Kerangka Berpikir Kerangka Berpikir dan Hipotesis

38 Subjective well-being mengacu pada bagaimana orang menilai kehidupan mereka, dan termasuk beberapa variabel seperti kepuasan hidup dan kepuasan perkawinan, kurangnya depresi, kegelisahan, suasana hati dan emosi positif. Seseorang dikatakan telah memiliki subjective well-being tinggi jika ia mengalami kepuasan hidup dan sering gembira, dan sedikit pengalaman yang tidak menyenangkan seperti jarang emosi kesedihan dan kemarahan. Sebaliknya, seseorang dikatakan telah memiliki subjective well-being rendah jika ia tidak puas dengan kehidupan, sedikit pengalaman sukacita dan kasih sayang, dan sering merasa emosi negatif seperti kemarahan atau kecemasan. Bagan 2.2 Kerangka Berpikir Usia Jenis Kelamin Status Pernikahan Pendapatan Gaji Pekerjaanposisijabatan Tingkat Pendidikan Self-esteem Subjective well-being 39

2.3.2 Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan yang signifikan antara self-esteem dengan subjective well-being pada karyawan. 2. Ada pengaruh yang signifikan antara usia terhadap subjective well-being pada karyawan. 3. Ada pengaruh yang signifikan antara jenis kelamin terhadap subjective well- being pada karyawan. 4. Ada pengaruh yang signifikan antara status pernikahan terhadap subjective well-being pada karyawan. 5. Ada pengaruh yang signifikan antara pendapatan atau gaji terhadap subjective well-being pada karyawan. 6. Ada pengaruh yang signifikan antara pekerjaan terkait dengan jabatan, golongan dan masa kerja terhadap subjective well-being pada karyawan. 7. Ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan terhadap subjective well-being pada karyawan. 8. Ada pengaruh yang signifikan antara self-esteem, usia, pendapatan dan masa kerja secara bersama-sama terhadap subjective well-being pada karyawan?

2.3.3 Hipotesis Nihil

1. Tidak ada hubungan yang signifikan antara self-esteem dengan subjective well-being pada karyawan. 2. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara usia terhadap subjective well-being pada karyawan. 40 3. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara jenis kelamin terhadap subjective well-being pada karyawan. 4. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara status pernikahan terhadap subjective well-being pada karyawan. 5. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara pendapatan atau gaji terhadap subjective well-being pada karyawan. 6. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara pekerjaan terkait dengan jabatan, golongan dan masa kerja terhadap subjective well-being pada karyawan. 7. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan terhadap subjective well-being pada karyawan. 8. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara self-esteem, usia, pendapatan dan masa kerja secara bersama-sama terhadap subjective well-being pada karyawan. 41

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian. Terdiri dari beberapa subbab, berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing subbab.

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui hubungan antara self-esteem dengan subjective well-being karyawan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk membahas permasalahan ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif sebab pada data akhir akan dianalisis dengan menggunakan perhitungan statistik. Sedangkan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Pengukuran dengan korelasi ini digunakan untuk menentukan besarnya arah hubungan antara satu variabel dengan variabel lain Sevilla, 1993. Hal ini sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, yaitu bertujuan untuk melihat hubungan antara Independent Variabel IV dengan Dependent Variabel DV. Yaitu hubungan antara self-esteem dengan subjective well-being Karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.