13
1.4.2.2 Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat luas, khususnya kepada pihak UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
mengenai self-esteem dan subjective well-being yang dimiliki karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta agar dapat dijadikan sebagai sumber-sumber dalam
pengambilan keputusan agar dapat merancang kegiatan dan kebijakan yang positif serta pelatihan self-esteem yang sesuai bagi karyawan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
1.5 Sistematika Penelitian
Penelitian ini dibagi menjadi beberapa bahasan seperti yang akan digambarkan berikut ini:
BAB I Pendahuluan: latar belakang masalah, identifikasi masalah dalam
penelitian, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penelitian.
BAB II Kajian pustaka: sub bab subjective well-being serta variabel yang
menjadi model analisis, sub bab self-esteem serta variabel yang menjadi model analisis, sub bab kerangka berpikir, dan hipotesis
BAB III Metode penelitian: metode pengumpulan data dan metode analisis data BAB IV Hasil Penelitian: analisis deskriptif, uji hipotesis
BAB V Kesimpulan, diskusi dan saran
14
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Dalam bagian ini, peneliti akan menjelaskan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun teori-teori yang akan dijelaskan adalah teori subjective
well-being dan teori self-esteem serta kerangka teori dan hipotesis penelitian. 2.1
Subjective Well-being
Sejak dahulu, manusia memikirkan tentang hal yang membuat hidup yang baik good life. Upaya untuk menjawab pertanyaan mengenai hidup yang baik terus
menerus dilakukan oleh peneliti. Salah satu komponen yang utama dari hidup yang baik adalah kebahagiaan happiness. Sayangnya sukar untuk menentukan
satu definisi kebahagiaan. Hal ini dikarenakan kebahagiaan bisa merujuk ke banyak arti seperti rasa senang pleasure, kepuasan hidup, emosi positif, hidup
bermakna, atau bisa juga merasakan kebermaknaan contentment. Oleh karenanya, beberapa peneliti lebih memilih menggunakan “subjective well-being”
dibandingkan kebahagiaan. Diener mendefinisikan subjective well-being sebagai sebuah kombinasi afek positif ketiadaan afek negatif dan kepuasan hidup pada
umumnya. Dan selanjutnya, Diener menggunakan istilah subjective well-being sebagai sinonim dari kebahagiaan C. R. Snyder Shane J. Lopez, 2007.
2.1.1 Definisi
Subjective well-being merupakan konsep yang sangat luas, meliputi emosi pengalaman menyenangkan, rendahnya tingkat mood negatif, dan kepuasan hidup
yang tinggi Diener, Lucas, Oishi, 2005. Seseorang memilki subjective well- being yang tinggi jika mereka merasa puas dengan kondisi hidup mereka, sering