Studi Pentoxifylline pada penyakit hati kronis:

2.5.3. Studi Pentoxifylline pada penyakit hati kronis:

1. Eleftheriadis E, dkk 1998, Pemberian pentoxifyllin dosis 1,4 mgKg.BB terhadap 10 pasien sirosis hepatis dengan varises esofagus dibandingkan dengan plasebo menghasilkan penurunan viskositas aliran darah dan hipertensi portal secara bermakna 49 . 2. Akriviadis E dkk 2000, Studi pada 101 pasien dengan hepatitis alkohol berat didapat mortaliti secara bermakna turun 4 minggu pada group pentoxifylline, dan mamfaat yang terlihat berkurangnya risiko sindroma hepatorenal 57 . 3. Austin AS dkk 2004 meneliti pemberian pentoxifylline 1800 mghari bertujuan menilai tekanan hipertensi portal selama 2 Minggu terhadap 12 penderita alkoholik sirosis kompensata. Penelitian tersebut melaporkan kenaikan jumlah trombosit 10 9 L selama terapi dari 76 56–131 menjadi 80 66–243. Dan penurunan kadar TNF- g pgmL selama terapi dari 295 211–841 menjadi 210 181–884. Efek samping selama penelitian adalah nausea, anoreksia dan sakit kepala dan pasien dapat ditoleransi dengan pengurangan dosis menjadi 1200 mghari 58 . 4. Adams LA dkk 2004; meniliti pemberian pentoxifylline 3x400 mg selama 12 bulan pada 20 penderita NASH. Hasil: Tidak ada efek samping serius yang terjadi, ALT dan AST secara bermakna lebih rendah bulan ke 12 59 . 5. Satapathy K dkk 2004, terhadap 18 pasien NASH dengan peningkatan ALT 1,5 kali batas atas normal diterapi dengan pentoxifylline 3x400 mg F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008 USU e-Repository © 2008 selama 6 bulan. Setelah 6 bulan terapi; fatiq diperbaiki 55.6 vs 20, p=0.016, rerata AST 66 ± 29 vs 33 ± 11 IUL, p 0.0001 dan ALT 109 ± 44 vs 47±20 IUL, p 0.0001 adalah berkurang secara bermakna. Pada bulan ke-1 ALT normal sejumlah 23 p=0.125, 35 p=0.125 pada bulan ke-2, dan 60 p=0.008 pada bulan ke-6. Serum TNF- g berkurang secara bermakna setelah terapi 22.15±2.49 vs 17±2.58 pgml, p=0.011. Efek samping yang terjadi dapat ditoleransi dan tidak bermakna. Nyeri ulu hati ditemukan pada 3 16 pasien, dan membutuhkan obat oral proton pump inhibitor. Seluruh pasien menyelesaikan penelitian tanpa pengurangan dosis 60 . 6. Satapathy KS dkk 2007, terhadap 9 pasien NASH, dengan peningkatan ALT 1,5 batas atas normal. Terapi jangka panjang pentoxifylline 3x400mghari selama 12 bulan adalah efektif memperbaiki parameter biokimia dan resolusi secara histologis, masing-masing ALT 111 ± 53 IUL vs 45 ±19 IUL, p=0.003, AST 61 ± 27 IUL vs 33 ±12 IUL, p=0.005. Steatosis dan inflamasi lobular masing-masing berkurang sebanyak 55 dan 67, dimana p=0,009 56 . 7. Tanikella R dkk 2008, pemberian pentoxifylline 400 mg tiap 8 jam selama 2 minggu terhadap 9 pasien sirosis hepatis dengan sindroma hepatopulmoner disebabkan hepatitis C kronis dan alkoholik 55, menghasilkan penurunan kadar TNF- g dengan bermakna, tidak ada perubahan bermakna pada PaO2, efek samping dapat ditoleransi dimana nausea 100 adalah paling dominan 61 . F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008 USU e-Repository © 2008 8. Fontaine H dkk 2008 di Paris, terapi pentoxifylline 2x400 mg kombinasi dengan tocopherol 2x500 mg selama 12 bulan terhadap 100 pasien hepatitis C kronis yang intoleran dan kontra indikasi terhadap terapi kombinasi interferon alfa dan ribavirin. Tujuan penelitian menilai efikasi dan keamanan kombinasi pentoxifylline dan tocopherol sebagai antifibrosis. Penelitian baru selesai dan hasil belum dipublikasikan 62 . F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008 USU e-Repository © 2008

BAB III PENELITIAN SENDIRI

3.1. Latar Belakang

Penyakit hepatitis viral kronis paling sering ditimbulkan oleh virus hepatitis B. Hepatitis kronis B adalah penyakit nekro inflamasi hati kronis yang disebabkan oleh infeksi persisten virus hepatitis B 20 . Hepatitis B merupakan masalah kesehatan yang global, diperkirakan 2 miliar penduduk diseluruh dunia terpapar virus hepatitis B, sekitar 400 juta orang menderita hepatitis B kronis dan terutama terdapat dinegara berkembang. Hepatitis B berkembang menjadi sirosis hati dan penyakit hati tahap akhir dan di Asia-Pasifik berperan pada 500.000-1,2 juta kematian pertahun karena sirosis hati dan karsinoma sel hati 5,6,20 . Prevalensi di Asia Tenggara 2-8 Indonesia, Thailand, India 24 . Injuri kronis dengan berbagai etiologi terhadap sel hati menghasilkan fibrosis hati yang ditandai akumulasi berlebih dari protein MES. Kerusakan sel hati kronis mengakibatkan sintesa protein MES meningkat fibrogenesis dan menurun degradasi protein MES fibrolisis. Sel yang paling berperan terhadap fibrogenesis hati adalah HSC. Fibrogenesis diawali kerusakan sel hepatosit dan diikuti keadaan aktif sel inflamasi menghasilkan sitokin fibrogenesis untuk mengaktifkan HSC . Fibrosis hati proses reversibel dan pemahaman patogenesis fibrosis khususnya keterlibatan HSC, secara invitro dan invivo, telah membuka peluang penggunaan terapi anti fibrosis. Sekarang ini, belum tersedia terapi kuratif untuk F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008 USU e-Repository © 2008