lebih terfokus pada program pembangunan perkotaan. Agar kota-kota berkembang sesuai dengan fungsi dan hirarkhinya maka pada awal delapan puluhan dirumuskan strategi nasional pembangunan perkotaan (NUDS, 1985). Berdasarkan jumlah penduduk suatu kota, kota diklasifikasikan atas kota metropolitan, kota sedang dan kota kecil, sedangkan berdasarkan fungsi pelayanannya diklasifikasikan ke dalam National Development
Center (NDC), Interregional Development Center (IDC), Regional Development Center (RDC) dan Local Service Center (LSC). Untuk mengimplementasikan strategi
tersebut maka disusunlah rencana-rencana (tata ruang) kota serta program-program Pengembangan Prasarana Kota Terpadu (P3KT), dan pengembangan sistem jaringan transportasi yang menunjang sistem koleksi dan distribusi, melalui pendekatan
(56)
25
keterpaduan. Kebijakan pembangunan pada awal 80-an ini adalah pemerataan pembangunan ekonomi dengan dominasi struktur ekonomi pada sektor industri yang saling menguatkan dengan sektor pertanian. Sementara berbagai kegiatan di sektor ekonomi digalakkan seperti kehutanan, perkebunan, pertambangan, industri, prawisata dan transportasi, mengakibatkan munculnya kecaman dari para ahli ekologi dan environmentalist sedunia tentang permasalahan lingkungan. Menanggapi kecaman ini pemerintah mengeluarkan beberapa peraturan perundang-undangan antara lain Undang-Undang No.4 Tahun 1982 tentang ketentuan pokok pengelolahan lingkungan hidup, Keppres No. 32 tahun 1990 tetang kriteria dan pola pengelolahan kawasan lindung. Selanjutnya Suryono Sostrodarsono mengembangkan pendekatan wilayah fungsional yang merupakan satu ke satuan eko-sistem berupa pengembangan Satuan Wilayah Sungai (SWS) dan Daerah Pengairan Sungai (DPS) sebagai wilayah unit pengembangan dan manajemen sumber daya alam khususnya sumberdaya air. Menurut Suryono, prasarana pengairan, prasarana transportasi, prasarana pengelolahan lingkungan dan prasarana wilayah lainnya, harus direncanakan dan dibangun secara terpadu didalam satu kesatuan wilayah fungsional.
Menjelang akhir tahun delapan puluhan ini banyak pemikir dan ahli menyadari bahwa mekanisme pembangunan yang terlalu sentralistis telah menciptakan banyak permasalahan dalam pembangunan itu sendiri. Oleh karena itu dilakukan perbaikan mekanisme pembangunan dari sentralistis ke desentralistis, dengan dikeluarkannya PP No. 14/1987 tentang penyerahan sebagian urusan pemerintah di bidang ke PU-an kepada daerah.
(57)
26
Selanjutnta pendekatan perencanaan priode 90-an dimana arus globalisasi yang melanda dunia menciptakan kebutuhan akan transformasi disegala aspek kehidupan. Di Indonesia keadaan ini memberi dampak pada, meningkatnya kepekaan masyarakat dalam pembangunan sehingga lebih dituntut “transparency” dan pranserta masyarakat, serta desentralisasi.
Munculnya tuntutan efisiensi pembangunan dan pembangunan yang ramah lingkungan dan perkembangan ekonomi nasional dan global telah berhasil menjalin kerjasama regional seperti IMTGT, AFTA, NAFTA, AIDA, dsb. Operational dari kebijakan tersebut antara lain PP No. 45/1992 tentang penyelenggaraan otonomi daerah dimana urusan yang diserahkan ke daerah ditetapkan berdasarkan kriteria yang duraikan didalam penjelasan PP tersebut. Lahirnya PP ini semakin memperkuat adanya penyerahan urusan ke daerah tingkat II yang kemudian lebih disempurnakan dalam UU No.22 tentang Pemerintahan Daerah.
Dalam perkembangan selanjutnya, sebagai kristalisasi proses perkembangan pendekatan wilayah di Indonesia adalah lahirnya UU No. 24/1992 tentang Penataan Ruang (UUPR) dan termuatnya rencana tata ruang sebagai dasar perencanaan pembangunan dalam GBHN 1993 serta diikuti dalam Tap. MPR No IV/MPR/1999 tentang GBHN 1999 dan UU PROPENAS (2000-2004). Dalam GBHN 1999 ini dijelaskan, bahwa dalam pembangunan yang berwawasan lingkungan dan manusia, dikembangkan pola tataruang yang menyerasikan tata guna tanah, tata guna hutan serta tata guna sumberdaya alam lainnya dalam satu kesatuan tata lingkungan yang harmonis dan dinamis, serta ditunjang oleh pengelolahan perkembangan
(1)
China Development Gateway, 2000,” Infrastructure Development of People’s
Republic of China”. http://www.chinagate.om.cn/english/62.htm
Ernest H. Forman and Saul I.Gass, ”The Analytic Hierarchy Process: An
Exposition,” http://mdm gwu.edu/Formangass.pdf.
Felloni F.T.Wahl, P.Wandschneider, and J.Gilbert. 2001. ”Infrastructure and
Agricultural Production: Cross-country Evidence and Implications for China”,http://impact.wsu.edu/report/teh-papers/pdf/01-103.pdf.
World Bank, 2004, ” Infrastructure : One of the key pillars of economic growth”,
http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/NEWS/0;content MDK:
2012796, menuPK : 34480 page PK : 34370-the SitePK: 4607,00.html. Yan, D. and F. Hua, 2004, ” Infrastructure, Growth, and Poverty Reduction, http://www.worldbank.org/wbi/reducingpoverty/docs/FullCases/China %2OPDF/China%20 Infrastruture.pdf
D. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang Republik Indonesia No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang. Undang-Undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 19 Prp/1960 tanggal 30 April 1960 Jo PP No.67/1961 tanggal 29 Maret 1961 tentang BPU-PLN.
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 Tentang Perubahan Pemilikan Saham dalam rangka Penanaman Modal Asing (PMA) serta paket-paket yang berkaitan dengan deregulasi dan debirokrasi.
Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1987 Tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah di Bidang Ke-PU-an kepada Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1992 Tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 Tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, serta Bentuk dan Tatacara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang.
(2)
LAMPIRAN A.
HASIL ANALISIS DATA DENGAN SPSS-15
GET
FILE='D:\klencot\sray\PROYEK \.sav'. DATASET NAME DataSet1 WINDOW=FRONT.
SAVE OUTFILE='D:\klencot\sray\PROYEK \.sav' /COMPRESSED.
SAVE OUTFILE='D:\klencot\sray\PROYEK \.sav' /COMPRESSED.
CORRELATIONS
/VARIABLES=x y y1 y2 /PRINT=TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE .
Correlations
Notes
Output Created 13-NOV-2007 15:25:44
Comments
Data D:\klencot\sray\PROYEK DESERTASI\ iryanto.sav Active Dataset DataSet1
Filter <none> Weight <none> Split File <none> Input
N of Rows in Working
Data File 18
Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.
Missing Value Handling
Cases Used Statistics for each pair of variables are based on all the cases with valid data for that pair.
Syntax CORRELATIONS
/VARIABLES=x2 y3 y4 /PRINT=TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE .
Elapsed Time
0:00:00,05 Resources
(3)
Correlations
Bobot rating Kabupaten
PDRB-Konstan (juta rupiah)-1
PDRB-Berlaku (juta rupiah)-1 Pearson Correlation 1 ,973(**) ,956(**)
Sig. (2-tailed) ,000 ,000
Bobot rating Kabupaten
N 18 18 18
Pearson Correlation ,973(**) 1 ,994(**)
Sig. (2-tailed) ,000 ,000
PDRB-Konstan (juta rupiah)-1
N 18 18 18
Pearson Correlation ,956(**) ,994(**) 1 Sig. (2-tailed) ,000 ,000
PDRB-Berlaku (juta rupiah)-1
N
18 18 18
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
(4)
LAMPIRAN B
SUASANA FGD
Suasana pelaksanaan FGD di ruang Rapat Kepala Dinas Tarukim Medan Sumatera Utara
(5)
Suasana FGD Di Ruang Rapat BAPPEDA Provinsi Sumatera Utara
(6)
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :N a m a : I R Y A N T O N I M : 058105005
Mahasiswa Program doctor (S3) Ilmu Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, dengan ini menyatakan dengan sebenarnya bahwa segala pernyataan dalam Disertasi saya yang berjudul :
“Penentuan Rating Kabupaten-Kota Dengan Metode AHP Untuk Mendukung Pengembangan Wilayah Berdasarkan Nilai Infrastruktur
Di Wilayah Sumatera Utara”
Adalah merupakan gagasan atau hasil penelitian Disertasi saya, dengan pembimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas di tunjukkan rujukkannya. Disertasi ini Belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada Program sejenis di Perguruan Tinggi lain.
Demikian surat pernyataan ini diperbuat dengan sebenarnya dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya..
Medan, Januari 2008
Yang menyatakan,