Alat pengumpul data Perlindungan upah bagi pekerja perempuan Indonesia

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, berupa hasil-hasil penelitian, karya ilmiah dari kalangan hukum, dan penelitian lain-lain yang relevan dengan penelitian ini. c. Bahan hukum tertier atau bahan hukum penunjang, yaitu bahan yang mem-berikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, berupa kamus, ensiklopedia, jurnal-jurnal ilmiah, majalah, surat kabar, dan sebagainya yang dipergunakan untuk melengkapi ataupun menunjang data penelitian. 32

4. Alat pengumpul data

Alat pengumpul data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumen documentary study. Data kepustakaan atau data sekunder ini dikumpulkan melalui studi literatur, yaitu dengan mempelajari ketentuan perundang-undangan tentang ketenaga kerjaan di Indonesia khususnya tenaga kerja perempuan. Demikian juga halnya dengan pendapat para ahli dan naskah-naskah hukum lainnya serta hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan perlindungan hukum bagi tenaga kerja perempuan dengan cara membaca, mempelajari, meneliti, mengidentifikasi dan menganalisis literatur-literatur, laporan penelitian, dokumen-dokumen resmi, serta sumber- memberikan informasi tentang bahan hukum sekunder dan primer, misalnya bibilografi. Ronny Hanitijo Soemitro, Op.Cit., hlm. 12. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 sumber bacaan lainnya dengan cara memfotocopy, menyalin atau memindah-kan data yang relevan dengan kebutuhan penelitian.

5. Analisis data

Analisis data adalah sebagai cara untuk menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang sudah terkumpul melalui bahan hukum primer, sekunder dan tertier, dengan mem-pergunakan analisis normatif kualitatif. Normatif karena penelitian ini bertitik tolak dari peraturan-peraturan yang ada sebagai norma hukum positif, sedangkan kualitatif dimaksudkan analisis data yang bertitik tolak pada usaha-usaha penemuan asas-asas dan informasi-infomasi yang dibutuhkan. Setelah data dipilah-pilah dan dianalisis, selanjutnya akan diproses untuk mem-peroleh data tentang perlindungan hukum bagi tenaga kerja perempuan dan peng-implementasiannya di Indonesia ditinjau dari Konvensi ILO No.111, dan kemudian disistematisasikan sehingga menghasilkan klasifikasi yang selaras dengan permasalahan penelitian ini. Sehingga akan diperoleh kesimpulan yang memberi jawaban atas permasalahan yang ada. 33 32 Lihat Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum Suatu Pengantar, Cet. IV, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002, hlm. 194-195. Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Op.Cit., hlm. 13. 33 Lihat Bambang Sunggono, Op.Cit., hlm. 195-196. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008

BAB II KEDUDUKAN DAN PERANAN TENAGA KERJA PEREMPUAN

DI INDONESIA

A. Pengertian Diskriminasi Terhadap Perempuan

Sebelum kita sampai kepada pengertian diskriminasi alangkah baiknya kita melihat terlebih dahulu apa itu perempuan atau perempuan. Perempuan berasal dari kata empu. Isteri Raja masa lalu dalam bahasa melayu disebut engku empuan. Dengan demikian perempuan berarti makhluk yang diempukan, yaitu dihargai, tidak lagi sederajat dengan pria, tetapi lebih tinggi, kecuali bila pria itu sendiri adalah empu. Perempuan dari akar kata empu, pada hakekatnya adalah suatu pengertian yang dinamis dan kreatif dalam alam budaya Melayu Kuno yang melahirkan bahasa kita, dan turut membentuk cara kita mengenal serta menilai dunia dan kehidupan. Sehingga perempuan menjadi subyek yang turut membentuk dan menentukan sejarah dirinya maupun bangsanya, bukan obyek yang terperangkap dalam nasib yang tak kuasa diubahnya. 34 Diskriminasi adalah perbedaan perlakuan terhadap sesama warga negara, seperti dengan memandang aslitidak asli, perbedaan warna kulit dan sebagainya. 35 Selanjutnya diskriminasi diartikan juga sebagai perbedaan 34 Warsani, dalam Tan Kamello Penyunting, Op.Cit., hlm. 366. 35 Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1976, hlm. 254. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 perlakuan dan atau pengakuan terhadap perempuan dibandingkan dengan pria baik dalam budaya, hukum maupun masyarakat. 36 Kemudian berdasarkan Pasal 1 Konvensi Tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan, menyebutkan diskriminasi adalah setiap pembedaan, pengesampingan atau pembatasan apa pun yang dibuat atas dasar jenis kelamin yang mempunyai pengaruh atau tujuan untuk mengurangi atau meng-hapuskan pengakuan, penikmatan atau penggunaan hak-hak asasi manusia dan kebebasan pokok di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, sipil atau bidang apa pun lainnya oleh kaum perempuan, terlepas dari status perkawinan mereka atas dasar persamaan antara lelaki dan perempuan. 37 Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Konvensi Nomor 111 tentang Diskriminasi Dalam Hal Pekerjaan Dan Jabatan menyebutkan istilah diskriminasi meliputi: 1. Setiap pembedaan, pengecualian, atau pengutamaan atas dasar ras, warna kulit, jenis kelamin, agama, keyakinan politik, kebangsaan atau asal-usul sosial yang berakibat meniadakan atau mengurangi persamaan kesempatan atau perlakuan dalam pekerjaan atau jabatan. 36 Warsani dalam Tan Kamello Penyunting, Op.Cit., hlm. 367. 37 Dikutip dari Konvensi Tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan, Jakarta: Diterbitkan bersama LSPP, 1999, hlm. 4. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 2. Perbedaan, pengecualian atau pengutamaan lainnya yang berakibat meniadakan atau mengurangi persamaan kesempatan atau perlakuan dalam pekerjaan atau jabatan sebagaimana ditentukan oleh anggota yang bersangkutan setelah ber-konsultasi dengan wakil organisasi pengusaha dan pekerja, jika ada, dan dengan badan lain yang sesuai. Pada Pasal 1 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Mengenai Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan, mengatakan diskriminasi terhadap perempuan berarti setiap pembedaan, pengucilan atau pembatasan yang dibuat atas dasar jenis kelamin, yang mempunyai pengaruh atau tujuan untuk mengurangi atau menghapuskan pengakuan, penikmatan atau penggunaan hak-haak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan pokok di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, sipil atau apapun lainnya oleh kaum perempuan terlepas dari status perkawinan mereka, atas dasar persamaan antara pria dan perempuan. Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan diskriminasi adalah terjadinya ketidak seimbangan antara laki-laki dan perempuan yang menyakup diseluruh bidang kehidupan. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008

B. Kedudukan Tenaga Kerja Perempuan Di Indonesia

UUD 1945 38 telah memuat beberapa ketentuan yang secara tidak langsung mengatur kedudukan perempuan di dalam hidup bernegara. Walaupun tidak secara tegas disebutkan kata perempuan, tetapi maksud dan tujuannya adalah semua penduduk Indonesia baik pria dan perempuan yang tinggal di Indonesia, maupun di luar negeri yang mempunyai kewarganegaraan Republik Indonesia. Kedudukan perempuan ini juga diatur dalam Ketetapan MPR No. IVMPR 1978 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara GBHN di bidang peranan perem-puan dalam pembangunan dan pembinaan bangsa, yang menyebutkan: 1. Pembangunan yang menyeluruh mensyaratkan ikut sertanya pria maupun perempuan secara maksimal di segala bidang. Oleh karena itu perempuan mempunyai hak, kewajiban dan kesempatan yang sama dengan pria untuk ikut serta sepenuhnya dalam segala kegiatan pembangunan. 38 Diantaranya adalah sebagaimana tercantum dalam; a. Pasal 27 ayat 1 yang menyatakan segala warganegara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Ayat 2 menyatakan tiap-tiap warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. b. Pasal 29 ayat 2 menyebut- kan negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. c. Pasal 30 ayat 1 menyebutkan tiap-tiap warganegara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara. d. Pasal 31 ayat 1 menyebutkan tiap-tiap warganegara berhak mendapat pengajaran. Ayat 2 nya mengatakan pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. e. Pasal 34 menyebutkan fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 2. Peranan perempuan dalam pembangunan tidak mengurangi peranannya dalam pembinaan keluarga sejahtera umumnya dan pembinaan generasi muda khusus-nya dalam rangka pembinaan manusia Indonesia sepenuhnya. 3. Untuk lebih memberikan peranan dan tanggung jawab kepada kaum perempuan dalam pembangunan, maka pengetahuan dan ketrampilan perempuan perlu ditingkatkan di berbagai bidang yang sesuai dengan kebutuhannya. Ketetapan MPR No. IIMPR1993 tentang GBHN, dalam Kebijaksanaan Pembangunan Lima Tahun Keenam butir 32 kemudian menyebutkan; perempuan sebagai mitra sejajar pria harus dapat berperan dalam pembangunan dan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta ikut melestarikan nilai-nilai Pancasila. Oleh karena itu, perlu dikembangkan iklim sosial budaya yang mendukung agar mereka dapat menciptakan dan memanfaatkan seluas-luasnya kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya melalui peningkatan pengetahuan, keahlian dan keterampilan dengan tetap memperhatikan kodrat serta harkat dan martabat kaum perempuan. Selanjutnya dalam Ketetapan MPR No. IVMPR1999 tentang GBHN secara tegas dinyatakan tentang Kedudukan dan Peranan Perempuan yang harus diperhati-kan, yaitu: Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 1. Meningkatkan kedudukan dan peranan perempuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui kebijakan nasional yang diemban oleh lembaga yang mampu memperjuangkan terwujudnya kesetaraan dan keadilan jender. 39 2. Meningkatkan kualitas peran dan kemandirian organisasi perempuan dengan tetap mempertahankan nilai persatuan dan kesatuan serta nilai historis perjuangan kaum perempuan, dalam rangka melanjutkan usaha pemberdayaan perempuan serta kesejahteraan keluarga dan masyarakat. Untuk itu, dalam meningkatkan kedudukan tenaga kerja perempuan di Indonesia perlu dilakukan upaya pemberdayaan diberbagai bidang kehidupan, seperti: 1. Bidang pendidikan. Beberapa masalah utama yang dihadapi perempuan di bidang pendidikan antara lain adalah adanya kesenjangan yang cukup signifikan antara laki- laki dan perem-puan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Angka buta huruf perempuan masih tinggi dibandingkan laki-laki dan angka putus sekolah perempuan yang juga masih cukup tinggi, sehingga kedudukan perempuan dan laki-laki digambar-kan secara tidak seimbang dan masih stereotype. 39 Istilah jender sering diartikan sebagai jenis kelamin. Maksudnya masing-masing jenis kelamin laki-laki dan perempuan secara biologis berbeda dan sebagai perempuan dan laki-laki mem- punyai keterbatasan dan kelebihan tertentu berdasarkan fakta biologis masing-masing. Atau jender adalah hasil konstruksi sosial yang terdiri dari sifat, sikap, dan perilaku seorang yang ia pelajari. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 Adapun kebijakan yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kualitas perempuan di bidang pendidikan adalah sebagai berikut: a. Meningkatkan partisipasi dan representasi perempuan di dalam pendidikan sampai kejenjang yang lebih tinggi serta mengurangi angka putus sekolah bagi perempuan. b. Meningkatkan keterampilan perempuan yang buta huruf sehingga lebih ber-kualitas. c. Penguatan jaring kelembagaan kualitas hidup perempuan. 2. Bidang kesehatan. Mengingat kondisi kesehatan perempuan yang masih sangat memprihatinkan, maka perlu pula ditingkatkan kualitas hidup perempuan di bidang kesehatan. Upaya yang ditempuh adalah sebagai berikut: a. Meningkatkan kualitas kesehatan perempuan melalui penyuluhan, pelatihan, pendidikan di luar sekolah sehingga perempuan memiliki pemahaman yang memadai akan kesehatan seperti hak reproduksinya, kesehatan reproduksi, kesehatan diri serta lingkungannya. b. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembudayaan pola hidup sehat. Untuk ini perlu dilakukan berbagai program dan kegiatan peningkatan kesehatan perempuan secara berkesinambungan, Artinya jender seseorang diperoleh melalui suatu proses yang panjang, sebagai hasil belajar seorang sejak ia masih usia dini. Saparinah Sadli, dalam Tapi Omas Ihromi, et.al., Op.Cit., hlm. 4. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 sehingga perempuan dapat mengimplementasikan perilaku hidup sehat dalam kehidupannya sehari-hari. 3. Bidang ekonomi. Dalam upaya untuk meningkatkan produktivitas ekonomi perempuan terdapat 2 dua masalah, yaitu: a. Meningkatkan pendapatan. b. Membuka lapangan pekerjaankesempatan bekerja bagi perempuan. Upaya tersebut dilakukan untuk mengurangi beban keluarga khususnya dalam memenuhi kebutuhan biaya pendidikan dan kesehatan. Adapun kebijakan yang dapat dikembangkan adalah sebagai berikut: a. Mengintensifkan upaya untuk pengurus utamaan peningkatan perempuan dalam produktivitas ekonomi pada seluruh sektor pembangunan, khususnya disektor-sektor yang melaksanakan pembangunan ekonomi. b. Meningkatkan kepekaan dan kesadaran perusahaan-perusahaan swasta untuk menjadikan peningkatan produktivitas ekonomi perempuan sebagai pertim-bangan utama dalam pelaksanaan program-program peduli perusahaan ter-utama dalam pemberdayaan ekonomi tenaga kerja perempuan. c. Mengembangkan upaya konkrit dan berkesinambungan untuk memberi akses bagi perempuan ke dalam infrasturktur ekonomi. 4. Bidang perlindunganhukum. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 Masalah utama yang dihadapi dalam hal perlindungan terhadap perempuan adalah: a. Mengenai perlindungan perempuan di tempat kerja. b. Perlindungan perempuan yang bekerja di luar negeri sebagai tenaga kerja perempuan. c. Perlindungan perempuan dari tindakan kekerasan baik di tempat bekerja, kekerasan dalam rumah tangga, atau di manapun perempuan berada. Pemerintah telah merativikasi Konvensi PBB tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan dengan Undang- undang Nomor 7 Tahun 1974 dalam hal peraturan yang mengatur tenaga kerja, perlindungan yang diberikan kepada pekerja perempuan, antara lain adalah sebagai berikut: a. Hak untuk mendapatkan cuti haid, hamil dan melahirkan. b. Hak untuk mendapatkan upah yang sama dengan laki-laki akan jenis dan pekerjaan yang sama. c. Jaminan sosial tenaga kerja Jamsostek. Adapun kebijakan yang dapat dikembangkan adalah: a. Peningkatan kepedulian terhadap isu-isu tindak kekerasan terhadap perem-puan di dalam keluarga dan masyarakat. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 b. Peningkatan koordinasi pelaksanaan upaya perlindungan terhadap perem-puan. 40 Berdasarkan uraian di atas maka kelihatan bahwa kaum perempuan memiliki kedudukan yang kuat untuk berperan baik dalam keluarga, masyarakat dan negara, sehingga dengan demikian maka perempuan telah mendapat kesempatan yang sama dalam berbangsa dan bernegara. Selain itu, upaya pemberdayaan perempuan dalam kedudukannya sebagai tenaga kerja pemberdayaan tenaga kerja perempuan dan peningkatan kualitas hidupnya tidak saja menjadi tanggung jawab pemerintah semata namun juga menjadi tanggung jawab masyarakat umum lainnya. Agar pemerintah dan masyarakat dapat meningkatkan kedudukan dan kualitas tenaga kerja perempuan, diperlukan kesadaran dan komitmen semua pihak serta koordinasi dan keterbukaan dari berbagai pihak dengan melakukan strategi yang tepat agar ketertinggalan tenaga kerja perempuan terhadap laki-laki dapat diperkecil. Dengan demikian, laki-laki dan perempuan sebagai tenaga kerja dan sumber daya dapat dioptimalkan kemampuannya sehingga dapat mempercepat pencapaian hasil dan tujuan yang diinginkan. Tegasnya UUD 1945 dan GBHN tidak menghendaki adanya diskriminasi terhadap perempuan. 40 R. Sabrina, “Tenaga Kerja Perempuan”, Makalah, disampaikan pada acara seminar sehari tentang Peningkatan Kualitas Sumber Daya Perempuan Dalam Bidang Ketenagakerjaan, Medan, 25 Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008

C. Peranan Tenaga Kerja Perempuan Indonesia dalam Pembangunan

Peran serta perempuan dalam pembangunan dewasa ini di Indonesia makin meningkat, terutama di bidang ketenagakerjaan baik di dalam maupun di luar negeri. Hal ini bukan semata-mata didorong karena terbukanya kesempatan kerja, tetapi juga oleh berbagai dorongan dari perempuan itu sendiri. Perkembangan industri di negara kita juga dapat dianggap sebagai pemicu timbulnya keinginan perempuan untuk bekerja. Munculnya industri- industri di bumi Indonesia akan memberi dampak terhadap perubahan sosial pada masyarakat, per-ubahan sosial ini akan berpengaruh juga pada nilai- nilai dasar kehidupan manusia. Kebutuhan hidup yang semakin meningkat, keinginan untuk mengaktualisasi-kan diri mungkin merupakan sebagian kecil alasan mengapa perempuan ingin bekerja. Kenyataan ini memberi gambaran bahwa apapun alasannya perempuan ingin bekerja tetap saja tidak dapat dipungkiri bahwa dengan bekerjanya perempuan memberi kontribusi yang tidak sedikit kepada semua pihak yang secara langsung atau tadak ikut menikmati hasil kerja tersebut. Secara konvensional peran perempuan dalam kawasan domestik rumah tangga, sehingga tidak mengherankan jika dalam ketenaga kerjaan partisipasi perem-puan sangat rendah. Namun dengan adanya kebijakan September 2003, hlm. 6-9. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 pemerintah melakukan gerakan pemberdayaan perempuan, 41 maka diharapkan semakin berkembang pula peran perempuan dan khususnya tenaga kerja perempuan diberbagai bidang yang mem-berikan kontribusi bagi perbaikan keluarga. Ironisnya, penghasilan yang diperoleh perempuan 42 yang bekerja hanya dinggap sebagai penghasilan tambahan dan hanya sebagai pelengkap saja. Walaupun mungkin sebenarnya penghasilan yang diterima diperoleh perempuan yang bekerja adalah penghasilan utama. John Naisbitt, mengungkapkan dari dominasi kaum pria muncul kaum perem-puan. Pesatnya peningkatan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja di Asia yang begitu menyerupai angka-angka keterlibatan perempuan dalam angkatan kerja di Eropa. Angkatan kerja perempuan tersebut; Vietnam 47 , Thailand 46, Indonesia 45, Cina 44, Jepang 41, Korea 40, Singapura 40, Taiwan 38, Hongkong 37, Filipina 36, Malaysia 35, Srilangka 27, dan India 24. 43 Berdasarkan pendapat yang disampaikan John Naisbitt tersebut di atas, maka kita dapat melihat bahwa perempuan Indonesia menduduki tempat ketiga terbesar dalam jumlah angka kerja di Asia. Tampak bahwa 41 Gerakan pemberdayaan perempuan adalah gerakan mobilisasi perempuan kewilayah publik, ditandai dengan meningkatnya peran perempuan diberbagai sektor publik. Ibid., hlm. 4. 42 Penghasilan yang diperoleh perempuan adalah untuk membentuk perekonomian keluarga, selain untuk pemenuhan kebutuhan hidup adalah untuk pemenuhan kualitas gizi seimbang, pening- katan kualitas pendidikan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga, pemenuhan peningkatan kualitas lingkungan yang pada akhirnya akan memberikan kontribusi kepada masyarakat. Ibid., hlm. 5. 43 John Naisbitt, Megatrends Asia, Delapan Megatrend Asia Yang Mengubah Dunia, Jakarta: Gramedia, 1996, hlm. 243. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 perempuan Indonesia semakin diakui peranannya 44 dalam pembangunan. Sehingga kedudukan perempuan sebagai mayoritas buruhtenagakerja di Indonesia merupakan fakta yang tidak dapat dipung-kiri lagi. Akan tetapi tenaga kerja perempuan Indonesia pada umumnya bekerja di bidang domestik, baik di dalam maupun di luar negeri. Globalisasi yang merupakan faktor pendorong perpindahan tenaga kerja melintasi batas-batas negara, semakin memperluas dan memperkuat sistem pem-bagian kerja berbasis jender, di mana perempuan terkonsentrasi diranah domestik atau pekerja rumah tangga yang dalam peristilahan Depnakertrans adalah jasa kemasyarakatan dan perorangan. Data Depnakertrans tahun 1999-2000 menunjukkan bahwa 70 dari keseluruhan jumlah buruh migran Indonesia berjenis kelamin perempuan. Negara penerima buruh migran Indonesia yang terbesar di dunia adalah Arab Saudi, di mana sebanyak 191.079 orang atau 90 dari yang bekerja di sana adalah perempuan, sedangkan laki-laki berjumlah 22.304 orang atau 10. Kemudian Uni Arab Emirat, jumlah pekerja perempuan sebanyak 24.060 orang atau 98, sedangkan laki-laki 551 orang atau 2. 44 Mengenai peranan perempuan pada umumnya dapat dilihat dari dua sudut pandang; Pertama, sebagai warga negara dalam hubungannya dengan hak-hak dalam bidang sipil dan politiki, termasuk perlakuan terhadap perempuan dalam partisipasi tenagakerja, yang dapat disebut sebagai fungsi ekstern. Kedua, sebagai ibu dalam keluarga dan isteri dalam hubungan rumah tangga, yang disebut fungsi intern. Warsani dalam Tan Kamello Penyunting, Op.Cit., hlm. 372. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 Selanjutnya Kuwait, jumlah pekerja perempuan 6.689 orang atau 97 sedangkan laki-laki 209 orang atau 3. 45 Dari hasil pengiriman tenaga kerja domestik ke luar negeri ini, pemerintah Indonesia sudah meraup devisa sebanyak US 3 Milyar, selama Repelita VI. Dan pada tahun 2000 diperkirakan negara meraup devisa sebesar US 12,5 Milyar, per tahun. Begitu besar pemasukan yang telah diberikan para pekerja domestik kepada negara yang mayoritas adalah perempuan, akan tetapi jaminan dan perlindungan apa yang dapat diberikan negara kepada pekerja domestik ini. 46 Pekerja domestik atau pekerja rumah tangga merupakan pekerjaan bersifat non formal yang paling tidak dilindungi oleh hukum, termasuk hukum ketenaga-kerjaan. Hal ini berlaku di dalam maupun di luar negeri, bahkan dalam perundang-undangan ketenagakerjaan Indonesia tidak secara tegas dan jelas mengatur hak-hak pekerja rumah tangga. Kerentanan buruh migran Indonesia ini ditambah lagi dengan besarnya jumlah tenaga kerja yamg pergi tanpa dokumen-dokumen resmi yang lengkap. 47 Profil perempuan Indonesia pada saat ini dapat digambarkan sebagai manusia yang harus hidup dalam situasi dilematis. 48 Di satu sisi perempuan 45 “Feminisasi Migrasi dan Ketidakadilan Jender Dalam Sistem Pengiriman Buruh Migran”, http:www.komnas-perempuan. or. id. , diakses pada tanggal 25 Februari 2004, hlm. 2. 46 Ibid. 47 Ibid., hlm. 3. 48 Beberapa faktor penyebab situasi dilematis perempuan Indonesia. Pertama, bahwa Indonesia adalah suatu negara yang pluralistik dari segi etnik dan kebudayaan. Kedua, adanya pluralisme etnik dan kebudayaan itu maka tidak mungkin secara ad.hoc membuat suatu pendapat yang Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 Indonesia dituntut untuk tidak melupakan kodrat mereka sebagi perempuan, tetapi di sisi lain muncul pula tuntutan agar perempuan Indonesia berperan dalam semua sektor, seperti sosisl, politik dan ekonomi guna menunjang keberhasilan pembangunan. Bahkan pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya agar perem-puan Indonesia berperan dalam pembangunan, misalnya pemerintah telah membentuk berbagai organisasi perempuan yang secara garis besar dikategorikan menjadi: 1. Para isteri pegawai negeri dikelompokkan dalam dharma perempuan. 2. Para isteri anggota ABRI dikelompokkan dalam dharma pertiwi. 3. Para ibu rumah tangga di daerah pedesaan dan di kota yang bukan isteri pegawai negeriisteri ABRI diciptakan organisasi PKK yang secara eksplisit dinyatakan oleh GBHN 1983 sebagai salah satu organisasi perempuan untuk mendorong partisipasi perempuan Indonesia dalam pembangunan. 49 Usaha pemerintah untuk meningkatkan peranan perempuan Indonesia dalam pembangunan tidak hanya berhenti dalam mengelompokkan perempuan Indonesia dalam organisasi perempuan yang telah ditentukan menggeneralisasi bahwa perempuan Indonesia sejak semula memiliki kedudukan yang rendah tanpa mempelajari kedudukan perempuan dalam konteks kebudayaan dari tiap-tiap suku bangsa yang hidup di bumi nusantara ini. Ketiga, situasi dilematis yang saat ini dihadapi oleh perempuan Indonesia merupakan hasil dari suatu proses interaksi dari berbagai faktor sosial dan politik yang berkembang di negara kita. Loekman Soetrisno, Kemiskinan, Perempuan Dan Pemberdayaan, Yogyakarta: Kanisius, 1997, hlm. 62. 49 Nursyahbani Katjasungkana, dalam Loekman Soetrisno, Ibid., hlm. 68. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 oleh pemerintah, namun pemerintah juga telah menentukan pula peran yang seharusnya dilkukan oleh perem-puan dalam pembangunan melalui apa yang dikenal dengan panca tugas perempuan, yaitu: 1. Sebagai isteri supaya dapat mendampingi suami, sebagai kekasih dan sahabat bersama-sama membina keluarga yang bahagia. 2. Sebagai ibu pendidik dan pembina generasi muda supaya anak-anak dibekali kekuatan rohani dan jasmani dalam menghadapi segala tantangan zaman dan menjadi manusia yang berguna bagi nusa dan bangsa. 3. Sebagai ibu pengatur rumah tangga supaya rumah tangga merupakan tempat yang aman dan teratur bagi seluruh anggota keluarga. 4. Sebagai tenaga kerja dan dalam profesi, bekerja di pemerintahan, perushaan swasta, dunia politik, berwiraswasta dan sebagainya untuk menambah peng-hasilan keluarga. 5. Sebagai anggota organisasi masyarakat terutama organisasi perempuan, badan-badan sosial dan sebagainya untuk menyumbangkan tenaga kepada masyarakat. 50 Wadah bagi perempuan Indonesia telah dibentuk, maka pemerintah dengan demikian mengharapkan peran perempuan Indonesia dalam pembangunan dapat meningkat. Namun yang menjadi pertanyaan adalah ketika peran perempuan Indonesia dalm pembangunan telah ditingkatkan, Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 bagaimana perlakuan pembangunan terhadap kaum perempuan itu sendiri. Artinya apakah dengan peningkatan peran perempuan dalam pembangunan, maka kaum perempuan juga memperoleh reward dari pembangunan yang didukung oleh kelompok perempuan itu. Pertanyaan lain adalah apakah rekayasa sosial yang dilakukan oleh Pemerintah dalam usaha meningkatkan peranan perempuan dalam pembangunan itu menegakkan otonomi perempuan Indonesia atau sebaliknya justru meletakkan perem-puan Indonesia di bawah penindasan baru yakni pembangunan. Atau apakah memang benar kontribusi perempuan Indonesia dalam proses pembangunan memang minim sehingga perlu digalakkan. Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut sangatlah tergantung pada bagaimana kita memberikan makna terhadap konsep peranan perempuan dalam pem-bangunan. Apabila kita mengartikan peran perempuan dalam pembangunan itu dari jumlah perempuan yang menjadi pegawai negeri atau yang duduk dalam jabatan kunci di negara, memang harus diakui sangat sedikit. Yang perlu dipertanyakan adalah rendahnya jumlah perempuan itu disebabkan karena rendahnya kemauan perempuan Indonesia untuk berperan dalam pembangunan atau sebab lain seperti prioritas perekrutan yang hanya diberikan kepada kelompok pria saja. 50 Ibid. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 Berdasarkan uraian di atas, tampak jelas keadaan kaum perempuan Indonesia yang tidak menentu. Di satu pihak perempuan Indonesia dituntut untuk meningkatkan peranan mereka dalam pembangunan, namun pembangunan itu sendiri tidak ramah terhadap perempuan. Usaha-usaha untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh kaum perempuan belum berhasil memecahkan permasalahan itu karena usaha-usaha yang dikembangkan atas dasar konsep-konsep yang elitis seperti kodrat perem- puan. Usaha-usaha itu gagal mencapai tujuannya karena kaum perempuan Indonesia pada saat ini tidak memiliki suatu organisasi yang mampu secara mandiri melakukan fungsi lobi yang memperjuangkan kepentingan sosial, budaya dan ekonomi perem-puan dalam proses pembangunan. Hal ini muncul sebagai akibat dari rekayasa sosial yang dilakukan oleh pemerintah untuk menjadikan semua ormas di Indonesia ter-masuk ormas perempuan hanya sebagai pendukung kebijaksanaan pembangunan Indonesia. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 BAB III BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TENAGA KERJA PEREMPUAN DI INDONESIA

A. Bentuk-bentuk Perlindungan yang Dapat Diberikan Kepada Pekerja

Perempuan Indonesia Menurut Pujiwati Sayogyo, wanita ternyata kelompok tenaga kerja yang selalu diremehkan. Sumbangannya yang besar bagi ketahanan rumah tangga masih dinilai tidak berarti, peran sertanya diabaikan dan bahkan mereka tidak tercakup dalam penentuan angkatan kerja. Padahal sesungguhnya, di kalangan masyarakat miskin di pedesaan, kini telah berlangsung proses perubahan besar yang makin memunculkan pernan wanita dan tak menjadikan mereka sekedar “konco wingking” pembantu garis belakang. Justru para wanita mempunyai peranan tidak hanya selaku isteri, tetapi juga mencakup ibu rumah tangga, pekerja pencari nafkah dan fungsi-fungsi lain. Dalam beberapa kasus masalah wanita bukan hanya pencari nafkah tambahan, melainkan pencari nafkah utama, mengingat banyak rumah tangga di negara kita di kepalai wanita. 51 51 Y.W. Sunindhia dan Ninik Widiyanti, Masalah PHK dan Pemogokan, Jakarta: Bina Aksara, 1988, hlm. 155. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 Namun sangat disayangkan sampai saat ini tenaga-tenaga kerja perempuan Indonesia mendapat perlakuan yang tidak semestinya, 52 seperti diperkosa, disisksa, bahkan tidak sedikit yang meninggal dunia. Di Arab Saudi, berdasarkan data yang dikumpulkan Salidaritas Perempuan menunjukkan jumlah tenaga kerja wanita pem-bantu rumah tangga yang mengalami kekerasan dua tahun terakhir meningkat 100. Jika pada Tahun 1998 terdapat 227 kasus, maka pada Tahun 1999 terdapat 484 kasus. Data tersebut sejalan dengan data KBRI di Arab Saudi yang mencatat pemerkosaan terhadap tenaga kerja wanita pembatu rumah tangga pada 52 Dari sekian banyak perempuan Indonesia yang disiksa itu diantaranya Tina, berusia 26 tahun yang merantau ke Arab Saudi dan Hong Kong. Ketika di Arab Saudi Tina bekerja sebagai pembantu rumah tangga yang memiliki lima orang anak. Pekerjaan Tina dimulai pada pukul 6 : 00 setiap pagi, bahkan tidak pernah diberi libur sehari pun. Ketika majikan Tina menikahi isteri keduanya, setahun kemudian memerintahkan Tina untuk bekerja di kedua rumah tangga isterinya. Tina tidak hanya keletihan dari pekerjaannya yang berat, ia juga dipukuli dan ditendangi oleh isteri pertama majikannya, yang melarang bekerja untuk madunya, bahkan Tina sempat pingsan karena dipukuli. Lalu ia kembali ke Indonesia, sesampainya di Jakarta oleh perekrutnya Tina dimintai bayaran sebesar Rp. 150.000,- seratus lima puluh ribu rupiah, dan ketika Tina pulang kekampungnya di Jawa Timur, Tina diperkosa di dalam mobil. Setahun kemudian Tina berangkat lagi ke Hong Kong, yang dijanjikan akan digaji sebesar HK 2.800 per bulan, berikut satu hari libur dalam seminggu bahkan kontrak tersebut sempat terbaca Tina ketika dalam pesawat. Namun yang diterimanya hanya HK 1.000 per bulan dan tidak diberi libur sama sekali, selain itu Tina sering mendapat pelecehan seksual dari majikannya, dan mengancam akan dikirim pulang bila memberi tahu isterinya. Selanjutnya lihat Yayori Matsui, Perempuan Asia Dari Penderitaan Menjadi Kekuatan, Jakarta: Obor Indonesia, 2002, hlm. 44-46. Kemudian kisah buruh migran Indonesia lain adalah Imas bt. Sugandi, 27 tahun, ibu tiga anak asal Cianjur Jawa Barat. Imas diperkosa oleh laki-laki Nepal, dan oleh majikannya ketika mengetahui Imas hamil, Imas dipulangkan ke Indonesia, ditengah perjalanan Imas melahirkan bayinya di Pesawat Garuda GIA 983 jurusan Jeddah-Jakarta pada tanggal 31 Oktober 2000. Karena paniknya Imas meninggalkan bayinya di toilet pesawat. Kemudian Imas ditahan, dan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Tanggerang Imas dijatuhi hukuman 10 bulan penjara. Imas mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Jawa Barat, dan diperingan hukumannya menjadi tujuh bulan penjara. Tanggal 2 Juni 2001 seharusnya Imas bebas, namun ia masih harus meringkuk dipenjara meski putusan Pengadilan Tinggi Jawa Barat telah membebaskannya pada tanggal 2 Juni 2001. Akan tetapi Imas dilarang meninggalkan penjara karena Pengadilan Negeri Tanggerang belum menerima salinan putusan tersebut. Sudah jatuh tertimpa tangga, demikian nasib sesungguhnya puluhan hingga ratusan ribu buruh migran perempuan Indonesia yang bekerja di luar negeri. Lembaga Studi Dan Advokasi Masyarakat ELSAM, Penderitaan Abadi Buruh Migran Perempuan, file:C:\My Documents\ Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 Tahun 1995 terdapat 95 kasus, pada Tahun1996 terdapat 363 kasus, dan pada Tahun 1997 terdapat 506 kasus. 53 Kemudian di Singapura sebanyak 38 kasus buruh migran wanita tewas ter-jatuh dari gedung apartemen, seorang diantaranya bunuh diri karena frustasi. Peristiwa yang menimpa para buruh migran Indonesia ini terjadi sepanjang Tahun 1999 sampai pertengahan Mei 2001, kebanyakan kecelakaan itu terjadi ketika mereka sedang membersihkan bagian luar jendela saat menjemur pakaian dan bunuh diri. Kasus kematian bermasalah yang menimpa buruh migran di Singapura 90 adalah pembantu rumah tangga yang baru bekerja. 54 Lalu sejauhmana sebenarnya perlindungan hukum bagi tenaga kerja perem-puan di Indonesia? Pada saat sekarang ini, peranan pemerintah sangat diharapkan dalam peng-aturan ketenagakerjaan, khususnya terhadap perlindungan tenag kerja. Umum dinyatakan bahwa dalam hukum ketenagakerjaan dewasa ini lebih menonjol sifat publik dari pada privat, karena: 1. Dalam hukum ketenagakerjaan lebih dominan campur tangan pemerintah, baik sebagai decisition making peraturan ketenagakerjaan maupun faisal\Asasi Newsletter edisi Oktober 2001-ELSAM Website. htm, diakses pada tanggal 2 Maret 2004, hlm. 1. 53 “Ratusan TKW Diperkosa Menaker Bersikap Kepala Batu”, dalam Indonesia Media Online, file:C:\My Documents\faisal\Indonesia Media Online-Manca Negara 09-2000, htm, diakses pada tanggal 2 Maret 2004, hlm. 1. 54 ELSAM, Op.Cit., hlm. 2. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 masalah-masalah ketenagakerjaan, seperti penerapan upah, pemutusan hubungan kerja dan lain-lain. 2. Peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan banyak mengandung sanksi atau pun aturan-aturan hukuman. 55 Hal ini merupakan konsekuensi logis dari negara Republi Indonesia sebagai welfare state negara kesejahteraan, yang berkewajiban ikut serta dalam berbagai aspek kehidupan guna menyelenggarakan kepentingan umum, di bidang sosial, ekonomi, budaya, dan lain-lain, sehingga negara bukan lagi sebagai nachtwackerstaat negara penjaga malam. 56 Artinya dalam bidang ketenagakerjaan yang banyak menyangkut kepentingan umum, seperti pengupahan, jaminan sosial, keselamatan dan kesehatan kerja, dan pembinaan hubungan industrial, peranan administrasi negara sangat penting. Bahkan dalam praktek sejalan dengan konsep welfare state, diperlukan kebe-basan administrasi negara yang dikenal dengan istilah diskresi, 57 dalam rangka menyelenggarakan kesejahteraan masyarakat. Oleh 55 Lihat Sedjun H. Manulang, Pokok-pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 1995, hlm. 2. 56 Utrech, Moh. Saleh Djinjang, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Cet. IX, Jakarta: Sinar Harapan, 1990, hlm. 7. 57 Pada prinsipnya diskresi diperlukan sebagai pelengkap dari asas legalitas, yaitu asas yang menyatakan bahwa setiap tindakan atau perbuatan administrasi negara harus berdasarkan ketentuan undang-undang. Akan tetapi karena tidak mungkin bagi undang-undang untuk mengatur segala macam kasus posisi kehidupan sehari-hari, maka diperlukan adanya kebebasan atau diskresi dari administrasi negara. Akan tetapi dalam hal ini diskresi bukan berakibat melanggar undang-undang akan tetapi adalah bahwa dalam penyelenggaraan pemerintah, di mana belum terdapat aturan sebagai pedoman, dan sesuai pula dengan prinsip bahwa administrasi negara yang ideal adalah yang dapat bertindak spontan, kreatif, konstruktif sepanjang tidak beritikad ilegal, setidak-tidaknya dasar kemerdekaan administrasi hanya mencari aturan yang sejiwa dengan hakikat undang-undang. Lihat Muhammad Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 karenanya pengawasan peme-rintah sangat diperlukan agar sesuai dengan rencana dan terhindar dari penyimpagan-penyimpangan yang merugikan kepentingan umum itu sendiri. Khusus di bidang ketenagakerjaan kepentingan umum menyangkut pula adanya perlindungan terhadap tenagakerja, yang dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar pekerja dalam mewu-judkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya dalam rangka hubungan industrial yang berkeadilan. L. Husni menyatakan bahwa perlindungan pekerja dapat dilakukan, baik dengan jalan memberikan tuntunan, maupun dengan jalan meningkatkan pengakuan hak-hak asasi manusia, perlindungan fisik dan teknis serta sosil dan ekonomi melalui norma yang berlaku dalam lingkungan kerja itu. Dengan demikian maka perlin-dungan pekerja ini beliau sependapat dengan Kartasapoetra dan Indraningsih, yaitu mencakup: 1. Norma keselamatan kerja, yang meliputi keselamatan kerja yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat-alat kerja bahan dan proses pengerjaannya, keadaan tempat kerja dan lingkungan serta cara-cara melakukan pekerjaan. 2. Norma kesehatan kerja dan higiene kesehatan perusahaan yang meliputi pemeli-haraan dan mempertinggi derajat kesehatan pekerja, dilakukan Abduh, Profil Hukum Administrasi Negara Dikaitkan dengan Undang-undang Peradilan Tata Usaha NegaraPratun, Medan: Fakultas Hukum USU, 1988, hlm. 22-26. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 dengan mengatur pemberian obat-obatan, perawatan tenaga kerja yang sakit. 3. Norma kerja yang meliputi perlindungan terhadap tenaga kerja yang bertalian dengan waktu bekerja, sistem pengupahan, istirahat, cuti, kerja wanita, anak, kesusilaan, ibadah menurut agama dan keyakinan masing- masing, kewajiban sosial kemasyarakatan dan sebagainya guna memelihara kegairahan dan moril kerja yang menjamin daya guna kerja yang tinggi serta menjaga perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral. 4. Kepada tenagakerja yang mendapat kecelakaan danatau yang menderita penyakit kuman akibat pekerjaan, berhak atas ganti rugi perawatan dan rehabilitasi akibat kecelakaan danatau penyakit akibat pekerjaan, ahliwarisnya berhak mendapatkan ganti rugi. Berkaitan dengan hal tersebut Iman Soepomo membagi perlindungan pekerja ini menjadi 3 tiga macam yaitu: 1. Perlindungan ekonomis, yaitu suatu jenis perlindungan yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk memberikan kepada pekerja suatu penghasilan yang cukup memenuhi keperluan sehari-sehari baginya beserta keluarganya, termasuk dalam hal pekerja tersebut tidak mampu bekerja karena sesuatu di luar kehendaknya. Perlindungan ini disebut dengan jaminan sosial. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 2. Perlindungan sosial, yaitu suatu perlindungan yang berkaitan dengan usaha kemasyarakatan, yang tujuannya memungkinkan pekerja itu mengenyam dan memperkembangkan kehidupannya sebagai manusia pada umumnya, dan sebagai anggota masyarakat dan anggota keluarga, atau yang biasa disebut kesehatan kerja. 3. Perlindungan teknis, yaitu suatu jenis perlindungan yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk menjaga pekerja dari bahaya kecelakaan yang dapat ditimbulkan oleh pesawat-pesawat atau alat kerja lainnya atau oleh bahan yang diolah atau dikerjakan perusahaan. Perlindungan jenis ini disebut dengan keselamatan kerja. 58 Pada dasarnya semua peraturan yang mengatur hak-hak tenaga kerja berlaku untuk semua tenaga kerja, baik laki-laki maupun perempuan, perlindungan tersebut antara lain: 1. Perlindungan untuk memperoleh upah yang sama antara laki-laki dan perem-puan, serta mendapat upah yang layak, dalam pekerjaan yang sama nilainya. 2. Perlindungan atas keselamatan, kesehatan kerja, moral dan kesusilaan. 3. Perlindungan dari tindakan diskriminatif dari pekerjaan dan jabatan. 4. Perlindungan atas hak-hak dasar pekerja untuk berorganisasi dan berunding dengan pengusaha. 58 L. Husni, ”Perlindungan Buruh Arbeids herming”, dalam Zainal Asikin, et.al., Dasar- dasar Hukum Perburuhan, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1997, hlm. 75-77. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 5. Perlindungan atas jaminan sosial. 6. Hak untuk melakukan mogok. 7. Hak untuk memperoleh, meningkatkan, dan mengembangkan keterampilan dan keahlian melalui pelatihan. 8. Perlindungan untuk mendapatkan pekerjaan baik di dalam maupun di luar negeri. 59 Peraturan menyangkut perlindungan tenagakerja perempuan bukan dimaksud-kan mengadakan diskriminasi tapi semata-mata karena perlindungan terhadap tenaga kerja perempuan sehubungan dengan kodratnya, yaitu perlindungan terhadap hak-hak reproduksi tenaga kerja perempuan, yang secara biologis berbeda dengan laki-laki, seperti haid, melahirkan, menyusui dan lain-lain. Oleh karena itu hukum membuat peraturan khusus mengenai hal-hal tersebut yang tentunya hanya berlaku bagi perempuan.

B. Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia

Berdasrkan Pasal 76 UUKK pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja buruh perempuan yang berumur kurang dari 18 delapan belas tahun antar jam 23.00 sampai dengan jam 07.00. Tanggung jawab atas pelanggaran ini dibebankan kepada pengusaha. Ini artinya pengusaha dapat 59 Agusmidah, “Fungsi Pengawasan Pemerintah Terhadap Perlindungan Buruh Perempuan Pada Perusahaan Industri di Kabupaten Deli Serdang”, Tesis, Medan: Program Pascasarjana Univer- sitas Sumatera Utara, 2001, hlm. 99. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 mempekerjakan pekerjaburuh perempuan sebelum berusia 18 delapan belasan tahun. Namun berdasarkan Pasal 2 Undang-undang Nomor 20 Tahun 1999 tentang pengesahan Konvensi ILO No.138 tentang Usia Minimum Untuk Diperbolehkan Bekerja, tidak boleh kurang dari usia tamat wajib belajar, yaitu tidak boleh kurang dari 15 Tahun dalam keadaan apapun. Ter-kecuali bagi anggota yang perekonomian dan fasilitas pendidikannya tidak cukup ber-kembang, setelah berkonsultasi dengan organisasi pengusaha dan pekerja bila ada, sebagai permulaan dapat menetapkan usia minimum 14 empat belas tahun. Walaupun dalam Pasal 68 UUKK secara tegas menyatakan pengusaha dilarang mem-perkerjakan anak. 60 Apabila kita melihat kebelakang, di mana antara UUKK dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1948 tentang Kerja, nampaknya menyangkut usia yang diperbolehkan untuk bekerja hampir sama. Namun Undang-undang Nomor 12 Tahun 1948 memberikan batasan umur untuk bekerja, pekerja dewasa adalah laki-laki atau perempuan yang berumur 18 tahun ke atas, sedangkan pekerja anak-anak berumur 14 tahun ke bawah, 60 Lihat Keputusan Menteri Tenagakerja dan Transmigrasi Nomor: KEP-235MEN2003 tentang Jenis-jenis Pekerjaan yang Membahayakan Kesehatan, Keselamatan atau Moral Anak, menye- butkan anak adalah setiap orang yang berumur kurang dari 18 delapan belas tahun. Anak di bawah usia ini dilarang bekerja danatau dipekerjakan pada pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan atau moral anak, seperti pekerjaan yang berhubungan dengan mesin; bor, gerenda, potong, bubut, skrap, rajut, jahit, tenun, pak, pengisi botol, dan lain-lain. Kemudian pekerjaan yang mengandung bahaya fisik, seperti di bawah tanah, diketinggian lebih dari 2 meter, di lingkungan bertegangan listrik di atas 50 Volt dan lain-lain. Selanjutnya pekerjaan yang mengandung bahaya kimia, biologis, serta yang mengandung sifat dan keadaan berbahaya tertentu, seperti kontruksi bangunan, jembatan, irigasi, jalan, dan lain-lain. Dan seterusnya pekerjaan yang membahayakan moral, seperti usaha bar, diskotik, karaoke, bola sodok, bioskop, panti pijat atau lokasi prostitusi, model untuk minuman keras, obat perangsang seksualitas danatau rokok. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 sedangkan yang disebut pekerja muda adalah laki-laki dan perem-puan yang batas usianya 14 hingga 18 tahun. 61 Pengusaha dilarang juga memeperkerjakan pekerjaburuh perempuan hamil yang menurut keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kan-dungannya maupun dirinya apabila bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan 07.00. Apabila pengusaha yang mempekerjakan pekerjaburuh perempuan tentunya usianya sudah 18 tahun antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00, 62 maka pengusaha harus memberikan makanan dan minuman yang bergizi, dan pengusaha menjaga kesusilaan serta keamanan selama di tempat kerja. Bila pengusaha tetap melanggar atau tidak memenuhi ketentuan- ketentuan yang disebutkan di atas, maka berdasarkan Pasal 187 UUKK pengusaha akan dikena-kan sanksi pidana kurungan paling singkat 1 satu bulan dan paling lama 12 dua belas bulan danatau denda paling sedikit Rp.10.000.000,- Sepuluh juta rupiah dan paling banyak Rp. 100.000.000,- Seratus juta rupiah. 61 Lebih lanjut lihat T. Keizerina Devi, Poenale Sanctie: Studi Tentang Globalisasi Ekonomi dan Perubahan Hukum di Sumatera Timur 1870-1950, Medan: Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, 2004, hlm. 357. 62 Lihat Keputusan Menteri Tenagakerja dan Transmigrasi Nomor: KEP-224MEN2003 tentang Kewajiban Pengusaha yang Mempekerjakan PekerjaBuruh Perempuan Antara Pukul 23.00 sampai dengan 07.00. Menegaskan agar setiap pengusaha harus menyediakan petugas keamanan di tempat kerja, menyediakan kamar mandiWC yang layak dengan penerangan yang memadai serta terpisah antara pekerjaburuh perempuan dan laki-laki. Kemudian pengusaha wajib menyediakan antar jemput yang dimulai dari tempat penjemputan ke tempat kerja dan sebaliknya, sekaligus menetapkan tempat penjemputan dan pengantaran pada lokasi yang mudah dijangkau dan aman bagi pekerjaburuh perempuan. Kemudian kendaraan antar jemput yang disediakan pengusaha harus dalam kondisi yang layak dan harus terdaftar di perusahaan. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 Selain perlindungan yang diberikan terhadap tenaga kerja perempuan tersebut, ada beberapa lagi perlindungan yang menjadi hak pekerjaburuh dan wajib dilaksana-kan pengusaha, perlindungan tersebut adalah:

1. Perlindungan upah bagi pekerja perempuan Indonesia

Hak untuk menerima upah 63 timbul pada saat adanya hubungan kerja dan berakhir pada saat hubungan kerja putus. Upah adalah hal yang penting dalam hubungan kerja, karena bagi pekerja upah merupakan salah satu resiko perburuhan yang harus ditanggung dalam tugasnya mengelola kelanjutan dan perkembangan per-usahaan. 64 Adapun perlindungan upah 65 bagi pekerja terdiri dari: 63 Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah selanjutnya dalam tulisan ini disingkat dengan PP No. 8 Tahun 1981, menyebutkan upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada buruh untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut persetujuan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha dengan buruh, termasuk tunjangan, baik untuk buruh itu sendiri maupun keluarganya. Sedangkan menurut Pasal 1 huruf a Konvensi Nomor 100 tentang pengupahan yang sama bagi buruh laki-laki dan wanita untuk pekerjaan yang sama nilainya, sebagaimana telah diratifikasi berdasarkan Undang-undang Nomor 80 Tahun 1957, menyebutkan istilah pengupahan meliputi upah atau gaji biasa, pokok atau minimum dan pendapatan-pendapatan tambahan apapun juga, yang harus dibayar secara langsung atau tidak, maupun secara tunai atau dengan barang oleh majikan kepada buruh berhubung dengan pekerjaan buruh. 64 Suliati Rachmat, “Upaya Peningkatan Perlindungan Hukum Wanita Pekerja di Perusahaan Industri Swasta, Studi Kasus Tentang Wanita Pekerja Harian di Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta”, Disertasi, Jakarta: Universitas Indonesia, 1996, hlm. 147. 65 Pengelompokan komponen upah dan pendapatan non upah diatur pada Surat Edaran Menteri Tenagakerja Nomor: SE-07MEN1990, tanggal 2 Agustus 1990, yang menyebutkan; 1. Termasuk komponen upah adalah; a. Upah pokok, yaitu imbalan dasar yang dibayarkan kepada buruh menurut tingkat atau jenis pekerjaan yang besarnya ditetapkan berdasarkan perjanjian. b. Tunjangan tetap, yaitu pembayaran-pembayaran yang teratur berkaitan dengan pekerjaan yang diberikan secara tetap untuk buruh dan keluarganya yang dibayarkan bersamaan dengan upah pokok. Seperti tunjangan anak, tunjangan-tunjangan kesehatan, tunjangan perumahan, tunjangan kematian, tunjangan makan, dan tunjangan transport dapat dimasukkan dalam perjanjian pokok asal masalah tidak dikaitkan dengan kehadiran buruh dan ketentuan lain. Tunjangan yang diberikan tersebut tanpa mengindahkan kehadiran buruh dan diberikan bersamaan dengan dibayarnya upah pokok. c. Tunjangan tidak tetap, yaitu pem- bayaran yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan pekerjaan, yang diberikan secara Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008

a. Larangan diskriminasi terhadap upah.

Setiap perusahaan yang akan menetapkan besarnya upah, pengusaha tidak boleh mengadakan diskriminasi antara pekerja pria dengan wanita untuk pekerjaan yang sama nilainya. Pengaturan yang demikian ini sejalan dengan Konvensi ILO Nomor 100 Tahun 1951 mengenai Kesamaan di Bidang Pengupahan. Konvensi ini telah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia dengan Undang- undang Nomor 80 Tahun 1957, dengan demikian ketentuan ini berlaku sebagai hukum nasional Indonesia. Mengenai larangan diskriminasi ini, Pasal 6 UUKK menjamin setiap pekerja berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari pengusaha. 66

b. Komponen dan bentuk upah.

Di dalam praktek dikenal bermacam-macam bentuk, komponen, waktu dan cara pembayaran upah. Untuk komponen upah terdiri dari upah pokok, tunjangan tetap dan tunjangan tidak tetap. Upah pokok, merupakan imbalan dasar yang dibayar-kan kepada pekerja menurut tidak tetap untuk pekerja dan keluarganya serta dibayarkan menurut satuan waktu yang tidak sama dengan waktu pembayaran upah pokok, seperti tunjangan transport yang didasarkan pada kehadiran. 2. Termasuk komponen non upah adalah; a. Fasilitas, yaitu kenikmatan dalam bentuk nyatanatura yang diberikan perusahaan oleh karena hal-hal yang bersifat khusus atau untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja, seperti fasilitas kendaraan antar jemput pekerja dan lainnya, pemberian makan secara cuma- cuma, sarana ibadah, tempat penitipan bayi, koperasi kantin, dan lain-lain. b. Bonus, yaitu pembayaran yang diterima pekerja bukan merupakan bagian dari upah dari hasil keuntungan perusahaan atau karena pekerja menghasilkan hasil kerja lebih besar dari target produksi yang normal atau karena peningkatan produktivitas, besarnya pembagian bonus diatur berdasarkan kesepakatan. c. Tunjangan hari raya THR, gratifikasi dan pembagian keuntungan lainnya. 66 Penjelasan Pasal 6 UUKK menyatakan pengusaha harus memberikan hak dan kewajiban pekerjaburuh tanpa membedakan jenis kelamin, suku, ras, agama, warna kulit, dan aliran politik. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 tingkat atau jenis pekerjaan yang besarnya ditetapkan berdasarkan kesepakatan. Tunjangan tetap adalah suatu imbalan yang diterima oleh pekerja secara tetap jumlahnya dan teratur pembayarannya tidak dikaitkan dengan kehadiran maupun prestasi. Diberikan secara tetap untuk pekerja danatau keluarganya yang dapat berupa tunjangan isteri, tunjangan anak, tunjangan perumahan, dan tunjangan transport. Suatu tunjangan, baru dapat dikatakan sebagai tunjangan tetap dan dapat dimasukkan dalam komponen upah apabila pemberian tunjangan tersebut tidak dikaitkan dengan kehadiran, dan diterima secara tetap oleh pekerja menurut satuan waktu, harian atau bulanan. Adapun tunjangan tidak tetap adalah imbalan yang diterima oleh pekerja ber-dasarkan kehadiran yang dapat berupa uang atau fasilitas. Tunjangan tidak tetap merupakan pembayaran yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan pekerja, yang diberikan secara tidak tetap baik untuk pekerja danatau keluarganya serta dibayarkan menurut satuan waktu yang tidak sama dengan waktu pembayaran upah pokok, seperti tunjangan transport yang didasarkan pada kehadiran. Tunjangan makan dapat masuk ke dalam tunjangan tidak tetap apabila tunjangan tersebut diberikan atas dasar kehadiran. 67 67 Lebih lanjut lihat SE Menaker No. SE-07MEN1990, tanggal 2 Agustus 1990. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 Bila dilihat dari bentuknya, maka upah dapat berupa uang atau berbentuk imbalan lainnya. Pada dasarnya upah diberikan dalam bentuk uang yang berlaku sebagai alat pembayaran yang sah di Indonesia. Jika upah ditetapkan dalam mata uang asing, maka pembayaran harus dilakukan berdasarkan kurs resmi dari Bank Indonesia pada saat pembayaran upah. Upah yang diberikan dalam bentuk lain dapat berbentuk apa saja terkecuali dalam bentuk minuman keras, obat-obatan atau bahan obat- obatan, dengan ketentuan nilainya tidak boleh melebihi 25 dari nilai upah yang seharusnya diterima. 68

c. Sistem pemberian upah.

Di dalam pemberian upah dikenal ada beberapa macam, dapat berupa upah jangka waktu, upah potongan, upah permufakatan, skala upah berubah, upah indeks, atau sistem pembagian keuntungan. Berdasarkan upah jangka waktu, pemberian upah dilakukan menurut jangka waktu tertentu. Waktu pelaksanaan pembayaran upah dalam prakteknya diberi-kan: 1 Kurang dari satu minggu atau setiap hari. 2 Satu minggu sekali. 3 Paling lambat satu bulan sekali. Berdasarkan cara pelaksanaan pembayaran upah menurut satuan waktu, melahir-kan istilah: 68 Lihat Pasal 12 PP No. 8 Tahun 1981. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 1 Upah harian, untuk upah yang diperhitungkan tiap-tiap hari kerja. 2 Upah mingguan, yaitu upah yang dibayarkan setiap seminggu sekali. 3 Upah bulanan, yaitu upah yang diperhitungkan tiap-tiap bulanan. Peraturan ketenagakerjaan mengatur bahwa jangka waktu pembayaran upah secepat-cepatnya dapat dilakukan seminggu sekali atau selambat- lambatnya sebulan sekali, kecuali bila perjanjian kerja untuk waktu kurang dari satu minggu. Bila mana upah tidak ditetapkan menurut jangka waktu tertentu, pembayaran upah disesuaikan dengan keperluan, dengan pengertian bahwa upah dibayar sesuai dengan hasil pekerjaannya danatau sesuai dengan jumlah hari atau waktu bekerja. 69

d. Pembayaran upah tepat waktu.

Hak pekerja untuk menerima upah timbul sejak saat dimulainya hubungan kerja dan berakhir karena hubungan kerja putus. Pada saat dimulainya suatu hubungan kerja lazimnya disepakati pula waktu pembayaran upah. Dengan disepakatinya waktu pembayaran upah, akan dapat dengan mudah diketahui apabila pengusaha telah terlambat membayar upah. Karena upah merupakan kewajiban utama pengusaha dan nafkah bagi pekerja, setiap keterlambatan upah dapat dikenakan sanksi sebagai berikut: 69 Lihat Pasal 17 dan 18 PP No. 8 Tahun 1981. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 1 Keterlambatan hari ke 4 sampai dengan hari ke 8 ditambah 5 tiap hari. 2 Keterlambatan sesudah hari ke 8 ditambah 1 tiap hari dan dengan ketentuan tambahan itu untuk satu bulan tidak boleh melebihi 50 dari upah yang dibayar. 3 Apabila sesudah satu bulan upah belum terbayar, di samping membayar tambahan juga membayar bunga yang ditetapkan oleh bank untuk kredit perusahaan yang bersangkutan. 70

e. Upah minimum.

Bila dilihat dari Pasal 88 UUKK, setiap pekerjaburuh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak 71 bagi kemanusiaan. Upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap. Penetapan upah minimum berdasarkan satuan bulanan. Dengan demikian, bagi pekerja yang berupah bulanan, tidak timbul lagi masalah untuk pembayaran upah pada hari istirahat dan pada hari libur resmi. 72 Upah minimum ditujukan terhadap pekerja yang baru diterima dengan pendidikan dan jabatan terendah, yang belum mempunyai pengalaman 70 Lihat Pasal 19 PP No. 8 Tahun 1981. 71 Berdasarkan penjelasan Pasal 88 ayat 1 UUKK, menyatakan yang dimaksud dengan penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak adalah jumlah penerimaan atau pendapatan pekerjaburuh dari hasil pekerjaannya sehingga mampu memenuhi kebutuhan hidup pekerjaburuh dan keluarganya secara wajar yang meliputi makanan dan minuman, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan, rekreasi, dan jaminan hari tua. 72 Lihat Pasal 1 butir 1 Permenaker No. Per-01MEN1999. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 kerja, merupakan pekerja pemula, dan baru pertama sekali memasuki pasar kerja, termasuk yang bekerja dengan masa percobaan, dan hanya boleh diberikan kepada pekerja yang bekerja kurang dari satu tahun. Untuk pekerja yang di atas satu tahun upahnya dirundingkan bersama antara pengusaha dan pekerjaserikat pekerja. 73 Selama ini dalam penetapan besarnya upah pemerintah menjalankan kebijakan dengan menetapkan upah minimum. Berdasarkan Pasal 89 ayat 1 UUKK, upah minimum terdiri atas: 1 Upah minimum berdasarkan wilayah propinsi atau kabupatenkota, 2 Upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah propinsi atau kabupaten kota. Upah minimum sektoral dapat ditetapkan untuk kelompok lapangan usaha beserta pembagiannya menurut klasifikasi lapangan usaha Indonesia untuk kabupaten kota, propinsi, beberapa propinsi atau nasional dan tidak boleh lebih rendah dari upah minimum regional daerah yang bersangkutan. Dan perlu dicatat bahwa setiap penetapan upah minimum harus diarahkan kepada pencapaian kebutuhan hidup yang layak. Upah pokok minimum sebagimana diatur dalam Peraturan Menteri Tenagakerja No. 05 MEN1989 yang telah diubah dengan Peraturan Menteri Tenagakerja No. 03MEN1996 jo Peraturan Menteri Tenagakerja No.03 MEN1997 jo Peraturan Menteri Tenagakerja No. 01MEN1999 jo 73 Ibid., Pasal 14. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 Keputusan Menteri Tenagakerja Dan Transmigrasi Nomor: KEP- 226MEN2000 tentang Perubahan Pasal 1, Pasal 3, Pasal 8, Pasal 11, Pasal 20, dan Pasal 21 Peraturan Menteri Tenagakerja Nomor: PER- 01MEN1999 tentang Upah Minimum, pada Pasal 1 menyebutkan beberapa jenis upah pokok minimu, yaitu: 1 Upah minimum propinsi adalah upah minimum yang belaku untuk seluruh kabupatenkota disuatu propinsi. 2 Upah minimum kabupatenkota adalah upah minimum yang berlaku di daerah kabupatenkota. 3 Upah minimum sektoral propinsi UMS propinsi adalah upah minimum yang berlaku secara sektoral di seluruh kabupatenkota di satu propinsi. 4 Upah minimum sektoral kabupatenkota UMS kabupatenkota adalah upah minimum yang berlaku secara sektoral di daerah kabupaten kota. Berdasarkan Keputusan Menteri Tenagakerja dan Transmigrasi Nomor : KEP-226MEN2000 ini yang berwenang menetapkan upah minimum propinsi atau upah minimum kabupatenkota adalah Gubernur berdasarkan usulan dari komisi penelitian pengupahan dan jaminan sosial dewan ketenagakerjaan daerah. Dan Gubernur juga yang berwenang menetapkan upah minimum sektoral propinsi atau upah minimum sektoral kabupatenkota atas kesepakatan organisasi perusahaan dengan serikat pekerjaserikat buruh. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 Upah minimum yang telah ditetapkan Gubernur 74 wajib ditaati oleh pengusaha, bahkan berdasarkan Pasal 90 UUKK pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum yang telah ditetapkan dan bila hal ini dilanggar maka bedasarkan Pasal 185 ayat 1 UUKK akan dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 1 satu tahun dan paling lama 4 empat tahun dandenda paling sedikit Rp. 100.000.000,- seratus juta rupiah dan paling banyak Rp. 400.000.000,- empat ratus juta rupiah. Kecuali pengusaha yang tidak mampu membayar upah minimum, dapat dikecualikan dari kewajiban tersebut. Akan tetapi berdasarkan keputusan Menteri Tenagakerja dan Transmigrasi Nomor: KEP- 231MEN2003 harus terlebih dahulu mengajukan permohonan kepada Gubernur melalui kepala kantor Wilayah Deprtemen TenagakerjaInstansi Peme-rintah yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan di Propinsi. Akan tetapi, permohonan penangguhan pelaksanaan upah minimum tersebut harus terlebih dahulu didasrkan atas kesepakatan tertulis antara pengusaha dengan pekerjaburuh atau serikat pekerjaserikat buruh yang 74 Berdasarkan Keputusan Gubernur Sumatera Utara No. 561034.K Tahun 2004, menetapkan upah minimum propinsi UMP Sumatera Utara tahun 2004 sebesar Rp. 537.000,-bulan. Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta No. 36542003, menetapkan UMP tahun 2004 di Propinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta sebesar Rp. 671.550,45,-bulan. Keputusan Gubernur Banten No. 561Kep. 271-Hak2003, menetapkan UMP Kabupaten Tanggerang tahun 2004 sebesar Rp. 660.000,-bulan. Selanjutnya lihat Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, Jakarta: Eka Jaya, 2004, hlm. 249-386. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 tercatat. 75 Selanjutya Gubernur dapat meminta akuntan publik untuk memeriksa keadaan keuangan guna pembuktian ketidak mampuan perusahaan. Sebelum Gubernur menetapkan penolakan atau persetujuan penangguhan pelaksanaan upah minimum, harus terlebih dahulu Gubernur menerima saran dan pertimbangan dari Dewan Peng-upahan Propinsi. Bila Gubernur menyetujui permohonan tersebut, maka persetujuan penangguhan hanya berlaku paling lama 12 dua belas bulan, dengan memberikan: 1 Membayar upah minimum sesuai upah minimum yang lama atau; 2 Membayar upah minimum lebih tinggi dari upah minimum lama tetapi lebih rendah dari upah minimum baru, atau; 3 Menaikkan upah minimum secara bertahap. Setelah berakhirnya izin penangguhan, maka pengusaha wajib melaksanakan ketentuan upah minimum yang baru.

f. Upah karena alasan penting.

75 Selain itu berdasarkan Pasal 4 ayat 1 Keputusan Tenagakerja dan Transmigrasi No: KEP- 231MEN2003, menetapkan permohonan harus disertai dengan; a. Naskah asli kesepakatan tertulis antara pengusaha dengan serikat pekerjaserikat buruh atau pekerjaburuh perusahaan yang bersangkutan. b. Laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari neraca, perhitungan rugilaba beserta penjelasan-penjelasan untuk 2 dua tahun terakhir. c. Salinan akte pendirian perusahaan. d. Data upah menurut jabatan pekerjaburuh. e. Jumlah pekerjaburuh seluruhnya dan jumlah pekerjaburuh yang dimohonkan penangguhan pelaksanaan upah minimum. f. Perkembangan produksi dan pemasaran selama 2 dua tahun terakhir, serta rencana produksi dan pemasaran untuk 2 dua tahun yang akan datang. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 Pasal 93 ayat 4 UUKK memberikan perlindungan kepada kehidupan sosial dan kerohanian pekerja, dengan mewajibakan kepada pengusaha untuk memberi istirahat kepada pekerja dengan tetap memberikan upah. Upah yang dibayarkan kepada pekerjaburuh adalah sebagai berikut: 1 Pekerjaburuh menikah, dibayar untuk selama 3 tiga hari. 2 Menikahkan anaknya, dibayar untuk selama 2 dua hari. 3 Mengkhitankan anaknya, dibayar untuk selama 2 dua hari. 4 Membaptiskan anaknya, dibayar untuk selama 2 dua hari. 5 Istrei melahirkan atau keguguran kandungan, dibayar untuk selama 2 dua hari. 6 Suamiisteri, orang tuamertua atau anak atau menantu meninggal dunia, dibayar untuk selama 2 dua hari. 7 Anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia, dibayar untuk selama 1 satu hari.

g. Upah lembur.

Selain upah yang disebutkan di atas, adalagi jenis upah yang harus dipenuhi pengusaha, yaitu upah lembur. Upah kerja lembur diatur dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: KEP-72MEN84, tanggal 31 Maret 1984. Kom-ponen-komponen upah sebagai dasar penghitungan upah lembur adalah: 1 Upah pokok. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 2 Tunjangan jabatan. 3 Tunjangan kematian. 4 Nilai pemberian catu untuk karyawan sendiri. Jumlah nilai komponen yang dipergunakan sebagai dasar perhitungan upah lem-bur tidak boleh kurang dari 75 tujuh puluh lima persen dari jumlah kese-luruhan upah yang dibayarkan di dalam satuan waktu yang sama. 76 Cara per-hitungan upah lembur adalah: 1 Upah lembur pada hari biasa: a Jam kerja lembur pertama dibayar 1½ satu setengah kali upah sejam. b Jam kerja lembur berikutnya kedua dan selanjutnya dibayar 2 dua kali upah sejam. 2 Upah lembur pada hari istirahat minggu dan atau hari raya resmi: a Jam kerja lembur dalam batas 7 tujuh jam atau 5 lima jam bila hari libur tersebut jatuh pada hari kerja terpendek pada salah satu hari dalam 6 enam hari kerja seminggu dibyar sedikit-dikitnya 2 dua kali upah sejam. b Jam kerja lembur pertama selebih dari 7 tujuh jam atau 5 lima jam bila hari libur tersebut jatuh pada hari kerja terpendek pada salah satu hari dalam 6 enam hari kerja seminggu dibayar sebesar 3 tiga kali upah sejam. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 c Jam kerja lembur kedua selebih dari 7 tujuh jam atau 5 lima jam bila hari libur tersebut jatuh pada hari kerja terpendek pada salah satu hari dalam 6 enam hari kerja seminggu dibayar 4 empat kali upah sejam. Perhitungan upah sejam untuk perhitungan upah lembur 77 adalah: 1 Upah sejam bagi pekerja bulanan: 1173 upah sebulan. 2 Upah sejam bagi pekerja harian: 320 upah sehari. 3 Upah sejam bagi pekerja borongan atau satuan: 17 rata-rata hasil kerja sehari. h. Upah selama sakit. UUKK menganut asas “tidak bekerja tidak dibayar”, artinya bila buruh tidak bekerja maka upah tidak dibyar. Akan tetapi berdasarkan Pasal 93 ayat 3 UUKK, apabila pekerjaburuh tidak bekerja bukan karena kesalahannya maka pengusaha wajib membayar upah apaila: 76 Lihat Kepmenakertrans No. KEP.102MENVI2004. 77 Contoh penghitungan upah lembur, Nani seorang pekerja mendapat upah harian seperti berikut: a. Upah pokok ……………… Rp. 3.000,- b. Tunjangan jabatan………… Rp. 1.500,- c. Nilai cuti ………………….. Rp. 750,- d. Tunjangan hadir ………….. Rp. 2.250,- e. Tunjangan transport ……… Rp. 4.500,- J u m l a h ………… Rp. 12.000,- Dari jumlah tersebut, maka nilai komponen upah adalah mencakup; upah pokok, tunjangan jabatan, nilai cuti, yang jumlahnya Rp. 5.250,- dari Rp. 3.000 + Rp. 750, dan ini kurang dari Rp. 9.000,- dari 75 dari total jumlah penghasilan, yakni Rp. 12.000. Karena itu nilai komponen upah harian untuk perhitungan upah lembur yang dihitung adalah 75 X Rp. 12.000 = Rp. 9.000,-. Upah satu jam Nani untuk perhitungan upah lemburnya adalah 320 X Rp. 9.000 = Rp. 1.350,- seribu tiga ratus lima puluh rupiah. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 1 Pekerjaburuh sakit 78 sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan. Upah yang dibayarkan kepada pekerjaburuh yang sakit adalah sebagai berikut: a Untuk 4 empat bulan pertama, dibayar 100 seratus perseratus dari upah. b Untuk 4 empat bulan ke dua, dibayar 75 tujuh puluh lima perseratus dari upah. c Untuk 4 empat bulan ke tiga, dibyar 50 lima puluh perseratus dari upah. d Untuk bulan selanjutnya dibayar 25 dua puluh lima perseratus dari upah, sebelum pemutusan hubungan kerja dilakukan oleh pengusaha. 2 Pekerjaburuh perempuan yang sakit pada hari pertama dan kedua masa haidnya sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan.

i. Upah selama menjalankan ibadah.

Pekerjaburuh tidak dapat melakukan pekerjaan karena menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya. 79 Bahkan menurut ketentuan Pasal 80 UUKK, peng-usaha wajib memberikan kesempatan yang secukupnya kepada 78 Berdasarkan penjelasan Pasal 93 ayat 2 huruf a, yang dimaksud pekerjaburuh sakit ialah sakit menurut keterangan dokter. Akan tetapi sakit disini bukan karena kecelakaan kerja atau akibat pekerjaan. Dalam hal pekerja sakit karena kecelakaan kerja tau karena akibat pekerjaan maka hal ini menjadi tanggung jawab penyelenggara program jamsostek. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 pekerjaburuh untuk melaksanakan ibadah yang diwajibkan oleh agamanya. Untuk itu, peng-usaha wajib membayar upah tersebut dengan penuh, dengan ketentuan bahwa waktunya tidak melebihi 3 tiga bulan dan di dalam satu hubungan kerja hanya berlaku satu kali saja. Bila ketentuan Pasal 93 ayat 2 huruf e UUKK ini dilanggar maka bedasarkan Pasal 185 ayat 1 UUKK pengusaha dapat dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 1 satu tahun dan paling lama 4 empat tahun danatau denda paling sedikit Rp.100.000.000,- seratus juta rupiah dan paling banyak Rp. 400.000.000,- empat ratus juta rupiah.

j. Upah selama menjalankan kewajiban negara.

Berdasarkan Pasal 93 ayat 2 huruf d UUKK apabila pekerjaburuh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena sedang menjalankan kewajiban terhadap negara. 80 Dan tidak melebihi waktu satu tahun, seperti wajib militer, panitia pemilu, pembayaran upahnya ditentukan sebagai berikut: 1 Apabila negara tidak melakukan pembayaran upah, maka pengusaha mem-bayar penuh. 79 Berdasarkan penjelasan Pasal 93 ayat 2 huruf e UUKK, yang dimaksud dengan menjalan- kan kewajiban ibadah menurut agamanya adalah melaksanakan kewajiban ibadah menurut agamanya yang telah diatur dengan peraturan perundang-undangan. 80 Berdasarkan penjelasan Pasal 93 ayat 2 huruf d UUKK, yang dimaksud dengan menjalankan kewajiban terhadap negara adalah melaksanakan kewajiban negara yang telah diatur dengan peraturan perundang-undangan. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 2 Apabila negara membayar upah akan tetapi kurang dari upah yang biasa diterima pekerjaburuh, dalam hal ini maka pengusaha wajib membayar kekurangannya. 3 Apabila negara membayar penuh maka pengusaha tidak membayarnya.

k. Upah karena kelalaian pengusaha.

Berdasarkan Pasal 93 ayat 2 butir f UUKK apabila pekerjaburuh bersedia melakukan pekerjaan yang telah dijanjikan tetapi pengusaha tidak mempekerja-kannya, baik karena kesalahan sendiri maupun halangan yang seharusnya dapat dihindari pengusaha, seperti bahan yang tidak tersedia, ada kerusakan mesin produksi, atau ada halangan lain yang membuat pekerja tidak dapat melakukan pekerjaannya, maka pekerja tetap berhak atas upah penuh.

l. Upah selama libur resmi.

Pada hari libur resmi semua pekerja yang bekerja di perusahaan berhak mendapat istirahat dengan upah sebagaimana biasa diterima tanpa membedakan status pekerja. Dalam hal hari libur resmi jatuh pada hari minggu atau hari istirahat mingguan, pekerja tetap berhak mendapat upah. Apabila pekerjaan menurut sifat-nya dijalankan pada hari libur Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 resmi, bagi pekerja yang bekerja pada hari libur tersebut juga dibayarkan upah lemburnya, sesuai dengan ketentuan yang ber-laku. 81 Apabila dilakukan penggeseran pelaksanaan libur resmi, upah yang dibayar adalah pada hari penggeseran hari raya itu. Apabila pada hari penggeseran itu pekerja dipekerjakan, di samping mendapat upah pada hari raya, juga mendapat pembayaran upah lembur untuk bekerja pada hari raya. Sedangkan apabila ada pekerja yang dipekerjakan pada hari- hari palaksanaan cuti bersama, pada hari itu dianggap pekerja bekerja seperti pada hari biasa dan apabila bekerja lembur, upah lemburnya juga sama dengan upah lemebur pada hari kerja biasa. 82

m. Upah selama melaksanakan tugas serikat pekerja.

Guna menjamin hak pengurus serikat pekerja yang sah untuk melindungi dan membela anggotanya, dan memperjuangkan peningkatan kesejahteraan anggota beserta keluarganya, pengusaha wajib memberi kesempatan kepada pengurus untuk menjalankan organisasi yang disepakati dalam Peraturan Kerja Bersama. Pengaturan kesepakatan dimaksud mengenai jenis kegiatan, tata cara dan kegiatan yang mendapat upah dan yang tidak mendapat upah. 83 n. Upah selama melaksanakan tugas pendidikan. 81 Lihat Pasal 93 ayat 2 huruf g UUKK. 82 Lebih lanjut lihat SE Menakertrans No. 1173.UM.02.23.2002 jo. SE Dirjen Binawas No. SE.02DPHI02. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 Bagi perusahaan yang melakukan pendidikanpelatihan untuk pekerjanya, baik untuk kepentingan perusahaan atau untuk kepentingan pekerja sendiri, seperti pelatihan keahlianketrampilan menjelang menjalani masa pensiun, selama men-jalankan latihan dimaksud, pengusaha tetap diwajibakan membayar upah pekerja. Mengenai tata caranya diatur dalam perjanjian kerja, atau peraturan perusahaan, atau peraturan kerja bersama. 84 Bila pengusaha tidak membayar upah kepada pekerjaburuh yang tidak bekerja bukan karena kesalahannya atau karena hal tersebut di atas, maka berdasarkan Pasal 186 UUKK dapat dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 1 satu bulan dan paling lama 4 empat tahun danatau denda paling sedikit Rp. 10.000.000,- sepuluh juta rupiah dan paling banyak Rp. 400.000.000,- empat ratus juta rupiah.

o. Pembayaran yang bukan upah.

Pembayaran yang bukan tergolong kepada upah, akan tetapi pihak perusahaan harus memenuhinya dapat digolongkan kepada: 1 Tunjangan hari raya THR, adalah pendapatan pekerja yang wajib dibayar-kan oleh pengusaha kepada pekerja atau keluarganya menjelang hari raya keagamaan yang berupa uang atau bentuk lain. Pengusaha wajib memberikan THR kepada pekerja yang telah 83 Lebih lanjut lihat Pasal 93 ayat 2 huruf h UUKK, serta Pasal 27 dan Pasal 29 Undang- undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat PekerjaSerikat Buruh. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 mempunyai masa kerja 3 tiga bulan secara terus menerus atau lebih. Pembayaran THR tersebut wajib dibayarkan selam-bat-lambatnya 7 tujuh hari sebelum hari raya keagamaan. 85 2 Uang service, adalah tambahan dari tarif yang sudah ditetapkan sebelumnya dalam rangka jasa pelayanan pada usaha di sektor perhotelan, restoran dan usaha pariwisata lainnya. Uang service merupakan milik dan menjadi bagian pendapatan bagi pekerja yang tidak termasuk sebagai komponen upah. Setiap bulan menjelang uang service dibagikan pengusaha wajib mengumumkan secara tertulis hasil perolehan uang service. Pekerja yang berhak mendapat uang service adalah: a Pekerja yang telah melewati masa percobaan. b Pekerja yang terikat pada perjanjian kerja waktu tertentu. c Pekerja yang sedang menjalani cuti. 86 3 Gratifikasi, bonus danatau tantiem, pendapatan non upah ini biasanya diterima pekerja secara tidak teratur atau setahun sekali dari hasil keuntungan perusahaan atau karena pekerja menghasilkan kerja lebih besar dari target produksi yang normal atau karena peningkatan produktivitas. Besar pem-bagiannya diatur berdasarkan perjanjian. 87 84 Lihat Pasal 93 ayat 2 huruf I UUKK. 85 Lihat Permenaker No. PER-04MEN1994. 86 Lihat Permenaker No. 021MEN1999. 87 Ibid. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008

2. Perlindungan terhadap hak pekerja perempuan selain pengupahan a. Pelaksanaan istirahatcuti.