1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beton Ir. Tri Mulyono MT., 2004, Teknologi Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan semen hidrolik portland cement,
agregat kasar, agregat halus, air dan bahan tambahan admixture atau additive. Beton ASTM C 125 – 06 “Standard Terminology Relating to Concrete and Concrete
Aggregates” didefinisikan sebagai sebuah bahan komposit dengan penyusun utamanya berupa partikel atau fragmen berbentuk agregat yang saling mengikat dan
melekat. Kekuatan beton dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya oleh bahan penyusunnya, rancang campuran, pengerjaan, dan perawatan.
Beton adalah suatu bahan yang mempunyai kekuatan tekan yang tinggi, tetapi kekuatan tariknya relatif rendah, umumnya nilai kuat tariknya ± 8-14 dari kuat
tekanya. Sedangkan baja adalah suatu material yang mempunyai kekuatan tarik yang sangat tinggi. Dengan mengkombinasikan beton dan baja sebagai bahan struktur,
maka tegangan tekan dipikulkan kepada beton sementara tegangan tarik dipikulkan kepada baja.
Pada struktur dengan bentang yang panjang, struktur beton bertulang biasa tidak cukup untuk menahan tegangan lentur yang terjadi sehingga terjadi retak-retak
di daerah yang mempunyai tegangan lentur, geser, atau puntir yang tinggi. Untuk mengurangi atau mencegah berkembangnya retak tersebut, dapat dilakukan dengan
pemberian gaya konsentris atau eksentris dalam arah longitudinal elemen struktural. Pemberian gaya konsentris atau eksentris bertujuan untuk mencegah
Universitas Sumatera Utara
2 berkembanganya retak, yaitu dengan cara mengurangi tegangan tarik pada tumpuan
dan daerah kritis pada saat kondisi beban kerja sehingga dapat meningkatkan kapasitas lentur. Gaya longitudinal yang diterapkan dalam uraian diatas disebut,
GAYA PRATEGANG, yaitu gaya tekan yang diberikan pada penampang di sepanjang bentang elemen struktur sebelum beban mati dan beban hidup bekerja.
Besar dan jenis pemberian gaya prategang ditentukan berdasarkan : 1.
Jenis sistem yang dilaksanakan 2.
Panjang bentang 3.
Kelangsingan yang dikehendaki Balok beton prategang adalah balok beton dengan kombinasi strand prategang dan
tulangan biasa. Sifat lentur balok beton prategang sangat tergantung pada besarnya Partial Prestressing Ratio PPR. PPR adalah rasio momen batas akibat strand
prategang terhadap momen batas total penampang. Apabila PPR terlalu kecil maka balok beton berperilaku seperti balok beton bertulang, yaitu kekuatan rendah tetapi
bersifat daktil, sehingga menyebabkan retak permanen dan memungkinkan strand prategang berkarat. Sebaliknya bila PPR terlalu besar maka balok beton berperilaku
seperti balok beton prategang penuh, yaitu kekuatan tinggi tetapi bersifat getas. Dan sering adanya retak rambut, bila gaya yang bekerja melebihi beban rencana.
Dalam kenyataannya jarang sekali ditemui suatu konstruksi roboh, kecuali apabila terjadi bencana alam. Tetapi yang sering terjadi di lapangan adalah terja-
dinya lendutan yang melampaui batas yang diperbolehkan. Terjadinnya lendutan ini banyak dijumpai dalam praktek. Beberapa kasus dapat saja terjadi, misalnya
rusaknya partisi berupa eternit akibat lendutan pelat lantai yang terlalu besar, juga pecahnya kaca akibat hal yang sama. Hal ini terjadi karena lendutan kurang
mendapat perhatian serius dari perancang struktur. Pada balok prategang, lendutan
Universitas Sumatera Utara
3 tergantung dari kombinasi antara gaya prategang dan beban luar selain itu,b
eberapa hal yang mempengaruhi defleksi pada struktur beton
prategang adalah beban mati, beban hidup, gaya prategang, profil
kabel, modulus elastisitas beton, susut, rangkak, relaksasi dari baja,
panjang bentang dan sifat dari tumpuan. Gaya prategang akan
menimbulkan anti lendutan cam- ber, sedang beban luar akan menyebabkan lendutan. Secara umum lendutan dibedakan menjadi dua:
1 Lendutan jangka pendek, yang terjadi segera setelah beban bekerja, dan 2 Lendutan jangka panjang, yang terjadi sesudah perkembangan waktu.
1.2 Perumusan Masalah