adalah 1,5, maka perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia masih berada pada kondisi ideal karena memiliki nilai ROA diatas ketentuan BI.
4.1.2. Likuiditas
Likuiditas dapat diukur dengan Current Ratio CR. CR merupakan rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan aktiva lancar perusahaan untuk memenuhi
kewajiban lancarnya. Ratio ini menunjukkan bahwa nilai kekayaan lancar yang segera dapat dijadikan uang ada sekian kalinya hutang jangka pendek.
Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui nilai CR terendah sebelum penerapan PSAK 5055 adalah 0,87 artinya terdapat Rp. 0,87 aset lancar yang tersedia untuk memenuhi
tiap Rp. 1 kewajiban yang jatuh tempo saat ini. Nilai tersebut terjadi pada Bank Internasional Indonesia Tbk, sedangkan nilai CR terbesar sebelum penerapan PSAK
5055 adalah 1,24 artinya terdapat Rp. 1,24 aset lancar yang tersedia untuk memenuhi tiap Rp.1 kewajiban yang jatuh tempo saat ini. Nilai tersebut terjadi pada Bank Danamon
Indonesia Tbk. Diketahui nilai CR terendah setelah penerapan PSAK 5055 adalah 0,72 artinya terdapat Rp. 0,72 aset lancar yang tersedia untuk memenuhi tiap Rp. 1 kewajiban
yang jatuh tempo saat ini. Nilai tersebut terjadi pada Bank Pundi Indonesia, sedangkan nilai CR terbesar setelah penerapan PSAK 5055 adalah 1,64 artinya terdapat Rp. 1,64
aset lancar yang tersedia untuk memenuhi tiap Rp 1 kewajiban yang jatuh tempo saat ini. Nilai tersebut terjadi pada Bank Central Asia Tbk.
Diketahui nilai rata-rata CR sebelum penerapan PSAK 5055 bernilai 1,0481, sedangkan nilai rata-rata CR setelah penerapan PSAK 5055 bernilai 1,0832. Perhatikan
bahwa terdapat kenaikkan nilai CR, setelah penerapan PSAK 5055. Penerapan PSAK 5055 secara rata-rata meningkatkan nilai CR, dibandingkan sebelum penerapan PSAK
5055. Akan tetapi, bila dibandingkan dengan standar CR menurut bank indonesia yaitu
Universitas Sumatera Utara
sebesar 2.5, maka current ratio perbankan belum dapat dikatakan memuaskan atau dapat dikatakan bahwa bank masih kurang likuid.
4.1.3. Leverage
Leverage dapat diukur dengan Debt to Equity Ratio DER. DER merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat leverage penggunaan hutang terhadap total
shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan. Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui nilai DER terendah sebelum penerapan PSAK
5055 bernilai -31,53 ini mengindikasikan bahwa setiap Rp.1 pendanaan ekuitas, terdapat Rp. -31,53 pendanaan dari kreditor. Nilai tersebut terjadi pada Bank Pundi Indonesia
Tbk, sedangkan nilai DER terbesar sebelum penerapan PSAK 5055 bernilai 15,02 nilai ini mengindikasikan bahwa setiap Rp. 1 pendaan ekuitas, terdapat Rp. 15,02 pendanaan
dari kreditor. Nilai tersebut terjadi pada Bank Artha Graha Internasional Tbk. Diketahui nilai DER terendah setelah penerapan PSAK 5055 bernilai 3,93 nilai ini
mengindikasikan bahwa setiap Rp. 2 pendanaan ekuitas, terdapat Rp. 3,93 pendanaan dari kreditor. Nilai tersebut terjadi pada Bank of India Indonesia, sedangkan nilai DER
terbesar setelah penerapan PSAK 5055 bernilai 15,45 nilai ini mengindikasikan bahwa setiap Rp. 1 pendanaan ekuitas, terdapat Rp. 15,45 pendanaan dari kreditor. Nilai
tersebut terjadi pada Bank Bukopin Tbk. Diketahui nilai rata-rata DER sebelum penerapan PSAK 5055 bernilai 8,2410,
sedangkan nilai rata-rata DER setelah penerapan PSAK 5055 bernilai 9,1729. Perhatikan bahwa terdapat kenaikkan nilai DER, setelah penerapan PSAK 5055. DER
mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh modal sendiri yang digunakan sebagai pembayaran hutang. Penerapan
PSAK 5055 secara rata-rata meningkatkan nilai DER, dibandingkan sebelum penerapan PSAK 5055.
Universitas Sumatera Utara
4.2. Uji Asumsi Normalitas