Virus dengue ini akan tetap berada di dalam tubuh nyamuk dan menjadi penular infektif sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk
menghisap darah akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya prosboscis agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus
dengue dipindahkan nyamuk ke manusia Depkes RI, 2005.
2.4. Pengendalian Demam Berdarah Dengue
Hingga saat ini pemberantasan nyamuk Aedes aegypti menjadi cara utama yang dilakukan untuk memberantas DBD, karena vaksin untuk mencegah ataupun obat
untuk membasmi virusnya belum tersedia Depkes RI, 2005. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan penyebaran demam berdarah dengue,
antara lain:
1. Pemberantasan nyamuk dewasa
Pemberantasan terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan cara penyemprotan fogging dengan insektisida. Insektisida yang dapat digunakan adalah
golongan organophospat malathion, pyretroid, dll dan golongan carbamat. Penyemprotan dilakukan dua siklus dengan interval 1 minggu. Pada
penyemprotan pertama, semua nyamuk yang mengandung virus dengue nyamuk infentif dan nyamuk lainnya akan mati. Penyemprotan kedua bertujuan agar nyamuk
baru yang infektif akan terbasmi sebelum sempat menularkan kepada orang lain. Dalam waktu singkat, tindakan penyemprotan dapat membatasi penularan,
akan tetapi tindakan ini harus diikuti dengan pemberantasan terhadap jentiknya agar
Universitas Sumatera Utara
populasi nyamuk penular dapat tetap ditekan serendah – rendahnya Depkes RI, 2005.
2. Pemberantasan jentik
Pemberantasan terhadap jentik Aedes aegypti yang dikenal dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk PSN dilakukan dengan cara :
a. Fisik
Cara ini dikenal dengan “3M Menguras Menutup Mengubur”, yaitu : menguras dan menyikat bak mandi, WC, dan lain – lain; menutup tempat
penampungan air rumah tangga tempayan, drum, dan lain-lain; serta mengubur, menyingkirkan, atau memusnahkan barang – barang bekas yang
dapat menampung air kaleng, ban, dan lain – lain. Pengurasan tempat – tempat penampungan air TPA perlu dilakukan secara teratur sekurang –
kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat berkembangbiak di tempat tersebut. Saat ini telah dikenal pula istilah “3M Plus”, yaitu kegiatan
3M yang diperluas Depkes RI, 2005. b.
Kimia Dikenal sebagai Larvasidasi atau Larvasiding yakni cara memberantas jentik
nyamuk Aedes aegypti dengan menggunakan insektisida pembasmi jentik larvasida. Larvasida yang biasa digunakan antara lain adalah temephos yang
berupa butiran – butiran sand granules. Dosis yang digunakan adalah 1 ppm atau 10 gram ± 1 sendok makan rata untuk tiap 100 liter air. Larvasida
Universitas Sumatera Utara
dengan temephos ini mempunyai efek residu selama 3 bulan Depkes RI, 2005.
c. Biologi
Pengendalian ini dilakukan dengan menggunakan makhluk hidup, baik dari golongan mikroorganisme, hewan invertebrata atau hewan vertebrata.
Organisme tersebut dapat berperan sebagai patogen, parasit atau pemangsa. Beberapa jenis ikan seperti ikan kepala timah, ikan gabus, ikan gupi adalah
pemangsa yang cocok untuk larva nyamuk Soegijanto, 2006.
2.5. Ovitrap