Skeptisme Profesional Auditor Kerangka Teoritis

33 kesalahan, kekeliruan, ketidakberesan, dan pelanggaran dalam melaksanakan tugas. Tentang dampak pengalaman dalam kompleksitas tugas, tugas spesifik dan gaya pengambilan keputusan, memberi kesimpulan bahwa kompleksitas tugas merupakan faktor terpenting yang harus dipertimbangkan dalam pertambahan pengalaman. Auditor junior biasanya memperoleh pengetahuan dan pengalamannya terbatas dari buku teks sedangkan auditor senior mengembangkan pengetahuan dan pengalaman lewat pelatihan dan pengembangan lebih lanjut dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan.

4. Skeptisme Profesional Auditor

Standar Profesi Akuntan Publik SPAP, 2001:230.2, menyatakan skeptisme profesional auditor sebagai suatu sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit. Sedangkan menurut Shaub dan Lawrence 1996 dalam Noviyanti 2008: 108 mengartikan skeptisme profesional auditor sebagai berikut: “profesional scepticism is a choice to fulfill the profesional auditor’s duty to prevent or reduce or harmful consequences of another person’s behavior…”. Selain itu juga skeptisme profesional dapat diartikan juga sebagai pilihan untuk memenuhi tugas auditor profesionalnya untuk mencegah dan mengurangi konsekuensi bahaya dan prilaku orang lain SPAP, 2001:230.2. 34 Skeptisme profesional perlu dimiliki oleh auditor terutama pada saat memperoleh dan mengevaluasi bukti audit. Auditor tidak boleh mengasumsikan begitu saja bahwa manajemen adalah tidak jujur, tetapi auditor juga tidak boleh mengasumsikan bahwa manajemen sepenuhnya jujur IAI, 2000, SA seksi 230; AICPA, 2002, AU 230. Pernyataan yang hampir sama juga terdapat pada ISA No. 200 IFAC, 2004 yang menyatakan bahwa auditor harus merencanakan dan melaksanakan audit dengan sikap skeptisme profesional, dengan mengakui bahwa ada kemungkinan terjadinya salah saji dalam laporan keuangan. Noviyanti 2008: 107 menyatakan bahwa skeptisme profesional auditor adalah suatu sikap attitude dalam melakukan penugasan audit. Maka hal yang pertama yang akan dibahas adalah mengenai sikap manusia. Eagly dan Chaiken 1993 dalam The Handbook of Attitudes 2005 mendefinisikan sikap sebagai “a psychological tendency that is expressed by evaluating a particular entity with some degree of favor or disfavor ”. Hal tersebut tidak berbeda jauh dari pakar psikologi lain Siegel dan Marconi, 1989; Petty et al., 1997; Ajzen, 2001 yang juga mendefinisikan sikap sebagai tanggapan atau respon seseorang yang merupakan hasil evaluasi terhadap objek yang ditangkapnya seperti orang, objek, ide, atau situasi tertentu. Tanggapan ini dapat berupa perasaan menyukai favorable atau perasaan tidak menyukai unfavorable, dapat juga berupa derajat efek positif atau derajat efek negatif. 35 Skeptisme profesional auditor merupakan sikap attitude auditor dalam melakukan penugasan audit dimana sikap ini mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit. Karena bukti audit dikumpulkan dan dinilai selama proses audit, maka skeptisme profesional harus digunakan selama proses tersebut IAI, 2000, SA, seksi 230; AICPA, 2002, AU, 230. Skeptisme merupakan manifestasi dari obyektivitas. Skeptisme tidak berarti bersikap sinis, terlalu banyak mengkritik, atau melakukan penghinaan. Auditor yang memiliki skeptisme profesional yang memadai akan berhubungan dengan pertanyaan berikut: 1 apa yang perlu saya ketahui? 2 Bagaimana cara saya bisa mendapatkan informasi tersebut dengan baik? dan 3 Apakah informasi yang saya peroleh masuk akal?. Skeptisme profesional auditor akan mengarahkannya untuk menanyakan setiap isyarat yang menunjukan kemungkinan terjadinya kecurangan Louwers, 2005 dalam Noviyanti, 2008: 108. Auditor menerapkan skeptisme profesional pada saat mengajukan pertanyaan dan menjalankan prosedur audit, dengan tidak cepat puas dengan bukti audit yang kurang persuasif yang hanya didasarkan pada kepercayaan bahwa manajemen dan pihak terkait bersikap jujur dan mempunyai integritas IFAC, 2004, ISA 240.23-25. Dalam ISA No. 200, dikatakan bahwa sikap skeptisme profesional berarti auditor membuat penaksiran yang kritis critical assesment, dengan pemikiran 36 yang selalu mempertanyakan questioning mind terhadap validitas dari bukti audit yang diperoleh, waspada terhadap bukti audit yang bersifat kontradiksi atau menimbulkan pertanyaan sehubungan dengan reliabilitas dari dokumen, dan memberikan tanggapan terhadap pertanyaan-pertanyaan dan informasi lain yang diperoleh dari manajemen dan pihak yang terkait IFAC, 2004. Skeptisme profesional dalam penelitian ini menggunakan definisi yang digunakan oleh standar profesional akuntan publik di Indonesia yaitu sebagai sikap auditor yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit IAI, 2000, SA seksi 230.06; AICPA, 2002, AU 230.07. Siegel dan Marconi 1989 dalam Noviyanti 2008 menyatakan bahwa skeptisme profesional auditor dipengaruhi oleh faktor sosial kepercayaan, faktor psikologikal penaksiran risiko kecurangan, dan faktor personal kepribadian. a. Kepercayaan trust Auditor independen yang melakukan audit dilapangan akan melakukan interaksi sosial dengan klien, manajemen dan staf klien. Interaksi sosial ini akan menimbulkan trust kepercayaan dari auditor terhadap klien. Model teoritis yang dikembangkan oleh Kopp dkk., 2003 dalam Noviyanti 2008: 103 menyatakan bahwa kepercayaan trust dalam hubungan auditor-klien akan mempengaruhi skeptisme profesional. Tingkat kepercayaan auditor 37 yang rendah terhadap klien akan meningkatkan sikap skeptisme auditor, sedangkan tingkat kepercayaan auditor yang terlalu tinggi akan menurunkan sikap skeptisme profesionalnya. b. Penaksiran risiko kecurangan fraud risk assesment Payne dan Ramsay 2005 dalam Noviyanti 2008: 104 membuktikan bahwa skeptisme profesional auditor dipengaruhi oleh penaksiran risiko kecurangan fraud risk assesment yang diberikan oleh atasan auditor auditor in charge sebagai pedoman dalam melakukan audit di lapangan. Auditor yang diberi penaksiran risiko kecurangan yang rendah menjadi kurang skeptic dibandingkan dengan auditor yang diberi penaksiran risiko kecurangan yang tinggi. c. Kepribadian personality Tipe kepribadian seseorang diduga juga mempengaruhi sikap skeptisme profesionalnya. Petty dkk., 1997 dalam Noviyanti 2008: 104 mengakui bahwa sikap mempunyai dasar genetik. Sikap yang mempunyai dasar genetik cenderung lebih kuat dibandingkan dengan sikap yang tidak mempunyai dasar genetik. Jadi dapat dikatakan bahwa perbedaan kepribadian individual menjadi dasar dari sikap seseorang termasuk sikap skeptisme profesionalnya. Kepribadian personality didefinisikan sebagai karakteristik dan kecenderungan seseorang seperti cara berpikir, berperasaan, dan bertindak. 38

5. Pendeteksian Kecurangan

Dokumen yang terkait

Pengaruh pengalaman, pelatihan dan skeptisisme profesional auditor terhadap pendektesian kecurangan: studi empiris pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jakarta

1 8 87

Pengaruh etika, Indenpendensi, pengalaman, dan keahlian auditor terhadap opini audit : studi empiris pada kantor akuntan publik di jakarta

3 14 155

Analisis pengaruh profesionalisme, independensi, keahlian, dan pengalaman auditor dalam mendeteksi kekeliruan (studi empiris pada kantor akuntan publik di DKI Jakarta)

0 4 118

Pengaruh sikap skeptisme auditor profesionalisme auditor dan tekanan anggaran waktu terhadap kualitas audit (studi empiris pada kantor akuntan publik di Jakarta Utara)

2 12 137

Pengaruh Pengalaman, Independensi dan Skeptisme Profesional, Auditor terhadap Pendeteksian Kecurangan (Studi Empiris pada KAP di Wilayah Jakarta)

9 46 147

pengaruh tindakan supervisi pengalaman kerja, komitmen organisasi, dan komitmen profesional terhadap kepuasan kerja auditor (studi empiris pada kantor akuntan publik di DKI Jakarta)

3 43 157

Pengaruh profesionalisme dan independensi Auditor terhadap kualitas audit dengan etika Auditor sebagai variabel moderating (studi empiris pada kantor akuntan publik di dki jakarta)

1 5 124

PENDAHULUAN Pengaruh Orientasi Etika Dan Komitmen Profesional Terhadap Sensitivitas Etika Auditor (Studi Empiris Pada Auditor di Kantor Akuntan Publik Kota Surakarta).

0 2 10

PENGARUH ORIENTASI ETIKA DAN KOMITMEN PROFESIONAL TERHADAP SENSITIVITAS ETIKA AUDITOR Pengaruh Orientasi Etika Dan Komitmen Profesional Terhadap Sensitivitas Etika Auditor (Studi Empiris Pada Auditor di Kantor Akuntan Publik Kota Surakarta).

2 7 14

PENGARUH PENERAPAN ATURAN ETIKA, PENGALAMAN KERJA, DAN PERSEPSI PROFESI TERHADAP PROFESIONALISME AUDITOR (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik wilayah Yogyakarta).

0 0 154