Peranan Tenaga Kerja Perempuan Indonesia dalam Pembangunan

C. Peranan Tenaga Kerja Perempuan Indonesia dalam Pembangunan

Peran serta perempuan dalam pembangunan dewasa ini di Indonesia makin meningkat, terutama di bidang ketenagakerjaan baik di dalam maupun di luar negeri. Hal ini bukan semata-mata didorong karena terbukanya kesempatan kerja, tetapi juga oleh berbagai dorongan dari perempuan itu sendiri. Perkembangan industri di negara kita juga dapat dianggap sebagai pemicu timbulnya keinginan perempuan untuk bekerja. Munculnya industri- industri di bumi Indonesia akan memberi dampak terhadap perubahan sosial pada masyarakat, per-ubahan sosial ini akan berpengaruh juga pada nilai- nilai dasar kehidupan manusia. Kebutuhan hidup yang semakin meningkat, keinginan untuk mengaktualisasi-kan diri mungkin merupakan sebagian kecil alasan mengapa perempuan ingin bekerja. Kenyataan ini memberi gambaran bahwa apapun alasannya perempuan ingin bekerja tetap saja tidak dapat dipungkiri bahwa dengan bekerjanya perempuan memberi kontribusi yang tidak sedikit kepada semua pihak yang secara langsung atau tadak ikut menikmati hasil kerja tersebut. Secara konvensional peran perempuan dalam kawasan domestik rumah tangga, sehingga tidak mengherankan jika dalam ketenaga kerjaan partisipasi perem-puan sangat rendah. Namun dengan adanya kebijakan September 2003, hlm. 6-9. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 pemerintah melakukan gerakan pemberdayaan perempuan, 41 maka diharapkan semakin berkembang pula peran perempuan dan khususnya tenaga kerja perempuan diberbagai bidang yang mem-berikan kontribusi bagi perbaikan keluarga. Ironisnya, penghasilan yang diperoleh perempuan 42 yang bekerja hanya dinggap sebagai penghasilan tambahan dan hanya sebagai pelengkap saja. Walaupun mungkin sebenarnya penghasilan yang diterima diperoleh perempuan yang bekerja adalah penghasilan utama. John Naisbitt, mengungkapkan dari dominasi kaum pria muncul kaum perem-puan. Pesatnya peningkatan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja di Asia yang begitu menyerupai angka-angka keterlibatan perempuan dalam angkatan kerja di Eropa. Angkatan kerja perempuan tersebut; Vietnam 47 , Thailand 46, Indonesia 45, Cina 44, Jepang 41, Korea 40, Singapura 40, Taiwan 38, Hongkong 37, Filipina 36, Malaysia 35, Srilangka 27, dan India 24. 43 Berdasarkan pendapat yang disampaikan John Naisbitt tersebut di atas, maka kita dapat melihat bahwa perempuan Indonesia menduduki tempat ketiga terbesar dalam jumlah angka kerja di Asia. Tampak bahwa 41 Gerakan pemberdayaan perempuan adalah gerakan mobilisasi perempuan kewilayah publik, ditandai dengan meningkatnya peran perempuan diberbagai sektor publik. Ibid., hlm. 4. 42 Penghasilan yang diperoleh perempuan adalah untuk membentuk perekonomian keluarga, selain untuk pemenuhan kebutuhan hidup adalah untuk pemenuhan kualitas gizi seimbang, pening- katan kualitas pendidikan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga, pemenuhan peningkatan kualitas lingkungan yang pada akhirnya akan memberikan kontribusi kepada masyarakat. Ibid., hlm. 5. 43 John Naisbitt, Megatrends Asia, Delapan Megatrend Asia Yang Mengubah Dunia, Jakarta: Gramedia, 1996, hlm. 243. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 perempuan Indonesia semakin diakui peranannya 44 dalam pembangunan. Sehingga kedudukan perempuan sebagai mayoritas buruhtenagakerja di Indonesia merupakan fakta yang tidak dapat dipung-kiri lagi. Akan tetapi tenaga kerja perempuan Indonesia pada umumnya bekerja di bidang domestik, baik di dalam maupun di luar negeri. Globalisasi yang merupakan faktor pendorong perpindahan tenaga kerja melintasi batas-batas negara, semakin memperluas dan memperkuat sistem pem-bagian kerja berbasis jender, di mana perempuan terkonsentrasi diranah domestik atau pekerja rumah tangga yang dalam peristilahan Depnakertrans adalah jasa kemasyarakatan dan perorangan. Data Depnakertrans tahun 1999-2000 menunjukkan bahwa 70 dari keseluruhan jumlah buruh migran Indonesia berjenis kelamin perempuan. Negara penerima buruh migran Indonesia yang terbesar di dunia adalah Arab Saudi, di mana sebanyak 191.079 orang atau 90 dari yang bekerja di sana adalah perempuan, sedangkan laki-laki berjumlah 22.304 orang atau 10. Kemudian Uni Arab Emirat, jumlah pekerja perempuan sebanyak 24.060 orang atau 98, sedangkan laki-laki 551 orang atau 2. 44 Mengenai peranan perempuan pada umumnya dapat dilihat dari dua sudut pandang; Pertama, sebagai warga negara dalam hubungannya dengan hak-hak dalam bidang sipil dan politiki, termasuk perlakuan terhadap perempuan dalam partisipasi tenagakerja, yang dapat disebut sebagai fungsi ekstern. Kedua, sebagai ibu dalam keluarga dan isteri dalam hubungan rumah tangga, yang disebut fungsi intern. Warsani dalam Tan Kamello Penyunting, Op.Cit., hlm. 372. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 Selanjutnya Kuwait, jumlah pekerja perempuan 6.689 orang atau 97 sedangkan laki-laki 209 orang atau 3. 45 Dari hasil pengiriman tenaga kerja domestik ke luar negeri ini, pemerintah Indonesia sudah meraup devisa sebanyak US 3 Milyar, selama Repelita VI. Dan pada tahun 2000 diperkirakan negara meraup devisa sebesar US 12,5 Milyar, per tahun. Begitu besar pemasukan yang telah diberikan para pekerja domestik kepada negara yang mayoritas adalah perempuan, akan tetapi jaminan dan perlindungan apa yang dapat diberikan negara kepada pekerja domestik ini. 46 Pekerja domestik atau pekerja rumah tangga merupakan pekerjaan bersifat non formal yang paling tidak dilindungi oleh hukum, termasuk hukum ketenaga-kerjaan. Hal ini berlaku di dalam maupun di luar negeri, bahkan dalam perundang-undangan ketenagakerjaan Indonesia tidak secara tegas dan jelas mengatur hak-hak pekerja rumah tangga. Kerentanan buruh migran Indonesia ini ditambah lagi dengan besarnya jumlah tenaga kerja yamg pergi tanpa dokumen-dokumen resmi yang lengkap. 47 Profil perempuan Indonesia pada saat ini dapat digambarkan sebagai manusia yang harus hidup dalam situasi dilematis. 48 Di satu sisi perempuan 45 “Feminisasi Migrasi dan Ketidakadilan Jender Dalam Sistem Pengiriman Buruh Migran”, http:www.komnas-perempuan. or. id. , diakses pada tanggal 25 Februari 2004, hlm. 2. 46 Ibid. 47 Ibid., hlm. 3. 48 Beberapa faktor penyebab situasi dilematis perempuan Indonesia. Pertama, bahwa Indonesia adalah suatu negara yang pluralistik dari segi etnik dan kebudayaan. Kedua, adanya pluralisme etnik dan kebudayaan itu maka tidak mungkin secara ad.hoc membuat suatu pendapat yang Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 Indonesia dituntut untuk tidak melupakan kodrat mereka sebagi perempuan, tetapi di sisi lain muncul pula tuntutan agar perempuan Indonesia berperan dalam semua sektor, seperti sosisl, politik dan ekonomi guna menunjang keberhasilan pembangunan. Bahkan pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya agar perem-puan Indonesia berperan dalam pembangunan, misalnya pemerintah telah membentuk berbagai organisasi perempuan yang secara garis besar dikategorikan menjadi: 1. Para isteri pegawai negeri dikelompokkan dalam dharma perempuan. 2. Para isteri anggota ABRI dikelompokkan dalam dharma pertiwi. 3. Para ibu rumah tangga di daerah pedesaan dan di kota yang bukan isteri pegawai negeriisteri ABRI diciptakan organisasi PKK yang secara eksplisit dinyatakan oleh GBHN 1983 sebagai salah satu organisasi perempuan untuk mendorong partisipasi perempuan Indonesia dalam pembangunan. 49 Usaha pemerintah untuk meningkatkan peranan perempuan Indonesia dalam pembangunan tidak hanya berhenti dalam mengelompokkan perempuan Indonesia dalam organisasi perempuan yang telah ditentukan menggeneralisasi bahwa perempuan Indonesia sejak semula memiliki kedudukan yang rendah tanpa mempelajari kedudukan perempuan dalam konteks kebudayaan dari tiap-tiap suku bangsa yang hidup di bumi nusantara ini. Ketiga, situasi dilematis yang saat ini dihadapi oleh perempuan Indonesia merupakan hasil dari suatu proses interaksi dari berbagai faktor sosial dan politik yang berkembang di negara kita. Loekman Soetrisno, Kemiskinan, Perempuan Dan Pemberdayaan, Yogyakarta: Kanisius, 1997, hlm. 62. 49 Nursyahbani Katjasungkana, dalam Loekman Soetrisno, Ibid., hlm. 68. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 oleh pemerintah, namun pemerintah juga telah menentukan pula peran yang seharusnya dilkukan oleh perem-puan dalam pembangunan melalui apa yang dikenal dengan panca tugas perempuan, yaitu: 1. Sebagai isteri supaya dapat mendampingi suami, sebagai kekasih dan sahabat bersama-sama membina keluarga yang bahagia. 2. Sebagai ibu pendidik dan pembina generasi muda supaya anak-anak dibekali kekuatan rohani dan jasmani dalam menghadapi segala tantangan zaman dan menjadi manusia yang berguna bagi nusa dan bangsa. 3. Sebagai ibu pengatur rumah tangga supaya rumah tangga merupakan tempat yang aman dan teratur bagi seluruh anggota keluarga. 4. Sebagai tenaga kerja dan dalam profesi, bekerja di pemerintahan, perushaan swasta, dunia politik, berwiraswasta dan sebagainya untuk menambah peng-hasilan keluarga. 5. Sebagai anggota organisasi masyarakat terutama organisasi perempuan, badan-badan sosial dan sebagainya untuk menyumbangkan tenaga kepada masyarakat. 50 Wadah bagi perempuan Indonesia telah dibentuk, maka pemerintah dengan demikian mengharapkan peran perempuan Indonesia dalam pembangunan dapat meningkat. Namun yang menjadi pertanyaan adalah ketika peran perempuan Indonesia dalm pembangunan telah ditingkatkan, Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 bagaimana perlakuan pembangunan terhadap kaum perempuan itu sendiri. Artinya apakah dengan peningkatan peran perempuan dalam pembangunan, maka kaum perempuan juga memperoleh reward dari pembangunan yang didukung oleh kelompok perempuan itu. Pertanyaan lain adalah apakah rekayasa sosial yang dilakukan oleh Pemerintah dalam usaha meningkatkan peranan perempuan dalam pembangunan itu menegakkan otonomi perempuan Indonesia atau sebaliknya justru meletakkan perem-puan Indonesia di bawah penindasan baru yakni pembangunan. Atau apakah memang benar kontribusi perempuan Indonesia dalam proses pembangunan memang minim sehingga perlu digalakkan. Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut sangatlah tergantung pada bagaimana kita memberikan makna terhadap konsep peranan perempuan dalam pem-bangunan. Apabila kita mengartikan peran perempuan dalam pembangunan itu dari jumlah perempuan yang menjadi pegawai negeri atau yang duduk dalam jabatan kunci di negara, memang harus diakui sangat sedikit. Yang perlu dipertanyakan adalah rendahnya jumlah perempuan itu disebabkan karena rendahnya kemauan perempuan Indonesia untuk berperan dalam pembangunan atau sebab lain seperti prioritas perekrutan yang hanya diberikan kepada kelompok pria saja. 50 Ibid. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 Berdasarkan uraian di atas, tampak jelas keadaan kaum perempuan Indonesia yang tidak menentu. Di satu pihak perempuan Indonesia dituntut untuk meningkatkan peranan mereka dalam pembangunan, namun pembangunan itu sendiri tidak ramah terhadap perempuan. Usaha-usaha untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh kaum perempuan belum berhasil memecahkan permasalahan itu karena usaha-usaha yang dikembangkan atas dasar konsep-konsep yang elitis seperti kodrat perem- puan. Usaha-usaha itu gagal mencapai tujuannya karena kaum perempuan Indonesia pada saat ini tidak memiliki suatu organisasi yang mampu secara mandiri melakukan fungsi lobi yang memperjuangkan kepentingan sosial, budaya dan ekonomi perem-puan dalam proses pembangunan. Hal ini muncul sebagai akibat dari rekayasa sosial yang dilakukan oleh pemerintah untuk menjadikan semua ormas di Indonesia ter-masuk ormas perempuan hanya sebagai pendukung kebijaksanaan pembangunan Indonesia. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 BAB III BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TENAGA KERJA PEREMPUAN DI INDONESIA

A. Bentuk-bentuk Perlindungan yang Dapat Diberikan Kepada Pekerja