Kode Etik Kode Etik Akuntan

24 melalui beberapa tahapan evolusi moral sebelum sampai pada sebuah tingkat pemikiran etika Boston Irwin, 1993 dalam Hall Singleton 2007.

c. Kode Etik

1 Pengertian Kode Etik Setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat harus memiliki kode etik, yang merupakan seperangkat prinsip-prinsip moral dan mengatur tentang prilaku profesional. Alasan yang mendasari diperlukannya 2 Tujuan Kode Etik Menurut Muljono 1991;13 dalam Enjel 2006: 32 tujuan kode etik adalah: “1 Dengan adanya kode etik akan mengikat para anggota profesi pada nilai-nilai sosial tertentu yang memungkinkan manusia hidup produktif baik dibidang ekonomi, sosial maupun cultural, sesuai martabat manusiawi sebagaimana dituntut perkembangan zamannya; 2 Dengan adanya kode etik akan mengikat pula para anggota profesi pada suatu bentuk disiplin untuk mengejar, dan berbakti pada nilai-nilai yang diakuinya lebih tinggi, dengan demikian etika profesional harus diarahkan pada nilai-nilai sosial yang lebih tinggi dan bukan ditunjukan kepada pembuktian untuk kepentingan kelompok profesional yang bersangkutan”. 3 Pentingnya Kode Etik Profesional Nadirsyah 1993 dalam Enjel 2006: 32 mengemukakan tiga alasan pentingnya kode etik profesional yaitu:“ 1 Memberikan referensi yang secara ekspilit mengatur suatu kriteria 25 aturan untuk suatu profesi, 2 Memberi pengetahuan kepada seseorang apa yang diharapkan profesinya, 3 Dari pandangan organisasi profesi, kode etik adalah pernyataan umum aturan- aturan”. Jadi kode etik profesional sangat penting karena memberikan informasi yang secara eksplisit mengatur suatu kriteria umum untuk suatu profesi, memberi pengetahuan kepada seseorang apa yang diharapkan profesinya, dan merupakan pernyataan umum prinsip-prinsip sehingga kode etik profesional sangat mempengaruhi reputasi suatu profesi dan kepercayaan masyarakat terhadap profesi tersebut.

d. Kode Etik Akuntan

Etika profesi akuntan di Indonesia diatur dalam Kode Etik Akuntan Indonesia. Kode etik ini mengikat para anggota IAI disatu sisi dan dapat dipergunakan oleh akuntan lainnya yang bukan atau belum menjadi anggota IAI. Kode Etik Akuntan Indonesia yang baru tersebut terdiri dari tiga bagian Prosiding kongres VIII, 1998, yaitu: 1 Kode Etik Umum Terdiri dari delapan prinsip etika profesi, yang merupakan landasan perilaku etika profesional, memberikan kerangka dasar bagi Aturan Etika, dan mengatur pelaksanaan pemberian jasa profesional oleh anggota, yang meliputi: 26 a Kompetensi Kompetensi di bidang audit merupakan suatu keharusan bagi seorang yang akan melaksanakan tugasnya di bidang audit. Disamping pengetahuan di bidang audit, auditor tentunya diharapkan mempunyai pengetahuan yang memadai dalam substansi yang diaudit. b Integritas Dalam melaksanakan tugasnya, seorang auditor wajib mengedepankan integritasnya. Dimana pada masa sekarang ujian bagi integritas seorang auditor semakin berat. Apalagi, jasa audit yang diberikan merupakan jenis pekerjaan yang ditopang oleh kepercayaan dari penerima jasa. Apabila kepercayaan hilang maka seumur hidup orang tidak akan percaya. c Objektifitas Dalam melaksanakan tugasnya seorang auditor harus selalu dapat bertindak objektif sesuai dengan bukti-bukti otentik yang diperolehnya selama mengadakan pemeriksaan, begitu juga sebelum melaporkan hasil audit hendaknya mengadakan review dan pengujian kembali atas datafaktainformasi yang diperolehnya. 27 d Independensi Independensi merupakan sikap tidak memihak yang perlu dimiliki oleh seorang auditor dalam menjalankan tugasnya. Sikap tidak memihak ini merupakan suatu faktor yang akan mengangkat kualitas audit ketingkat yang lebih tinggi. Tentu saja independensi ini bukan berarti auditor akan memasang sikap bermusuhan dengan pihak yang diaudit. e Kehati-Hatian Sikap hati-hati juga harus dimiliki oleh auditor dalam melaksanakan tugasnya. Disamping itu, bukti yang cukup juga harus diperoleh dengan cara-cara yang lazim dilakukan untuk memperoleh kesimpulan audit yang handal. f Kerahasiaan Kerahasiaan terhadap informasi yang diperoleh dalam pelaksanaan audit juga perlu dijaga dengan baik oleh auditor. Hal ini untuk mencegah terjadinya ketegangan yang tidak perlu antara auditor dengan pihak auditan, atau antara pihak auditan dengan pihak ketiga. Dengan demikian auditor perlu bersikap hati-hati untuk mengungkapkan hasil auditnya kepada publik, terutama bila audit masih sedang berjalan. 28 2 Kode Etik Akuntan Kompartemen. Kode Etik Akuntan Kompartemen disahkan oleh Rapat Anggota Kompartemen dan mengikat seluruh anggota Kompartemen yang bersangkutan. 3 Interpretasi Kode Etik Akuntan Kompartemen Interpretasi Kode Etik Akuntan Kompartemen merupakan panduan penerapan Kode Etik Kompartemen. 4 Pernyataan Etika Profesi yang berlaku saat ini dapat dipakai sebagai interpretasi dan atau Aturan Etika sampai dikeluarkannya Aturan dan Interpretasi baru yang menggantikanya. Di Indonesia, penegakan Kode Etik dilaksanakan oleh sekurang- kurangnya enam unit organisasi, yaitu: Kantor Akuntan Publik. Unit Peer Review Kompartemen Akuntan Publik- IAI, Badan Pengawas Profesi Kompartemen Akuntan Publik- IAI, Dewan Pertimbangan Profesi IAI, Departemen Keuangan RI, dan BPKP. Selain keenam unit organisasi tadi, pengawasan terhadap Kode Etik diharapkan dapat dilakukan sendiri oleh para anggota dan pimpinan KAP. Hal ini tercermin di dalam rumusan Kode Etik Akuntan Indonesia Pasal 1 ayat 2, yang berbunyi: “setiap anggota harus selalu mempertahankan integritas dan objektifitas dalam melaksanakan tugasnya. Dengan mempertahankan integritas, ia akan bertindak jujur, tegas, dan tanpa pretense. Dengan mempertahankan objektifitas, ia akan bertindak adil tanpa dipengaruhi tekananpermintaan pihak tertentu kepentingan pribadinya ”. 29 Etika profesi akuntan di Indonesia diatur dalam Kode Etik Akuntan Indonesia. Kode etik ini mengikat para anggota Ikatan Akuntan Indonesia IAI dan dapat dipergunakan oleh akuntan lainnya yang bukan atau belum menjadi anggota IAI. Ada dua sasaran pokok dari kode etik ini, yaitu: Pertama, kode etik ini bermaksud untuk melindungi masyarakat dari kemungkinan dirugikan oleh kelalaian, baik secara sengaja maupun tidak sengaja dari kaum profesional. Kedua, kode etik ini bertujuan untuk melindungi keluhuran profesi tersebut dari pelaku-pelaku buruk orang-orang tertentu yang mengaku dirinya profesional Keraf, 1998 dalam Farid dan Suranta, 2006: 7.

3. Pengalaman Auditor

Dokumen yang terkait

Pengaruh pengalaman, pelatihan dan skeptisisme profesional auditor terhadap pendektesian kecurangan: studi empiris pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jakarta

1 8 87

Pengaruh etika, Indenpendensi, pengalaman, dan keahlian auditor terhadap opini audit : studi empiris pada kantor akuntan publik di jakarta

3 14 155

Analisis pengaruh profesionalisme, independensi, keahlian, dan pengalaman auditor dalam mendeteksi kekeliruan (studi empiris pada kantor akuntan publik di DKI Jakarta)

0 4 118

Pengaruh sikap skeptisme auditor profesionalisme auditor dan tekanan anggaran waktu terhadap kualitas audit (studi empiris pada kantor akuntan publik di Jakarta Utara)

2 12 137

Pengaruh Pengalaman, Independensi dan Skeptisme Profesional, Auditor terhadap Pendeteksian Kecurangan (Studi Empiris pada KAP di Wilayah Jakarta)

9 46 147

pengaruh tindakan supervisi pengalaman kerja, komitmen organisasi, dan komitmen profesional terhadap kepuasan kerja auditor (studi empiris pada kantor akuntan publik di DKI Jakarta)

3 43 157

Pengaruh profesionalisme dan independensi Auditor terhadap kualitas audit dengan etika Auditor sebagai variabel moderating (studi empiris pada kantor akuntan publik di dki jakarta)

1 5 124

PENDAHULUAN Pengaruh Orientasi Etika Dan Komitmen Profesional Terhadap Sensitivitas Etika Auditor (Studi Empiris Pada Auditor di Kantor Akuntan Publik Kota Surakarta).

0 2 10

PENGARUH ORIENTASI ETIKA DAN KOMITMEN PROFESIONAL TERHADAP SENSITIVITAS ETIKA AUDITOR Pengaruh Orientasi Etika Dan Komitmen Profesional Terhadap Sensitivitas Etika Auditor (Studi Empiris Pada Auditor di Kantor Akuntan Publik Kota Surakarta).

2 7 14

PENGARUH PENERAPAN ATURAN ETIKA, PENGALAMAN KERJA, DAN PERSEPSI PROFESI TERHADAP PROFESIONALISME AUDITOR (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik wilayah Yogyakarta).

0 0 154