Kesimpulan KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

83 being. Karena pada tabel anova diperoleh p value masing-masing dari keenam variabel tersebut 0,05. Artinya pengaruhnya tidak signifikan. Berbeda halnya dengan usia, tingkat pendidikan, dan pekerjaan yaitu masa kerja. Usia, tingkat pendidikan, dan pekerjaan yaitu masa kerja pengaruhnya signifikan terhadap variabel subjective well-being. Karena pada tabel anova diperoleh p value tersebut 0,05. Artinya pengaruhnya signifikan. 12. Self-esteem, usia, pendapatan, dan masa kerja secara bersama-sama memberikan sumbangsih sebesar 16,5 terhadap subjective well-being karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Karena p value dari self-esteem, usia, pendapatan, dan masa kerja secara bersama-sama 0,05. Artinya pengaruhnya signifikan.

5.2 Diskusi

Berdasarkan hasil penelitian terbukti bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara self-esteem dengan subjective well-being pada karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi self- esteem seseorang, maka akan semakin tinggi pula subjective well-being pada karyawan. Hal ini sesuai dengan teori Rosenberg bahwa secara khusus, global self-esteem berhubungan dengan well-being atau kesejahteraan psikologis Rosenberg et al., 1995. Menurut Morris Rosenberg dalam Flynn, 2001 definisi self-esteem adalah sikap individual, baik positif atau negatif terhadap dirinya sebagai suatu totalitas. 84 Diener dan Diener 1995 menemukan bahwa self-esteem berkorelasi dengan subjective well-being di 31 negara yang mereka teliti. Bagaimanapun, sedikit banyaknya variasi antar budaya pada hakekatnya sangatlah penting. Self- esteem merupakan elemen yang sangat penting dalam kepuasan hidup dalam kultur individual karena “mengajarkan untuk menyukai diri sendiri, dan melakukan isyarat penyesuaian mental” Diener an Diener 1995, p. 653 dalam Diener Suh, 2000. Sebagian besar 69,4 karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki self-esteem yang sedang dan hanya 15,7 yang memiliki self-esteem yang tinggi, sedangkan 14,9 karyawan memiliki self-esteem yang rendah berarti bahwa para karyawan cukup dapat bersikap positif atau negatif terhadap dirinya sebagai suatu totalitas. Dari hasil penelitian dan teori yang ada maka dapat diasumsikan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi self-esteem karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah pembentukan karakter dirinya yang dipengaruhi oleh pendidikan dan lingkungan, dimana sebagian besar latar belakang pendidikan karyawan adalah pendidikan yang berbasis agama islam. Selain pendidikan, lingkungan sosial juga berperan dalam pembentukan self-esteem karyawan. Sebagai contoh, masyarakat Indonesia yang sebagian besar adalah mayoritas penduduk islam masih menjunjung tinggi nilai-nilai yang berhubungan dengan agama islam, baik itu yang berhubungan dengan tingkat pendidikan seseorang maupun tempat dimana mereka bekerja Lembaga atau Instansi berbasis islam. Hal ini merupakan kebanggaan dan kepuasan tersendiri pada individu karyawan. 85 Kepuasan hidup yang dirasakan oleh karyawan berdasarkan self-esteem yang dimiliki sesuai dengan yang dirasakan oleh responden yang berinisial AF yang telah bekerja di perusahaan Telkomsel selama 10 bulan, ia mengaku merasa senang bekerja di Telkomsel walaupun dibawah naungan outsourcing, ia menuturkan bahwa ia bertahan kerja karena dengan alasan membutuhkan uang dan AF merasa bahagia karena bisa bekerja, dengan bekerja maka ia akan dijauhkan dari kehinaan hasil wawancara, 06 Agustus 2010. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa subjective well-being itu tidak hanya dapat dirasakan oleh pegawai yang berbasis pegawai negeri sipil atau PNS saja tetapi subjective well-being juga dapat dirasakan oleh pegawai yang yang bekerja di perusahaan swasta. Namun dibutuhkan penelitian lebih lanjut agar asumsi ini menghasilkan informasi yang lebih akurat dan valid. Selanjutnya peneliti melakukan analisis terhadap faktor demografi dengan menggunakan regresi berganda antara usia, jenis kelamin, status pernikahan, tingkat pendidikan, pekerjaan terdiri dari jabatan, golongan dan masa kerja, pendapatan, dan pendapatan tambahan dengan subjective well-being serta pengaruh self-esteem, usia, pendapatan, dan masa kerja secara bersama-sama terhadap subjective well-being. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa variabel jenis kelamin, status pernikahan, dan pekerjaan terdiri dari jabatan dan golongan serta pendapatan atau gaji perbulan maupun pendapatan tambahan tidak memberi pengaruh yang signifikan. Sedangkan variabel usia, tingkat pendidikan, masa kerja memberi pengaruh yang signifikan terhadap subjective well-being.