membutuhkan informasi mengenai inovasi dan tempat bertanya bagi warga yang telah lebih dahulu mengadopsi inovasi tersebut.
Namun, hal ini tidak berjalan sesuai dengan pendapat Rogers tersebut karena ternyata responden tidak mencari ataupun mendapatkan informasi lanjutan dari
change agents yang ada. Padahal menurut Cassata dan Asante 1979, bila arus komunikasi hanya dikendalikan oleh komunikator, situasi dapat menunjang persuasi
yang efektif. Menurut peneliti, ketidaksesuaian ini diakibatkan karena inovasi tidak dianggap responden sebagai sebuah kebutuhan melainkan hanya bagian dari proyek
kesehatan saja. Terbukti dengan respons yang diperoleh peneliti dilapangan bahwa mereka tidak lagi memanfaatkan ovitrapnya karena tidak adanya pihak yang datang
untuk memeriksa ovitrap dirumah mereka seperti yang sebelumnya dilakukan. Menurut Rogers 1983, proses adopsi akan lebih singkat jika masyarakat “ sadar
karena butuh ataupun butuh karena sadar “ terhadap inovasi tersebut.
5.2.2. Kecukupan Informasi
Dari tabel 4.15 diatas, 27 orang responden 64,3 mengatakan bahwa informasi yang mereka dapatkan tentang ovitrap sudah cukup, 9 orang 21,4
mengatakan informasinya tidak cukup dan 6 orang 14,3 menjawab tidak tahu. Kecukupan informasi yang disampaikan oleh responden erat hubungannya dengan
sumber informasi ovitrap yang mereka miliki, berupa change agents kader kesehatan, kepala lingkungan dan petugas Puskesmas, yang merupakan media untuk
menyampaikan inovasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Melvin DeFleur 1975 tentang fungsi media yakni menyajikan stimulus yang secara seragam diperhatikan
Universitas Sumatera Utara
oleh massa. Stimulus ini membangkitkan desakan, emosi, atau proses lain yang hampir tidak terkontrol oleh individu.
5.2.3. Kategori Saluran Komunikasi
Dari tabel 4.17. diatas dapat dilihat bahwa semua responden 100 kurang memanfaatkan ovitrap dirumah mereka masing-masing. Sesuai dengan pengertian
komunikasi Notoatmodjo 2007, yakni proses penyampaian pesan stimulus dalam bentuk simbol bahasa verbal maupun gerak non-verbal untuk mempengaruhi
orang lain, dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi memiliki fungsi untuk menyampaikan pesan.
Realita dilapangan penelitian menunjukkan masih sangat kurangnya aktivitas pemanfaatan ovitrap oleh responden dan menurut peneliti terjadi karena proses
komunikasi yang tidak berkesinambungan. Pada tahapan perencanaan komunikasi, menurut Notoatmodjo 2007 seharusnya ada tahapan monitoring dan evaluasi yang
harusnya dilakukan oleh change agents yang ada disana. Disamping itu, hal tersebut juga akan berfungsi sebagai sarana promosi kepada masyarakat agar dapat
menggunakan produk dengan baik dan benar. Terputusnya alur komunikasi juga sangat mempengaruhi perilaku baru yang
mulai diadopsi masyarakat. Sesuai dengan tahapan pengambilan keputusan Rogers 1983, responden sudah berada pada tahap pengambilan keputusan, keputusan untuk
tetap memanfaatkan ovitrap atau tidak. Dilihat dari kondisi seluruh responden yang kurang memanfaatkan ovitrapnya, proses advokasi advocacy dan pemberdayaan
masyarakat empowerment yang telah dilakukan sebelumnya menjadi tidak berguna
Universitas Sumatera Utara
karena tidak dibarengi dengan dukungan sosial social support WHO,1984 dalam Notoatmodjo, 2007.
5.3. Waktu 5.3.1. Mendapat Informasi Mengenai Ovitrap