Pengertian Berita Konsep Berita

Munculnya kasus Film Fitna yang bersinggungan dengan Islam, HU Republika sebagai “Koran Muslim” berada di garis terdepan secara intens dalam menyampaikan informasi ke masyarakat dibandingkan dengan media nasional lainnya, bahkan maslah ini juga menyeret kepentingan politik dan lintas Negara, HU Republika menginformasikan pendapat dari Pemerintah Indonesia maupun dari Pemerintah Belanda. Level kelima , pengaruh ideologi media. Ideologi merupakan sebuah pengaruh yang paling menyeluruh dari semua pengaruh. Ideologi diartikan sebagai mekanisme simbolik yang menyediakan kekuatan kohesif yang mempersatukan di dalam masyarakat. Ideologi dalam suatu media maksudnya adalah apa saja yang diyakini oleh kelompok tertentu atau nilai-nilai yang dianut oleh media massa dalam memposisikan dirinya. Lebih jauh lagi, Althusser melihat bahwa ideologi terkadang menekankan bagaimana kekuasaan kelompok dominan dalam mengontrol kelompok lain. Ideologi adalah hasil rumusan dari individu- individu tertentu mengenai suatu hal. Maka tak heran jika makna tersirat dari isi suatu media merupakan nilai dasar dari media tersebut. Sikap umum dari HU Republika yang menekankan visi Menegakkan amar ma’ruf nahi munkar serta membela, melindungi dan melayani kepentingan umat, terlihat jelas dari isi berita yang bias keberpihakan terhadap Islam.

B. Konsep Berita

1. Pengertian Berita

Berita merupakan hal atau peristiwa yang terjadi di dunia, oleh karena itu semua media baik cetak maupun elektronik selalu menyajikan berita atau informasi yang dipublikasikan kepada khalayak. Tidak ada pengertian khusus mengenai berita, namun ada beberapa pendapat yang mendefinisikan tentang apa itu berita. Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat membagi definisi berita berdasarkan wilayah kekuatan dunia, yakni berdasarkan pers Timur dan pers Barat. Dalam pers Timur, berita adalah suatu “proses”, proses yang ditentukan arahnya. Tidak didasarkan pada maksud untuk memuaskan nafsu “curiosity’ segala sesuatu yang “luar biasa” dan “amazing”, melainkan pada keharusan ikut berusaha mengorganisasikan pembangunan dan pemeliharaan negara sosialis. Bahkan Lenin memberikan definisi berita sebagai “a collective organizer, a collective agitator, a collective propagandist .” 28 Sedangkan pers Barat memandang berita itu sebagai “komoditi”, sebagai “barang dagangan” yang dapat diperjualbelikan. Oleh karena itu, sebagai barang dagangan ia harus “menarik”, seperti yang dikemukakan oleh Lord Nortchliffe bahwa “News is anything out of ordinary” Berita adalah segala sesuatu yang tidak biasa. 29 Selain itu, banyak yang mendefinisikan tentang berita. Asep Saeful Muhtadi mengutip Bruce D. Itule mendefinisikan berita dengan mengungkap contoh, berita adalah “man bites dog”, dengan kata lain berita merupakan 28 Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik; Teori dan Praktek, Bandung: Rosda, 2005, h. 32 29 Ibid ,. h. 33 sesuatu yang memang belum pernah terjadi, atau belum pernah didengar sebelumnya. 30 Sedangkan Sudirman Tebba menyatakan bahwa berita adalah jalan cerita tentang peristiwa. Ini berarti bahwa suatu berita setidaknya mengandung dua hal, yaitu peristiwa dan jalan ceritanya. Jalan cerita tanpa peristiwa atau peristiwa tanpa jalan cerita tidak dapat disebut berita. 31 Paul De Massener dalam buku Here’s The News: Unesco Associate yang dikutip oleh AS Haris Sumadiria, menyatakan bahwa news atau berita adalah sebuah informasi yang penting dan menarik serta minat khalayak pendengar. Juga menurut Charnley dan James M. Neal menjabarkan bahwa berita adalah laporan tentang suatu peristiwa, opini, kecenderungan, situasi, kondisi, interpretasi yang penting, menarik, masih baru dan harus secepatnya disampaikan kepada khalayak. 32 Pada leksikon komunikasi, berita didefinisikan sebagai berikut 33 : + , - Kustadi Suhendang memandang berita sebagai laporan atau pemberitahuan tentang segala peristiwa aktual yang menarik perhatian orang banyak. 34 30 Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik; Pendekatan Teori dan Praktek, Jakarta: Logos, 1999 h. 108 31 Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, Jakarta: Kalam Indonesia, 2005 h. 55 32 AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia; Menulis Berita dan Feature, Bandung: Remaja Rosda Karya, cet. kedua 2006 h. 64 33 Harimukti Kridaksana, ed, Leksikon Komunikasi, Jakarta: PT Pradya Paramita, 1984, h. 20 34 Kustandi Suhendang, Pengantar Jurnalistik; seputar Organisasi, Produk, dan Kode Robert Park membatasi berita sebagai laporan tentang peristiwa yang luar biasa atau tidak terduga. Dennis McQuail mengatakan ”semua peristiwa yang dilaporkan sebagai berita yang bersifat luar biasa atau paling sedikit tak terduga sebagai syarat yang lebih penting ketimbang ’signifikan nyata’ berita sendiri. 35 Berita menampilkan fakta, tetapi tidak setiap fakta adalah berita. 36 Ada faktor-faktor tertentu mengapa berita ini layak dipublikasikan sedangkan berita itu tidak, berita memiliki beberapa kriteria nilai apa saja yang lazim dipakai dalam memilih berita. Menurut Downie JR dan Kaiser yang dikutip Septiawan Santana K, nilai berita merupakan istilah yang tidak mudah untuk didefinisikan. Istilah ini meliputi segala sesuatu yang tidak mudah dikonsepsikan. Ketinggian nilainya tidak mudah untuk dikongkretkan. Nilai berita juga menjadi rumit bila dikaitkan dengan sulitnya membuat konsep berita. 37 Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat menjelaskan nilai-nilai berita sebagai berikut 38 : a. Aktualitas Timeliness, bagi sebuah surat kabar, semakin aktual berita- beritanya, semakin baru peristiwanya terjadi, semakin tinggi nilai beritanya. Saat ini ada surat kabar menerapkan kebijakan untuk dua kali terbit dalam sehari pagi dan sore, seperti yang dilakukan oleh Koran Seputar Indonesia dan Kompas. Etik , Bandung: Nuansa, 2004, h. 103 35 Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa; Suatu Pengantar, Jakarta: Erlangga, 1996, h. 190 36 AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia; Menulis Berita dan Feature, h. 63 37 Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005 h. 17 38 Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik; Teori dan Praktek, h. 61 b. Kedekatan Proximity, peristiwa yang mengandung unsur kedekatan dengan pembaca, akan menarik perhatian. Unsur kedekatan ini tidak harus dalam pengertian fisik, tapi juga bisa kedekatan emosional, misalnya, penderitaan kaum muslim di palestina akan menggugah kaum muslim di Indonesia meski secara fisik letak kedua Negara sangat jauh. Semakin dekat lingkaran itu ke tempat jatuhnya batu, semakin kuat pula lingkaran gelombangnya, kian dekat dengan pembaca, kian menarik berita itu. Oleh karena itu saat ini semakin menjamurnya Koran-koran yang berskala lokal di beberapa daerah. c. Keterkenalan Prominence, kejadian yang menyangkut tokoh terkenal prominent names memang akan banyak menarik pembaca, ”personages make news ” dan ”news about prominent persons make copy” “tokoh membuat berita” dan ”tokoh-tokoh terkenal membuat naskah berita”. Misalnya presiden Soesilo Bambang Yudhoyono terjatuh ketika bermain Sepak Bola, bisa menjadi berita, tetapi kalau hal serupa dialami oleh seorang sipil meski bernama sama, tak banyak orang yang menghiraukannya. Nama-nama terkenal ini tidak harus diartikan orang saja, tapi bisa juga tempat-tempat terkenal, peristiwa-peristiwa terkenal, tanggal-tanggal terkenal dan situasi-situasi terkenal memiliki pula nilai berita yang tinggi. , . e. Human interest, dalam berita human interest terkandung unsur yang menarik empati, simpati, atau menggugah perasaan khalayak yang membacanya. Tidak ada satu pun berita bisa dimuat dalam surat kabar kecuali berita itu memiliki unsur human interest. Sedangkan menurut Luwi Ishwara, peristiwa-peristiwa yang memiliki nilai berita yakni 39 : a Konflik, kebanyakan konflik adalah berita. Konflik fisik seperti perang adalah layak berita karena adanya kerugian dan korban. Kekerasan itu sendiri membangkitkan emosi dari yang menyaksikan dan mungkin ada kepentingan langsung. Asep Saeful Muhtadi menyatakan sesuatu pergolakan memang selalu menimbulkan perhatian masyarakat. 40 b Kemajuan dan bencana, menurutnya dari konflik biasanya muncul pihak yang menang dan pihak yang kalah. Demikian pula berita bencana alam 39 Luwi Ishwara, Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar, Jakarta: Kompas, 2005 h. 53 40 Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik; Pendekatan Teori dan Praktek, h. 153 seperti tsunami di Aceh, banjir yang melanda perkotaan maupun pedesaan, dan lain-lain. c Konsekuensi, semua peristiwa yang layak menjadi berita mempunyai konsekuensi, suatu peristiwa yang mengakibatkan timbulnya suatu rangkaian peristiwa yang mempengaruhi orang banyak adalah layak berita. d Kemasyhuran dan terkemuka, bahwa suatu nama bisa membuat berita dan nama besar membuat berita lebih besar. e Saat yang tepat dan kedekatan, sebagai ukuran yang diterapkan pada semua peristiwa dalam membedakan berita dari yang bukan berita. f Kegan jilan, yakni kejadian atau peristiwa yang tidak biasa. g Human interest h Seks, faktor ini umum untuk dipertimbangkan oleh para editor sebagai nilai berita, bila dihubungkan dengan orang terkenal. Misalnya kisah skandal seks mantan presiden AS Bill Clinton. Berbagai elemen nilai berita tersebut harus dipaparkan dengan bahasa dan pelaporan berita. Yang tata cara penulisannya tidak sama dengan penulisan makalah, atau laporan pertanggungjawaban. Karena itu Berita dibagi ke beberapa kategori, berita berat hard news dan berita ringan soft news. 41 Berita berat menunjuk pada peristiwa yang mengguncangkan dan menyita perhatian dan harus disampaikan secepat mungkin seperti banjir, gempa, tsunami, dan lain-lain. Sedangkan berita ringan menunjuk kepada peristiwa unsur-unsur kemanusiaan, seperti pernikahan seorang waria, kehidupan korban bencana, dan lain sebagainya. Menurut AS Haris Sumadiria berita dapat di kelompokkan kepada berbagai jenis tertentu sesuai dengan tingkatannya 42 : 1. Straight news report adalah laporan langsung mengenai suatu peristiwa. Misalnya sebuah peliputan langsung tentang kematian mantan presiden Soeharto setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit. 2. Depth news report, laporan langsung suatu peristiwa secara mendalam, wartawan mencari fakta-fakta lebih mengenai peristiwa itu 41 AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia; Menulis Berita dan Feature, h. 66 42 Ibid,. h. 69-71 sebagai informasi tambahan. Tentang kematian mantan presiden Soeharto, reporter akan memasukan berita tentang kesehatan Soeharto selama dirawat sampai ia menghembuskan nafas terakhirnya. 3. Comprehensive news merupakan laporan tentang suatu peristiwa secara menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek. Comprehensive news mencoba menggabungkan berbagai serpihan berita Straight news dalam bangunan cerita peristiwa. 4. Interpretative report, berita ini biasanya memfokuskan sebuah isu, masalah, atau peristiwa-peristiwa kontroversial. 5. Feature story, ialah kisah peristiwa atau situasi yang menimbulkan kegemparan atau imaji-imaji pencitraan. 43 Wartawan mencari fakta untuk menarik perhatian pembacanya, penulis feature menyajikan suatu pengalaman pembaca reading experiences yang lebih bergantung pada gaya penulisan dari pada pentingnya informasi yang disajikan. 6. Depth reporting, pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam, tajam, lengkap dan utuh tentang suatu peristiwa fenomenal atau aktual. 7. Investigative reporting, wartawan melakukan penyelidikan untuk memperoleh fakta yang tersembunyi demi tujuan. 8. Editorial writing, adalah pikiran sebuah institusi yang diuji di depan sidang pendpat umum, editorial menyajikan berita fakta dan opini yang menafsirkan berita-berita yang penting dan mempengaruhi pendapat umum. Terdapat empat konsep yang harus dipenuhi oleh sebuah berita yang layak dipublikasikan. 44 Yaitu: + 1 - , 2 Proses kerja redaksional menentukan apakah suatu peristiwa memiliki nilai berita sesungguhnya atau tidak, seorang redaktur menentukan apa yang 43 Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer, h. 20 44 Asep Syamsul Romli, Jurnalistik Praktis, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001 h. 3 harus diliputi, sementara seorang reporter menentukan bagaimana cara meliputnya dengan tahap pencarian dan penggarapan berita, setelah seluruh materi terkumpul, maka tahap selanjutnya ialah melakukan penulisan dan penyuntingan editing. Sebelum seorang reporter turun ke lapangan, ia harus lebih dahulu mendengarkan dari redakturnya tentang hasil rapat redaksi di pagi hari. Rapat pagi biasanya dipimpin oleh pemimpin redaksi atau redaktur pelaksana untuk menentukan berita-berita apa saja yang harus diliput. Luwi Ishwara mengutip pernyataan mantan wartawan Wall Street Journal Ronald Buel mengatakan bahwa proses jurnalisme mempunyai lima lapisan keputusan 45 : 1. Penugasan data assignment, yang menentukan apa yang layak diliput dan mengapa? 2. Pengumpulan data Collecting, yang menentukan bila informasi itu yang telah dikumpulkan itu cukup? 3. Evaluasi data evaluation, yang menentukan apa yang penting untuk dimasukkan dalam berita? 4. Penulisan data writing, yang menentukan kata-kata apa yang perlu digunakan? 5. Penyuntingan data editing, yang menentukan berita mana yang perlu diberikan judul yang besar dan dimuat di halaman muka, tulisan mana yang perlu dipotong, cerita mana yang perlu diubah. Untuk membuat berita, paling tidak harus memenuhi dua syarat, yaitu 46 : + 3 3 45 Luwi Ishwara, Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar, h. 91-92 46 Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2002, h. 47-48 Dalam sebuah karya jurnalistik, gaya atau teknik penulisan perlu diperhatikan sebab dalam pekerjaan jurnalistik unsur kecepatan dan ketepatan mutlak dijadikan patokan. Hal ini sesuai dengan unsur layak berita. Berbeda dengan sebuah penulisan novel atau drama atau semua penulisan yang bukan berita, yang memulai jalan ceritanya dengan latar belakang jalannya berita yang terus berkembang menuju klimaks. Berbeda halnya dengan penulisan berita yang dimulai dengan klimaks dalam alinea pertama atau biasa disebut lead, kemudian berkembang menjadi rincian berita yang berfungsi sebagai pendukung dan pelengkap saja yang lazim disebut dengan tubuh berita. Teknik melaporkan atau menulis berita merujuk kepada pola piramida terbalik, model menulis yang mengikuti bentuk segitiga yang terbalik, bagian atasnya lebar, bagian bawahnya menyempit. Inti berita ditekankan di bagian awal, selanjutnya semakin ke bawah, menuju bagian akhir semakin tidak penting, hanya sisipan-sisipan keterangan. 47 Tulisan gaya ini mengacu kepada unsur 5W+1H yakni apa What, siapa Who, kapan When, di mana Where, mengapa Why, dan bagaimana How. Keenam unsur ini harus dinyatakan dalam kalimat yang ringkas, jelas, dan menarik, sehingga pembaca tinggal ”melahapnya” saja. Jika mempunyai banyak waktu bisa membaca paragraf-paragraf lainnya dari yang penting hingga sama sekali tidak penting. 47 Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer, h. 22 Pada Straight news pembukaan atau lead ditempatkan pada awal berita, yang isinya berupa fokus peristiwa atau ringkasan tentang apa yang terjadi. 48 Lead atau teras berita harus mencerminkan keseluruhan isi berita. Karena ia berada pada paragraf pertama yang bertujuan untuk memancing khalayak pembaca untuk tertarik membaca informasi-informasi lainnya yang berada di paragraf-paragraf selanjutnya tubuh berita. Friedlander dan Lee menyatakan informasi di puncak piramid lead merupakan informasi yang sangat penting. 49 Selain itu, ada teknik penulisan berita yang disebut piramida terbalik bertumpuk, maksudnya tidak semua unsur penting dalam berita ditempatkan di bagian lead, tetapi disebar dalam semua bagian berita itu. Jadi, dalam setiap alinea berita ada unsur penting, sehingga khalayak tertarik mengikuti seluruh isi berita itu dan bukan hanya leadnya. 50 Menurut kamus umum bahasa Indonesia, film adalah selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif yang akan dibuat potret atau untuk tempat positif yang akan dimainkan di Bioskop. 51 Sedangkan secara etimologi, film adalah susunan gambar yang ada dalam seluloid, kemudian diputar dengan mempergunakan teknologi proyektor yang 48 Luwi Ishwara, Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar, h. 117 49 Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer, h. 23 50 Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, h. 60 51 Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: PN Balai Pustaka, edisi tiga 2005 h. 316 sebetulnya telah menawarkan nafas demokrasi, dan bisa ditafsirkan dalam berbagai makna. 52 Sedangkan menurut Aep Kusnawan, film adalah bayangan yang diangkat dari kenyataan hidup yang dialami dalam kehidupan sehari-hari, yang menyebabkan selalu ada kecenderungan untuk mencari relevansi antara film dengan realitas kehidupan. 53 Sedangkan menurut UU no. 8 tahun 1992 pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video danatau bahan-bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, elektronik atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukan dan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi, mekanik, elektronik danatau lainnya. 54 Kata film digunakan untuk segala sesuatu yang berhubungan dengan media massa film dari produksi hasilnya dan tempat pertunjukannya sampai kepada kegiatan sosial kultural, artistik dan industri yang berhubungan dengan film, film adalah teknologi hiburan massa dan untuk 52 Gatot Prakoso, Film Pinggiran Antologi Film Pendek, Eksperimental dan Dokumenter, FFTV-IKJ dengan YLP, Jakarta: Fatma Press, 1997 h. 22 53 Aep Kusnawan, et.al, Komunikasi dan Penyiaran Islam, Mengembangkan Tabligh Melalui Mimbar, Media Cetak, Radio, Televisi, Film dan Media Digital , Bandung: Benang Merah Press, 2004 h. 95 54 M. Jufri, Penggunaan Media dan Penelitian Isi Pesan Film Oleh Khalayak Penonton : Study Tentang Tingkat Apresiasi Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Terhadap Film Indonesia dan Film Amerika , Tesis Program Studi Ilmu Komunikasi Pasca Sarjana Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta: Perpustakaan FISIP UI, 1997 h. 1 menyebarluaskan informasi dan berbagai pesan dan skala luas di samping pers, radio, dan televisi. 55 Juga menurutnya film adalah fenomena sosial, psikologi dan estetika yang kompleks. Film adalah dokumen yang terdiri dari cerita dan gambar diiringi kata-kata dan musik. Jadi, film adalah produksi yang multidimensional dan sangat kompleks. 56

2. Jenis-Jenis Film