25
2.6 Analisa Prategang
Tegangan yang disebabkan oleh prategang saja umumnya merupakan tegangan kombinasi yang disebabkan oleh aksi beban lansung dan lenturan yang dihasilkan
oleh beban yang ditempatkan secara eksentris maupun konsentris. Analisis teganga-tegangan yang timbul pada suatu elemen struktur beton
prategang didasarkan atas asumsi-asumsi berikut : 1.
Beton adalah suatu material yang elastis serta homogen 2.
Beton tidak menerima tegangan tarik. Hal ini berlaku untuk struktur dengan prategang penuh fully prestressed. Pada struktur dengan
prategang sebagian partially prestressed, tegangan tarik terbatas bisa saja terjadi pada penampang.
3. Perubahan tegangan pada baja pada umumnya tidak ditinjau dalam
perhitunganm dimana pembebanan merupakan hal kecil yang dapat diabaikan.
Selama tegangan tarik yang diberikan tidak melampaui batas modulus keruntuhan beton, setiap perubahan dalam pembabanan batang menghasilkan
perubahan tegangan pada beton saja, satu-satunya fungsi dari tendon prategang adalah untuk memberikan dan memelihara prategang beton pada beton.
a. Tendon Konsentris
Balok beton prategang dengan satu tendon konsentris yang ditujukan dalam gambar 2.8.
Gambar 2.8 Prategang Konsentris
P P
Universitas Sumatera Utara
26 Gambar diatas menunjukkan sebuah beton prategang tanpa eksentrisitas, tendon
perada pada garis berat beton central grafity of concrete, c.g.s. Prategang seragam pada beton = PA yang berupa tekan pada seluruh tinggi balok. Pada umumnya
beban-beban yang dipakai dan beban mati balok menimbulkan tegangan tarik terhadap bidang bagian bawah dan ini diimbangi lebih efektif dengan menggunakan
tendon.
b. Tendon eksentris
Sebuah balok yang mengalami suatu gaya prategang eksentris sebesar P yang ditempatkan dengan eksentrisitas e kern. Prinsip utama pada kondisi ini adalah
Gambar 2.9 Distribusi Tegangan Tendon Konsentris
6 1
Kern d
e
=
Gambar 2.10 Gambar Kern
Gambar 2.11 Distribusi Tegangan pada Tendon Eksentris
Universitas Sumatera Utara
27 tidak ada yang tertarik pada balok prategang. Tendon ditempatkan secara eksentris
terhadap titik berat beton. Eksentrisitas beton akan menambah kemampuan memikul beban eksternal.
2.7 Kehilangan Gaya Prategang
Merupakan suatu kenyataan bahwa gaya prategang awal yang diberikan pada elemen beton prategang mengalami proses reduksi secara progresif seiring
bertambahnya waktu. Secara umum ini dinyatakan sebagai “Kehilangan Prategang”. Penentuan secara tepat besarnya semua kehilangan tersebut-khususnya yang
bergantung pada waktu-sulit dilakukan karena kehilangan tersebut bergantung pada berbagai faktor yang berkaitan. Metode-metode empiris untuk memperkirakan
kehilangan berbeda-beda menurut peraturan atau rekomendasi, seperti metode Prestressed Concret Institute, cara komite ACI-ASCE, cara Comite
Eurointernationale du Beton CEB, dan FIP Federation Internationale de la Precontrainte. Derajat kerumitan masing-masing metode bergantung pada
pendekatan-pendekatan yang digunakan dan catatan praktek yang telah diterima. Pada dasarnya nilai masing-masing gaya prategang adalah kecil, tetapi apabila
dijumlahkan dapat menyebabkan penurunan gaya jacking yang significant, yaitu ± 15 - 25, sehingga gaya prategang harus dipertimbangkan. Bebarapa hal yang
perlu diperhatikan untuk meminimalkan kehilangan gaya prategang : 1.
Mutu beton yang digunakan, minimal 40 Mpa untuk memperkecil rangkak 2.
Tendon yang digunakan adalah mutu tinggi yang memiliki relaksasi rendah.
Universitas Sumatera Utara
28 Secara umum, reduksi gaya prategang dapat dikelompakkan menjadi dua kategori,
yakni : 1.
Kehilangan elastis segera yang terjadi pada saat proses fabrikasi atau konstruksi, termasuk perpendekan beton secara elastis, kehilangan karena
pengangkeran dan kehilangan karena gesekan. 2.
Kehilangan yang bergantung akibat waktu, seperti rangkak, susut dan kehilangan yang diakibatkan karena efek temperatur dan relaksasi baja, yang
Jenis Kehilangan Prategang
Tahap Terjadinya Kehilangan tegangan tendon
Komponen struktur pratarik
Komponen struktur
pascatarik Selama
selang waktu ti, tj
Total atau selang waktu
Perpendekan elastis beton ES
Saat transfer Saat pendongkrakan
sekuensial .....
Δ f
PES
Relaksasi tendon R
Sebelum dan sesudah transfer
Sesudah transfer Δ f
PR
t
i
,t
j
Δ f
PR
Rangkak beton CR
Sesudah transfer Sesudah transfer
Δ f
PC
t
i
,t
j
Δ f
PCR
Susut beton SH Sesudah transfer
Sesudah transfer Δ f
PS
t
i
,t
j
Δ f
PSH
Friksi F .....
Saat pendongkrakan .....
Δ f
PF
Kehilangan karena pengangkeran A
..... Saat transfer
..... Δ f
PA
Total HIDUP
HIDUP Δ f
PT
t
i
,t
j
Δ f
PT
Tabel 2.5 Jenis-jenis Kehilangan Prategang
Sumber : Nawy, 2010
Universitas Sumatera Utara
29 kesemuanya dapat ditentukan pada kondisi limit tegangan akibat beban kerja
di dalam elemen beton prategang.
2.7.1 Kehilangan Prategang pada Komponen Struktur Pratarik
Kehilangan prategang pada komponen struktur pratarik meliputi : 1.
Perpendekan elastis beton Elastic Shortening 2.
Relaksasi tegangan baja Relaxation 3.
Kehilangan yang diakibatkan oleh rangkak Creep 4.
Kehilangan yang diakibatkan oleh susut Shrinkage Kehilangan pada komponen struktur pratarik dapat dirumuskan Nawy,2001
sebagai berikut :
dimana :
t
o
= waktu pada saat jacking t
tr
= waktu pada saat transfer kondisi awal t
s
= waktu pada saat gaya kehilangan sudah stabil
2.7.2 Kehilangan Prategang pada Komponen Struktur Pascatarik Kehilangan prategang pada komponen struktur pascatarik meliputi :
1. Kehilangan karena dudukan angker
2. Kehilangan karena gesekan
PSH PCR
PR PES
PT
f f
f f
f ∆
+ ∆
+ ∆
+ ∆
= ∆
, ,
ts tr
PR tr
PR PR
t t
f t
t f
f ∆
+ ∆
= ∆
2.14
2.15
Universitas Sumatera Utara
30 3.
Kehilangan karena friksi Friction 4.
Relaksasi tegangan baja Relaxation 5.
Kehilangan yang diagibatkan oleh rangkak Creep 6.
Kehilangan yang diakibatkan oleh susut Shrinkage Kehilangan pada komponen struktur pratarik dapat dirumuskan Nawy,2001
sebagai berikut :
dimana : ≠
∆
PES
f , jika tendon ditarik dan diangkur tidak dalam waktu
bersamaan
2.7.3 Kehilangan Beton Prategang a. Perpendekan Elastis Beton ES
Beton memendek pada saat gaya prategang bekerja padanya. Karena tendon yang melekat pada beton di sekitarnya secara simultan juga memendek, maka tendon
tersebut akan kehilangan sebagian dari gaya prategang yang dipikulnya.
1. Elemen Pratarik
Suatu balok prategang diberi gaya sebesar P pada daerah konsentris setelah balok mencapai kekuatan yang diinginkan mengalami perpendekan elastis seperti
gambar berikut
PSH PCR
PR PES
PF PA
PT
f f
f f
f f
f ∆
+ ∆
+ ∆
+ ∆
+ ∆
+ ∆
= ∆
2.16
Universitas Sumatera Utara
31 Jika setelah transfer tegangan akibat P, beton
mengalami perpendekan Δes, maka dapat digunakan persamaan Nawy, 2001
dimana :
cs
f : Tegangan beton pada level baja akibat gaya prategang awal
ES
ε : Regangan
ES
∆ : Besar perpendekan
Jika tendon memiliki eksentrisitas Nawy,2001
Δes
Gambar 2.12 Perpendekan Elastis
cs C
C C
s ES
s PES
C C
ES ES
nf A
nxP xE
A xP
E E
f xE
A P
L =
= =
= ∆
= ∆
= ε
ε
Ic xe
M r
e A
P f
C i
cs
+
+ −
=
2 2
1 2.17
P P
2.18
2.19
Universitas Sumatera Utara
32
2. Elemen Pascatarik
Menurut Andri Budiadi, 2008, nilai =
∆
PES
f , jika tendon-tendon ditarik dan
diangkur pada waktu yang bersamaan. Jika n adalah jumlah tendon atau pasangan
tendon yang ditarik secara berurutan, maka digunakan persamaan Nawy, 2001 :
Dimana j menunjukkan jumlah operasi penarikan pengangkuran.
b. Relaksasi Tegangan Baja R
Tendon stress relieved mengalami kehilangan pada gaya prategang sebagai akibat dari perpanjangan konstan terhadap waktu. Besar pengurangan prategang
bergantung tidak hanya durasi gaya prategang yang ditahan, melainkan juga pada rasio antara prategang awal dan kuat leleh baja prategang
�
��
�
��
. Kehilangan tegangan seperti ini disebut relaksasi tegangan.
j f
n f
n j
PES PES
∑
=
∆ =
∆
1
1
2.20
Gambar 2.13 Diagram tegangan-regangan untuk baja prategang Nawy,2001
Universitas Sumatera Utara
33 Peraturan SNI 03-2847-02 membatasi tegangan tarik di tendon sebagai berikut :
1. Akibat pengangkuran tendon 0,94 f
py
Tetapi tidak lebih besar dari nilai terkecil 0,8 f
pu
dan nilai maskimum yang direkomendasikan oleh pabrik pembuat beton prategang atau perangkat
angkur. 2.
Sesaat setelah penyaluran gaya prategang 0,8 f
py
tetapi tidak lebih besar dari 0,74 f
pu
3. Tendon pascatarik, di pengangkeran dan perangkai segera setelah transfer
gaya = 0,70 f
pu
Nilai f
py
dapat dihitung dari : •
Batang prategang, f
py
= 0,8 f
pu
• Tendon stress relieved, f
py
= 0,85 f
pu
• Tendon relaksasi rendah, f
py
= 0,90 f
pu
Metode ACI-ASCE menggunakan konstribusi terpisah antara perpendekan elastis, rangkak dan susut dalam evaluasi kehilangan yang diakibatkan relaksasi
tegangan, dengan menggunakan persamaan :
dimana : ∆f
PR
= kehilangan tegangan akibat relaksasi baja prategang K
re
= koefisien relaksasi yang harganya berkisar 41- 138 MPa, tergantung tipe tendon
J = faktor waktu yang harganya berkisar antara 0,05-0,15 tergantung tipe
tendon C
= faktor relaksasi yang besarnya tergantung pada jenis tendon
[ ]
xC f
f f
J K
f
PSH PCR
PES re
PR
+ +
− =
∆
2.21
Universitas Sumatera Utara
34 ∆f
PSH
= kehilangan tegangan akibat susut ∆f
PCR
= kehilangan tegangan akibat rangkak ∆f
PES
= kehilangan tegangan akibat perpendekan elastis beton Jika analisis kehilangan dengan cara langkah demi langkah dibutuhkan, maka
rumus kehilangan Nawy,2001 pada suatu tahap dapat didefenisikan sebagai
dimana t
1
adalah waktu pada awal suatu interval dan t
2
adalah waktu di akhir interval, yang keduanya dihitung dari saat pendongkrakan
Tabel 2.6 Koefisien Relaksasi Kre dan Faktor Waktu j Jenis tendon
Kre J
Kawat atau stress-relieved strand mutu 270 Kawat atau stress-relieved strand mutu 250
Kawat stress-relieved mutu 240 atau 235 Strand relaksasi rendah mutu 270
Kawat relaksasi rendah mutu 250 Kawat relaksasi rendah mutu 240 atau 235
Batang stress-relieved mutu 145 atau 160 20.000
18.500 17.600
5000 4630
4400 6000
0,15 0,14
0,13 0,040
0,037 0,035
0,05 Sumber : Nawy, 2001
Fpifpu Kawat atau strand
Stress-relieved Kawat atau strand
relaksasi rendah atau batang stress-relieved
0,80 1,28
−
−
= ∆
55 ,
10 log
log
1 2
py pi
pi PR
f f
t t
f f
2.22
Tabel 2.7 Nilai Faktor Relaksasi C
Universitas Sumatera Utara
35 0,79
0,78 0,77
0,76 0,75
0,74 0,73
0,72 0,71
0,70 0,69
0,68 0,67
0,66 0,65
0,64 0,63
0,62 0,61
0,60 1,45
1,36 1,27
1,18 1,09
1,00 0,94
0,89 0,88
0,78 0,73
0,68 0,63
0,58 0,53
0,49 1,22
1,16 1,11
1,05 1,00
0,95 0,90
0,85 0,80
0,75 0,70
0,66 0,61
0,57 0,53
0,49 0,45
0,41 0,37
0,33
c. Rangkak CR