Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lendutan Lendutan Jangka Panjang

43

2.9 Analisa Lendutan

Falsafah desain yang disebut “pendekatan keadaan batas” limit state approach, yang dipakai oleh peraturan-peraturan Rusia pada tahun 1954 dan Amerika serta Inggris pada tahun 1971, memerlukan pengetahuan yang tepat mengenai perilaku batang beton struktural di mana lendutan merupakan suatu kriteria penting untuk keamanan struktur. Menurut SNI 2002 menetapkan bahwa semua struktur beton baik beton prategang maupun beton konvensional harus direncanakan dengan kekuatan yang cukup dan membatasi lendutan yang terjadi. Kontrol terhadap lendutan yang sesuai sangat penting karena alasan-alasan berikut : 1. Lendutan yang berlebihan pada batang struktural utama tidak mudah terlihat dan pada waktunya membuat lantai tidak sesuai untuk pemakaian yang direncanakan. 2. Lendutan yang besar akibat pengaruh dinamis dan akibat pengaruh beban yang berubah-ubah dapat mengurangi kenyamanan pemakainya. 3. Lendutan yang berlebihan cenderung mengakibatkan kerusakan pada permukaan, sekat dan struktur yang berkaitan.

2.9.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lendutan

Lendutan batang beton prategang dipengaruhi oleh faktor-faktor penting berikut ini: • Beban terpasang dan berat sendiri • Besarnya gaya prategang • Profik kabel • Momen inersia potongan melintang • Modulus elastis beton Universitas Sumatera Utara 44 • Perpendekan elastis,susut,rangkak, dan relaksasi baja • Bentang batang • Kondisi perletakan balok prategang Pada faktor diatas pengaruh susut dan rangkak beton adalah untuk memperbesar lendutan jangka panjang akibat beban yang terus-menerus, yang diperhitungkan dengan memakai metode-metode empiris yang mencakup pemakaian modulus elastisitas efektif jangka panjang atau dengan mengalikan lendutan jangka pendek dengan faktor yang sesuai.

2.9.2 Pengaruh Profil Tendon terhadap Lendutan

Di dalam hampir semua kasus balok prategang, tendon ditempatkan dengan eksentrisitas e mengarah ke tepi bawah balok untuk melawan momen lentur yang melengkukngkan balok akibat beban transversal. Sebagai akibatnya, balok beton akan melengkung ke atas Camber pada waktu pemberian atau transfer prategang. Oleh karena momen lentur pada setiap penampang merupakan hasil perkalian gaya prategang dan eksentrisitas, maka profil tendon sendiri akan menunjukkan bentuk DML Diagram Momen Lentur. Berikut perhitungan lawan lendut Camber untuk dua jenis bentuk kabel. 4. Tendon Lurus Misalkan sebuah balok diberi gaya prategang dengan suatu tendon eksentris yang konstan seperti terlihat dalam gambar 3.4 gunakan perjanjian tanda yaitu penggambaran diagram momen primer di sisi tarik dari balok, dan gunakan metode momen sebagai muatan dengan mengkonversi ordinat- ordinat diagram momenya ke berat elastis MEI di bentang balok L. Universitas Sumatera Utara 45 a c b Gambar 2.19 Perhitungan defleksi metode momen area. a Gaya prategang b Momen primer Pxe. c Beban statis W e = MEI. d Defleksi d Universitas Sumatera Utara 46 Kalau lendutan ke atas dianggap negatif. Sehingga, momen akibat intensitas beban Pxe dari setengah bentang di dalam gambar 3.4c terhadap titik tengah bentang menghasilkan Dimana : P = gaya prategang efektif KN e = eksentrisitas mm L = panjang balok m a = camber mm

5. Tendon Parabola Angkur di Pusat

Gambar 3.5 menunjukkan sebuah balok dengan suatu tendon berbentuk parabola. Diberikan gaya prategang dengan eksentrisitas maskimum e di tengah bentang. 2.30 a EI PeL L x L EI Pe L EI PeL a 8 4 2 2 2 2 =       −       = Universitas Sumatera Utara 47 Reaksi perletakan EI PeL x EI PeL 3 3 2 2 1 Re =       = Sehingga lawan lendut camber, EI PeL PeL PeL EI L x x EI PeL a 48 5 48 3 6 1 2 8 3 6 2 2 1 Re 2 2 2 =     − =           −       = b W e = PxeEI c Gambar 2.20 Perhitungan defleksi metode momen area. a Gaya prategang b Beban statis W e = MEI. c Defleksi 2.31 Universitas Sumatera Utara 48

2.9.3 Lendutan Jangka Panjang

Deformasi batang prategang berubah menurut waktu sebagai akibat dari rangkak dan susut beton serta relaksasi tegangan pada baja. Lendutan batang prategang dapat dihitung relatif terhadap suatu datum yang ditentukan yaitu waktu. Batang beton prategang menimbulkan deformasi di bawah dua pengaruh yang biasanya bertentangan, yaitu prategang dan beton transversal. Dalam buku Beton Prategang N Krisna Raju, 1988, kelengkungan netto t φ pada suatu penampang pada setiap tahap tertentu dapat diperoleh pt mt t φ φ φ + = dimana, mt φ = perubahan kelengkungan disebabkan oleh beban transversal pt φ = perubahan kelengkungan disebabkan oleh prategang Di bawah aksi beban transversal yang terus-menerus, distribusi tegangan tekan pada beton berubah menurut waktu. Sehingga lendutan jangka panjang dapat ditentukan dengan persamaan Andri, 2008:           ∆ − +     ∆ − − + = ϕ ϕ δ δ i i i P f P f a 2 1 1 1 dimana: i δ = defleksi awal akibat beban luar 2.33 2.32 Universitas Sumatera Utara 49 f ∆ = total kehilangan losses i P = gaya prategang ideal ϕ = koefisien rangkak a = camber akibat prategang Dalam persamaan ini, tanda negatif menunjukkan lendutan ke arah atas Camber. Universitas Sumatera Utara 50

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Umum

Sebuah bangunan jenis pabrik Warehouse di desain dua lantai dengan panjang bangunan 48 m dan lebar 20 m. Bangunan ini di bangun dengan menggunakan beton pracetak, seperti kolom Rectangular Coloum, balok Rectangular Beam, pondasi, dinding Solid Panel dan pelat lantai Solid Flat Slab. Namun dalam tugas akhir ini hanya fokus pada analisa balok prategang. Balok prategang berbentuk rectangular beam dengan material beton mutu Mpa c f 50 = Panjang balok bervariasi antara 8 m dan 20 m. Dalam tugas akhir ini bentang balok yang akan dianalisa adalah bentang dengan panjang L = 20 m. Balok tersebut akan dianalisa pengaruh kehilangan terhadap lendutan dengan menggunakan metode Pre-tensioning kabel lurus di deaerh kern dan Post-tensioning kabel parabola. Dalam pekerjaan prategang digunakan baja paretagang Seven Wires Strand Low Relaxation Grade 270. Pembebanan pada balok hanya terbatas pada pembebanan gravitasi, tidak memperhitungkan beban gempa, dan beban angin. Pembebanan gravitasi direncanakan berdasarkan Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung PPIUG 1987. Beban gravitasi terdiri dari beban sendiri, beban mati dan beban hidup yang bekerja pada bangunan yang telah dimodelkan pada gambar 3.5 dan 3.6. Setelah pemberian pembebanan pada balok akan dilakukan analisa tegangan yang bekerja pada masing-masing metode. Selanjutnya, faktor kehilangan Losses Universitas Sumatera Utara