Latar Belakang Dr. Pendastaren Tarigan, S.H., M.S. 3. Prof. Warsani, S.H.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perempuan sebagai warga negara Indonesia sejak dahulu aktif dalam kegiatan ekonomi dan sosial sebagai petani, pedagang, pekerja di sektor informal dan sebagai ibu rumah tangga. Namun, kebanyakan perempuan belum menikmati penghargaan dan penghormatan yang sama dengan laki- laki sesuai dengan sumbangannya dan beban kerjanya sebagai dampak dari diskriminasi 1 yang terus menerus terjadi. 2 Keterlibatan perempuan Indonesia di dalam keseluruhan kehidupan per- juangan bangsa dan negara merupakan petunjuk bahwa kaum perempuan di Indonesia pada dasarnya sejak dulu sudah merupakan bagian dari pembangunan nasional, bangsa dan negara. Dengan demikian pertumbuhan pembangunan nasional tidak dapat dipisahkan dari keberadaan perempuan sebagai pembangunan dan eksistensinya sebagai manusia yang memiliki keluhuran harkat dan martabat seperti halnya pria. 1 Diskriminasi adalah perbedaan perlakuan terhadap sesama warga negara, seperti dengan memandang aslitidak asli, perbedaan warna kulit dan sebagainya. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1976, hlm. 254. Selanjutnya diskriminasi diartikan juga sebagai perbedaan perlakuan dan atau pengakuan terhadap wanita dibandingkan dengan pria baik dalam budaya, hukum maupun masyarakat. Warsani, “Diskriminasi Terhadap Wanita Problema Dan Tantangannya Di Indonesia”, dalam Tan Kamello Penyunting, Butir-Butir Pemikiran Hukum Guru Besar Dari Masa Ke Masa Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Fakultas Hukum USU 1979-2001, Medan: Pustaka Bangsa, 2003, hlm. 367. Dan berdasarkan Pasal 1 angka 1 Konvensi Nomor 111 tentang Diskriminasi Dalam Hal Pekerjaan Dan Jabatan menyebutkan istilah diskriminasi meliputi: a Setiap pembedaan, pengecualian, atau pengutamaan atas dasar ras, warna kulit, jenis kelamin, agama, keyakinan politik, kebangsaan atau asal-usul sosial yang berakibat meniadakan atau mengurangi persamaan kesempatan atau perlakuan dalam pekerjaan atau jabatan; b Perbedaan, pengecualian atau pengutamaan lainnya yang berakibat meniadakan atau mengu-rangi persamaan kesempatan atau perlakuan dalam pekerjaan atau jabatan sebagaimana ditentukan oleh anggota yang bersangkutan setelah berkonsultasi dengan wakil organisasi pengusaha dan pekerja, jika ada, dan dengan badan lain yang sesuai. 2 Saparinah Sadli, “Pemberdayaan Perempuan Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia”, dalam Tapi Omas Ihromi, et.al., Penghapusan Diskriminasi Terhadap Wanita, Cet. I Bandung: Alumni, 2000, hlm. 3. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 Perkembangan industrialisasi merupakan tahapan suatu perkembangan bangsa. Keterlibatan perempuan sebagai tenaga kerja memberi masukan yang tidak sedikit bagi negara. Hal ini dapat dimaklumi karena perbandingan jumlah penduduk adalah lebih banyak perempuan dari pada laki-laki. Namun disisi lain kita tidak dapat menutup mata masih banyak terjadi diskriminasi terhadap tenaga kerja perempuan, seperti diskriminasi upah, pelanggaran terhadap ketentuan keselamatan kerja, peng-abaian hak- hak wanita, seperti cuti haid, cuti hamil, dan sebagainya. 3 Data di Indonesia menunjukkan bahwa pendidikan perempuan pada umumnya masih rendah dari pada laki-laki. Angka kematian ibu masih tinggi, bahkan bila dibandingkan dengan perempuaan di negara-negara ASEAN maka angka kematian ibu di Indonesia lebih tinggi. Dan sebagai pekerja perempuan Indonesia masih mengalami berbagai diskriminasi dan belum mendapat perlindungan hukum yang selayaknya diperoleh. 4 Perbaikan nasib pekerja perempuan Indonesia baik di dalam maupun di luar negeri kerap menimbulkan banyak kontroversial dan merupakan isu yang tak pernah habisnya dibicarakan terutama dalam hukum ketenagakerjaan di Indonesia. Ketika perempuan masuk dunia kerja, sering mengalami pola diskriminasi dan peminggiran yang didasari pada keyakinan 3 Warsani, dalam Tan Kamello Penyunting, Op.Cit., hlm. 368. 4 Tapi Omas Ihromi, et.al., Loc.Cit. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 dan perilaku yang menetapkan perempuan dalam posisi lebih rendah dari laki-laki. Nasib pekerja perempuan Indonesia bergantung kepada kepedulian pemerintah untuk lebih serius memikirkan serta memberi perlindungan terhadap warganya. Adanya diskriminasi bahkan menjurus kepada eksploitasi terhadap perempuan Indonesia hingga saat ini merupakan bukti nyata bahwa kurang terlindunginya hak-hak perempuan di Indonesia. ILO sebagai organisasi buruh internasional bertujuan memperbaiki kondisi pekerja sebagai upaya mewujudkan keadilan sosial di seluruh dunia. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1999 tentang Pengesahan Konvensi ILO Nomor 111 mengenai Diskriminasi Dalam Pekerjaan Dan Jabatan, menyebutkan bahwa negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pncasila dan Undang-Undang Dasar 1945 UUD 1945 adalah negara hukum yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sehingga segala bentuk diskriminasi terhadap pekerjaan harus dihapuskan. 5 Ketidaksensitifan pemerintah Indonesia bukan merupakan suatu kecelakaan. Presiden Megawati dalam progress reportnya di depan Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat pada bulan November 2001 menyatakan bahwa telah banyak kemajuan yang dialami dalam upaya perlindungan tenaga kerja Indonesia, mencakup hak-hak tenaga kerja 5 H. Bomer Pasaribu, “Membangun Politik Ketenagakerjaan Dari Aspek Hak Asasi Manusia”, http: www. Google.comtemp804800.htm., diakses pada tanggal 29 April 2004, hlm. 5. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 perempuan dan hak-hak anak. Pernyataan ini tentu sangat diharapkan jika memang realitasnya memang demikian. Apabila pernyataan tersebut dihadapkan pada kondisi sebenarnya pada tenaga kerja di Indonesia, khususnya kaum perempuan dan anak-anak, sangatlah bertolak belakang. Maka pernyataan itu lebih tepat dianggap sebagai retorika politik belaka. 6 Meskipun perempuan Indonesia masa kini dapat dikatakan lebih maju dibanding dengan generasi sebelumnya, isu-isu perempuan seperti diskriminasi terhadap perempuan masih tetap menjadi prioritas kedua ditingkat nasionaal sehingga tetap dinggap sebagai masalah perempuan saja dan bukan masalah bersama laki-laki dan perempuan. Dari perspektif hak asasi manusia, diskriminasi melanggar HAM. Sedangkan diskriminasi terhadap perempuaan melanggar hak asasi perempuan, sehingga pem-berdayaan perempuan diperlukan agar perempuan dapat memperjuangkan hak-haknya yang dilanggar. 7 Pemberdayaan perempuan dan tercapainya kesetaraan gender merupakan masalah hak asasi manusia dan ketidakadilan sosial tidak dapat dikatakan sebagai isu perempuan saja. Kesetaraan gender tidak berarti bahwa perempuan harus sama seperti laki-laki. Kesetaraan gender perlu dipahami dalam arti bahwa perempuan dan laki-laki menikmati status yang 6 Ibid. 7 Saprinah Sadli, dalam Tapi Omas Ihromi, et.al., Op.Cit., hlm. 6. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 sama, berada dalam kondisi dan kesempatan yang sama untuk dapat merealisasikan potensinya sebagai hak-hak asasinya. Seiring dengan perkembangan tekhnologi yang ada sekarang, persoalan tenaga kerja perempuan sering tampak kepermukaan dari berbagai daerah di Indonesia, yang mencerminkan tanda-tanda banyaknya permasalahan terutama per-lindungan yang kurang memadai. Diskriminasi yang berlaku sekaligus menyebabkan bahwa perempuan pekerja yang bagaimanapun beratnya selalu dianggap hanya sebagai membantu suami dengan konsekuensi bahwa perempuan selalu dianggap sebagai pencari nafkah kedua yang selanjutnya berakibat bahwa beban perempuan yang juga bekerja di luar rumah harus menanggung beban kerja yang lebih lama. 8 Permasalahan tenaga kerja perempuan tidak hanya diskriminasi di bidang pekerjaan saja yang meliputi antara lain, tingkat upah yang rendah, kurangnya istirahat, pemanfaatan cuti baik cuti hamil maupun cuti haid, kedudukan serta motivasi kerja, dan pemutusan hubungana kerja oleh perusahaan, tetapi juga eksploitasi terhadap tenaga kerja perempuan. Eksploitasi ini bahkan menjurus kepada pelecehan seksual dan yang lebih parah lagi kepada prostitusi. Anggapan bahwa perempuan adalah komunitas kedua setelah laki-laki di dunia tenaga kerja di Indonesia dan di belahan dunia lain sekalipun Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 menyebabkan peng-implementasian undang-undang tenaga kerja baik yang lama atau yang baru ditambah dengan Konvensi ILO Nomor 111, tidak dilaksanakan sehingga tidak dapat memenuhi harapan serta melindungi hak- hak tenaga kerja perempuan yang seharusnya bisa lebih baik dari yang ada sekarang. Untuk hal tersebut sangatlah perlu perhatian dan pengkajian yang lebih dalam agar semua undang-undang maupun peraturan pelaksananya dapat diimplementasikan dengan baik. Perselisihan perburuhan yang ada selama ini terutama tentang pekerja perempuan, mengindikasikan bahwa perlindungan hukum terhadap pekerja perem-puan sangat kurang diperhatikan oleh pemerintah Indonesia. Pemerintah kurang sensitif menyikapi permasalahan yang ada.

B. Perumusan Masalah