Perasaan terhadap Hidup KAJIAN PUSTAKA

35 2. Tingkatan sedang, mempunyai penilaian tentang kemampuan, harapan-harapan dan kebermaknaan dirinya bersifat positif, sekalipun lebih moderat. Mereka memandang dirinya lebih baik daripada kebanyakan orang, tetapi tidak sebaik penilaian individu dengan harga diri tinggi. 3. Tingkatan rendah, pada umumnya kurang percaya pada dirinya sendiri dan enggan untuk menyatakan diri dalam suatu kelompok, terutama bila mereka mempunyai gagasan-gagasan baru dan kreatif. Mereka kurang berhasil dalam hubungan antar pribadi dan kurang aktif dalam masalah-masalah sosial.

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self-esteem

Teori self-esteem oleh Rosenberg bersandarkan pada dua faktor dalam Flynn, 2001, yaitu: 1. Gambaran penilaian Manusia berkomunikasi tergantung pada keadaan yang terlihat dari perspektif orang lain. Pada proses sewaktu berperan menjadi orang lain. Pada proses sewaktu berperan menjadi orang lain, maka kita menjadi sadar bahwa kita adalah objek perhatian, persepsi dan evaluasi orang lain. 2. Perbandingan sosial Perbandingan sosial ini menekankan bahwa self-esteem adalah “salah satu bagian suatu konsekuensi hasil perbandingan mereka sendiri dengan orang lain dan perolehan evaluasi diri, baik yang positif maupun yang negatif”. 2.2.4 Dimensi Self-esteem Berikut adalah pandangan Morris Rosenberg terhadap dimensi self-esteem dalam Mruk, 2006: 36 1. Rosenberg memulai dengan menunjukkan bahwa pemahaman self-esteem sebagai fenomena suatu sikap diciptakan dengan kekuatan sosial dan kebudayaan. 2. Study mengenai self-esteem ini dihadapkan pada masalah-masalah tersendiri. Salah satunya yaitu refleksitas self, yang mengandung arti bahwa evaluasi diri lebih kompleks daripada evaluasi objek-objek eksternal lain karena self terlibat dalam mengevaluasi self itu sendiri. 3. Self-esteem ini merupakan sikap yang menyangkut keberhargaan individu sebagai seseorang yang dilihat sebagai sebuah variabel yang sangat penting dalam tingkah laku karena self-esteem itu sendiri bekerja untuk atau melawan kita dalam situasi tertentu.

2.3 Kerangka Berpikir dan Hipotesis

2.3.1 Kerangka Berpikir

Rosenberg, Schooler, Schoenbach dan Rosenberg 1995, dalam Swenson, 2003 mendeskripsikan bahwa global self-esteem yang merupakan sikap individual, baik positif atau negatif terhadap dirinya sebagai suatu totalitas sangat berhubungan erat dengan psychological well-being Swenson, 2003. Selanjutnya, hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum self- esteem berhubungan dengan subjective well-being tingginya kepuasan hidup, tingginya afek positif, serta rendahnya afek negatif khususnya pada budaya individualistis. Diener Diener, 1995 dalam Diener Schimmack, 2003. Dari penjelasan Rosenberg dan hasil penelitian dari Diener tersebut menunjukkan bahwa self-esteem berhubungan dengan well-being atau kesejahteraan psikologis. Orang yang memiliki self-esteem yang tinggi akan lebih