BAB III PENELITIAN SENDIRI
3.1. Latar Belakang
Penyakit hepatitis viral kronis paling sering ditimbulkan oleh virus hepatitis B. Hepatitis kronis B adalah penyakit nekro inflamasi hati kronis yang disebabkan
oleh infeksi persisten virus hepatitis B
20
. Hepatitis B merupakan masalah kesehatan yang global, diperkirakan 2 miliar penduduk diseluruh dunia terpapar
virus hepatitis B, sekitar 400 juta orang menderita hepatitis B kronis dan terutama terdapat dinegara berkembang. Hepatitis B berkembang menjadi
sirosis hati dan penyakit hati tahap akhir dan di Asia-Pasifik berperan pada 500.000-1,2 juta kematian pertahun karena sirosis hati dan karsinoma sel hati
5,6,20
. Prevalensi di Asia Tenggara 2-8 Indonesia, Thailand, India
24
. Injuri kronis dengan berbagai etiologi terhadap sel hati menghasilkan
fibrosis hati yang ditandai akumulasi berlebih dari protein MES. Kerusakan sel hati kronis mengakibatkan sintesa protein MES meningkat fibrogenesis dan
menurun degradasi protein MES fibrolisis. Sel yang paling berperan terhadap fibrogenesis hati adalah HSC. Fibrogenesis diawali kerusakan sel hepatosit dan
diikuti keadaan aktif sel inflamasi menghasilkan sitokin fibrogenesis untuk mengaktifkan HSC
.
Fibrosis hati proses reversibel dan pemahaman patogenesis fibrosis khususnya keterlibatan HSC, secara invitro dan invivo, telah membuka peluang
penggunaan terapi anti fibrosis. Sekarang ini, belum tersedia terapi kuratif untuk
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008 USU e-Repository © 2008
fibrosis hati dan pasien tergantung pada transplantasi hati
1,7,8
. Sedangkan transplantasi hati membutuhkan organ, biaya mahal, problema serius dan gagal
hati setelah transplantasi merupakan beban mortaliti tinggi
9
. Sehingga dibutuhkan farmakoterapi anti-fibrotik sebagai tantangan utama. Intervensi
farmakologi terhadap anti-fibrosis efektif melalui 3 mekanisme meliputi: Pencegahan fibrosis, fibrostasis, dan fibrolisis
1,10
. Telah dilaporkan, secara invivo dan invitro bahwa pentoxifylline berfungsi sebagai anti-fibrosis melalui
mekanisme fibrostasis pada HSC dan sebagai fibrolisis pada MES dengan menghambat sitokin inflamasi TNF-
g, TGF- dan PDGF
7,8,11
. Dengan berkembangnya pengetahuan mengenai fibrosis hati, dan
pemeriksaan non invasif semakin dibutuhkan karena risiko dan beberapa kelemahan biopsi hati
12
. Dimana skor Forns salah satu petanda non invasif diagnosis fibrosis hati telah diuji klinis pada subjek hepatitis kronis B dan
hepatitis kronis C. Skor dihitung berdasar 4 variabel yakni jumlah trombosit, umur, jumlah kolesterol, GGT
13,14
. Belum ada penelitian mengenai pengaruh pentoxifylline sebagai anti-
fibrosis terhadap hepatitis kronis B sepengetahuan penulis selama ini di Indonesia Oleh karena itu penulis ingin meneliti pengaruh pentoxifylline
terhadap hepatitis kronis B berdasar perubahan skor Forns.
3.2. Perumusan masalah