7 dan analisa tegangan akibat kehilangan prategang.
• Perhitungan lendutan yang terjadi akibat kehilangan dengan metode pre-
tensioning dan post-tensioning.
4. Menuangkan hasil analisa perbandingan nilai lendutan dari kedua metode
pelaksanaan tersebut dalam bentuk tabel dan grafik.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tugas akhir ini disusun dalam lima bab, dimana pada masing-masing bab membahas hal-hal sebagai berikut :
a. BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini, pembatasan masalah serta
sistematika penelitian yang akan dilakukan. b.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menyajikan landasan teori yang digunakan dalam perencanaan beton
prategang sistem pre-tensioning dan post tensioning sebagai dasar dalam pelaksanaan penelitian. Berupa uraian yang bersifat teoritis mengenai beton dan
karakteristiknya, beton prategang, material beton prategang, sistem pemberian tegangan, kehilangan gaya prategang, lendutan pada beton prategang.
c. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
Berisikan alur pengerjaan penelitian, dimulai dari tahap awal hingga dihasilkan suatu dimensi yang akan digunakan, menguraikan tentang peraturan pembebanan
yang digunakan.
Universitas Sumatera Utara
8 d.
BAB 4 APLIKASI DAN PEMBAHASAN Menyajikan dimensi, asumsi-asumsi yang digunakan, perhitungan dan hasil
analisa struktur, perbandingan penggunaan kedua metode pelaksanaan sesuai dengan aspek yang ditinjau.
e. BAB 5 KESIMPULAN
Berisikan kesimpulan dari hasil penelitian yang didapatkan serta saran-saran yang dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut.
Universitas Sumatera Utara
9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Prinsip Dasar Beton Prategang
Beton prategang pada dasarnya adalah beton di mana tegangan-tegangan internal dengan besar serta distribusi yang sesuai diberikan sedemikian rupa sehingga
tegangan-tegangan yang diakibatkan oleh beban-beban luar dilawan sampai suatu tingkat yang diinginkan. Pada batang beton bertulang, prategang pada umumnya
diberikan dengan menarik baja tulangannya. Kekuatan tarik beton polos hanyalah merupakan suatu fraksi saja dari kekuatan
tekannya dan masalah kurang sempurnanya kekuatan tarik ini ternyata menjadi faktor pendorong dalam pengembangan material komposit yang dikenal sebagai
“beton prategang”. Pada beton prategang rendahnya kapasitas kuat tarik tersebut diatasi dengan mengkombinasikan beton berkekuatan mutu tinggi dan baja mutu
tinggi dengan caara menarik baja tersebut dan menahanya ke beton sehingga membuat beton dalam keadaan tertekan. Dalam tahun 1904, Freyssinet mencoba
memasukkan gaya-gaya yang bekerja secara permanen pada beton untuk melawan gaya-gaya elastik yang ditimbulkan oleh beban dan gagasan ini kemudian telah
dikembangkan dengan sebutan “prategang”. Besar gaya prategang umumnya ditentukan oleh besarnya tegangangan ijin di dalam beton maka dalam analisis dan
perencanaan digunakan beban kerja, tegangan ijin, dan anggapan-anggapan dasar yang digariskan dalam SNI 13-2847-2002.
Universitas Sumatera Utara
10 Jadi pada beton konvensional maupun beton prategang memiliki prinsip utama
yang sama yaitu bahwa tulangan ditempatkan pada daerah yang nantinya akan mengalami tegangan tarik akibat beban. Hanya saja pada beton konvensional
tulangan berfungsi mengambil alih tegangan tarik yang sudah tidak dapat lagi dipikul oleh beton, sedangkan pada beton prategang tulangan tendon berfungsi
menciptakan tegangan awal yang nantinya harus mengimbaiu tegangan tarik akibat beban.
2.2 Material Beton Prategang 2.2.1 Beton