penurunan nilai pinjaman, IFRS mengajukan model yang berdasarkan kerugian yang diekspektasi expected loss dan bukan kerugian yang terjadi incurred loss.
2.1.6. Instrumen Keuangan
Instrumen keuangan
financial instruments
adalah setiap kontrak yang menambah nilai aset keuangan
financial assets
entitas dan liabilitas keuangan
financial liability
atau instrumen ekuitas
equity instruments
entitas lain. Maka dari itu Instrumen keuangan dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Aset keuangan merupakan setiap aset yang berbentuk: i. Kas
ii. Instrumen ekuitas yang diterbitkan oleh entitas lain iii.Hak kontraktual untuk menerima kas atau aset dan mempertukarkan aset
keuangan. iv.Kontrak yang mungkin diselesaikan dengan menggunakan instrumen ekuitas
yangditerbitkan oleh entitas dan merupakan non-derivatif dan derivatif. b. Kewajiban Keuangan adalah setiap kewajiban yang berupa:
i. Kewajiban kontraktual untuk menyerahkan kas atau aset keuangan lain dan untukmempertukarkan instrumen keuangan lain dengan kondisi yang
tidakmenguntungkan entitas tersebut.
Universitas Sumatera Utara
ii.Kontrak yang
akan mungkin
diselesaikan selain
dengan mempertukarkansejumlah tertentu kas atau aset keuangan lain dengan
sejumlah tertentu instrumenekuitas yang diterbitkan entitas. c. Instrumen Ekuitas adalah setiap kontrak yang memberikan hak residual atas aset
suatu entitas setelah dikurangi dengan seluruh kewajibannya. Penerbit instrumen keuangan pada saat pengakuan awal harus mengklasifikasikan
instrumen tersebut atau komponen-komponennya sebagai kewajiban keuangan, aset keuanganatau instrumen ekuitas sesuai substansi perjanjian kontraktual dan
definisi kewajiban keuangan,aset keuangan dan instrumen ekuitas.
2.1.7. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
Cadangan Kerugian Penurunan Nilai yang untuk selanjutnya disebut CKPN, adalah penyisihan yang dibentuk apabila nilai tercatat aset keuangan setelah penurunan nilai
kurang dari nilai tercatat awal. Estimasi penurunan nilai secara kolektif terhadap kelompok aset keuangan
dimaksud didasarkan pada kerugian historis yang pernah dialami aset-aset keuangan yang memiliki karakteristik risiko kredit yang serupa dengan karakteristik risiko kredit
kelompok aset keuangan tersebut. Jika bank tidak atau kurang memiliki pengalaman kerugian yang spesifik, maka bank juga dapat menggunakan pengalaman peer group atas
kelompok aset keuangan yang sebanding. Dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31147KEPDIR tanggal 12
November 1998, pembentukan atau penyisihan dana itu disebut dengan istilah PPAP atau Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif. Dalam PPAP, menurut Surat Keputusan
Direksi Bank Indonesia No. 31148KEPDIR tentang Pembentukan Penyisihan
Universitas Sumatera Utara
Penghapusan Aktiva Produktif, pembentukan cadangan atau penyisihan tersebut dinilai berdasarkan tingkat kolektibilitas dari kredit debitur dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Cadangan Umum PPAP : Kredit Kategori Lancar 1 2. Cadangan Khusus PPAP :
a. 5 x Kredit Kategori Dalam Perhatian Khusus b. 15 x Kredit Kategori Kurang Lancar
– Nilai Agunan c. 50 x Kredit Kategori Diragukan
– Nilai Agunan d. 100 x Kredit Kategori Macet
– Nilai Agunan
Setelah adanya revisi PSAK 5055 pada tahun 2006, maka istilah dari PPAP pun diganti menjadi Cadangan Kerugian Penurunan Nilai atau yang sering disebut dengan
istilah CKPN. Dalam CKPN, pembentukan atau penyisihan dana dinilai dari hasil evaluasi kredit debitur yang dilakukan oleh bank. Jika menurut suatu bank terdapat bukti
objektif bahwa kredit dari debitur itu mengalami impairment penurunan, maka bank itu harus membentuk dana atau cadangan atas kredit tersebut. Karena hasil evaluasi kredit
debitur tersebut didasarkan kepada keputusan masing-masing bank, maka tiap-tiap bank memiliki kebijakan tersendiri dalam membentuk cadangan dana untuk kreditnya.
Walaupun begitu, kebijakan bank itupun tidak boleh melenceng dari beberapa kriteria yang terdapat dalam PAPI Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia setelah adanya
revisi PSAK 5055. Adapun ketentuan pengukuran cadangan menurut CKPN berdasarkan PAPI Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia Revisi 2008 dibagi
menjadi:
Universitas Sumatera Utara
1. Individual Setiap bank dapat memilih perhitungan untuk mengukur nilai CKPN
Individual dengan menggunakan metode seperti di bawah ini : a. Discounted Cash Flow: Estimasi arus kas masa akan datang
pembayaran pokok + bunga yang didiskonto dengan suku bunga b. Fair Value of Collateral : Dengan memperhitungkan nilai arus
kas atas jaminan atau agunan di masa yang akan datang c. Observable Market Price : Ditentukan dari harga pasar dari
kredit tersebut 2. Kolektif
Setiap bank dapat memilih beberapa ketentuan dalam menentukan nilai CKPN pada kelompok kolektif ini sebagai berikut :
a. Dilihat dari perhitungan arus kas kontraktual kreditur di masa akan datang
b. Dilihat dari perhitungan tingkat kerugian historis dari kredit debitur setelah dikurangi tingkat pengembalian kreditnya
Dari beberapa metode pengukuran CKPN diatas, maka akan diperoleh besarnya cadangan atau penyisihan dana atas kredit debitur tersebut. Untuk mengetahui besarnya
nilai penyisihan atau cadangan dana kredit suatu bank berdasarkan perhitungan PPAP, maka kredit bank tersebut tinggal dikalikan saja dengan persentase dari kolektibilitas
kredit tersebut yang sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh BI.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan untuk menentukan besarnya nilai penyisihan atau cadangan dana dari kredit suatu bank berdasarkan perhitungan CKPN, maka kita harus menentukan terlebih
dahulu kredit dari debitur mana saja yang mengalami impairment penurunan nilai. Setelah itu, maka besarnya nilai cadangan dana kredit itu ditentukan dari selisih antara
nilai tunggakan kredit debitur tersebut sebelum dan sesudah terjadinya impairment penurunan nilai.
Jika kita bandingkan cara pembentukan dana menurut PPAP dan CKPN, maka dapat kita lihat bahwa perhitungan PPAP lebih sederhana dibandingkan dengan
perhitungan CKPN, karena kita hanya memperhitungkan penyisihan dananya berdasarkan tingkat kolektibilitas kredit dari debitur tersebut. Sedangkan untuk
perhitungan CKPN, kita perlu mengecek satu per satu apakah kredit debitur tersebut mengalami impairment atau tidak. Setelah itu kita baru akan membentuk cadangan dana
setelah terdapat bukti bahwa kredit debitur tersebut mengalami impairment. Walaupun perhitungan CKPN lebih rumit, tetapi dengan adanya pengecekan kredit
tersebut secara satu per satu, maka pengontrolan kredit tersebut pun menjadi lebih terarah, karena apabila terjadi impairment, maka bank akan segera mencari jalan keluar
agar kredit debitur tersebut tidak sampai dapat merugikan bank tersebut. Oleh karena itu, dengan adanya perhitungan pembentukan atau penyisihan dana kredit berdasarkan
perhitungan CKPN ini, maka setidaknya bank dapat mengurangi terjadinya risiko kredit yang akan dialaminya.
2.1.8. Profitabilitas