Beberapa Konvensi PBB yang Telah Diratifikasi Indonesia

BAB IV IMPLEMENTASI KONVENSI ILO NO. 111 DI INDONESIA

A. Beberapa Konvensi PBB yang Telah Diratifikasi Indonesia

Indonesia sebagai anggota ILO sejak 12 juni 1950 telah meratifikasi beberapa ketentuan konvensi yang dianggap perlu. Diperkirakan hingga saat ini Indonesia sudah meratifikasi sebanyak 15 lima belas buah konvensi, yang terdiri dari: 1. Kelompok Konvensi Hak Asasi Manusia HAM, yakni: a. Konvensi No. 29 Tahun 1930 tentang Kerja Paksaa atau Wajib Kerja dirati-fikasi dengan Staatsblaad 261, Tahun 1933. b. Konvensi No. 98 Tahun 1949 tentang Hak Berorganisasi dan Berunding Bersama diratifikasi dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1956. c. Konvensi No. 100 Tahun 1951 tentang Kesamaan Pengupahan diratifikasi dengan Undang-undang Nomor 80 Tahun 1957. d. Konvensi No. 87 Tahun 1948 tentang Kebebasan Berserikat dan Perlin-dungan Hak Berorganisasi diratifikasi dengan Kepres Nomor 83 Tahun 1998. e. Konvensi No. 105 Tahun 1957 tentang Penghapuasan Kerja Paksa dirati-fikasi dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 1999. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 f. Konvensi No. 138 Tahun 1973 tentang Usia Minimum Untuk Diperbolehkan Bekerja diratifikasi dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 1999. g. Konvensi No. 111 Tahun 1958 tentang Diskriminasi dalam Hal Pekerjaan dan Jabatan diratifikasi dengan Undang-undang Nomor 21 Tahun 1999. h. Konvensi No. 182 Tahun 1999 tentang Penghapusan Bentuk-bentuk Terburuk Pemanfaatan Anak Sebagai Tenagakerja diratifikasi dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2000. 2. Kelompok Konvensi umum, yaitu: a. Konvensi No. 19 tentang Perlakuan yang Sama Bagi Pekerja Nasional dan Asing dalam Hal Tunjangan Kecelakaan Kerja diratifikasi dengan Staablaad 53 Tahun 1929. b. Konvensi No. 27 tentang Pemberian Tanda Berat pada Pengepakan- pengepakan Barang Besar yang Diangkut dengan Kapal diratifikasi dengan Staatblaad 117 Tahun 1933. c. Konvensi No. 45 tentang Kerja Wanita pada Segala Macam Tambang dirati-fikasi dengan Staablaad 219 Tahun 1937. d. Konvensi No. 106 tentang Istirahat Mingguan dalam Perdagangan dan Kantor-kantor diratifikasi dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1961. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 e. Konvensi No. 120 tentang Higiene dalam Perniagaan dan Kantor- kantor diratifikasi dengan Undang-undang Nomor 3 tahun 1969. f. Konvensi No. 114 tentang Konsultasi Tripartit Untuk Meningkatkan Pelak-sanaan Standart Perburuhan Internasional diratifikasi dengan Kepres Nomor 26 Tahun 1990. g. Konvensi No. 68 tentang Sertifikasi Bagi Juru Masak di Kapal diratifikasi dengan Kepres Nomor 4 Tahun 1992. Menurut aturan hukum internasional yang dikenal dengan istilah pacta sunt servanda, perjanjian internasional yang telah disahkan wajib dilaksanakan, termasuk diantaranya tentang diskriminasi sebagai bentuk dari perlindungan hukum bagi tenaga kerja perempuan. Negara-negara di dunia tidak boleh dikecualikan dari kewajiban itu berdasarkan ketentuan hukum nasional mereka. Melainkan, jika hukum nasional mengurangi pelaksanaan suatu perjanjian internasional hukum nasional wajib diubah. 105 105 Lihat Pasal 26 jo Pasal 27 Konvensi Wina Terhadap Perjanjian Internasional Vienna Convetion on the Law of Treaties, 1969. F. Sugeng Istanto, Hukum Internasional, 1998, hlm. 65. Chairul Anwar, Hukum Internasional Pengantar Hukum Bangsa-bangsa, 1989, hlm. 81. Sebagaimana demikian lihat bagian III, butir 2 jo butir 3 penjelasan atas Undang-undang No. 5 Tahun 1998 tentang Konvensi Menentang Penyiksaan Dan Perlakuan, atau Perlakuan Lain Yang Kejam Tidak Manusiawi, atau Merendahkan Martabat Manusia, Convension Againts torture and Other cruel in Human Degrading Treatment or Punishment maupun bagian I angka 2 penjelasan atas Undang-undang No. 29 Tahun 1999 tentang Pengesahan Internasional Convention on the Elimination of all Froms of Racial Discrimination 1965 Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial 1965 dan lain-lain. Bandingkan bagian satu penjelasan atas Undang-undang No. 7 Tahun 1984 sebagaimana dikutip oleh Jones Oliver Richard, “Kedudukan Wanita Dalam Hukum Negara Dan Hukum Isalam Di RI Ditinjau Dari Hukum Internasional”, dalam Laporan Program Pengalaman Lapangan ACICIS , Universitas Muhammadiyah Malang, t.t., hlm. 2. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 Diantara konvensi ILO yang sudah diratifikasi yang berhubungan dengan diskriminasi adalah: 1. Konvensi No. 100 Tahun 1951 tentang Kesamaan Pengupahan diratifiksi dengan Undang-undang Nomor 80 Tahun 1957. 2. Konvensi No. 111 Tahun 1958 tentang Diskriminasi dalam Hal Pekerjaan dan Jabatan diratifikasi dengan Undang-undang Nomor 21 Tahun 1999. Sesuai dengan aturan hukum internasional maka sejalan dengan telah dirati-fikasinya konvensi ILO, khususnya konvensi No. 111 oleh Pemerintah Indonesia, maka setiap peraturan terutama menyangkut ketenagakerjaan yang disusun harus pula mencerminkan ketaatan dan penghargaan pada prinsi-prinsip yang terdapat dalam konvensi ILO tersebut. Negara wajib menyelenggarakan perlindungan hukum dan hak asasi warganya, dengan menggunakan perangkat hukum nasional maupun internasional. Menyikapi hal tersebut, Majelis Permusyawaratan Rakyat pada tanggal 7-18 Agustus 2000, telah melakukan perubahan kedua Undang-Undang Dasar 1945, yang menyatakan; pada Pasal 27 ayat 2 menyebutkan tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Kemudian Pasal 28 huruf C, pada ayat 1 menyebutkan setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. Dan pada ayat 2 nya Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 menyebutkan setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. Selanjutnya pada Pasal 28 huruf D, ayat 2 nya menyebutkan setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. Serta pada Pasal 28 huruf I, ayat 2 nya menyebutkan setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu. Dari uraian tersebut menggambarkan bahwa setiap warga negara Indonesia, baik laki-laki maupun perempuan harus mendapat perlakuan yang sama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini memberikan pengertian bahwa segala tindakan negara harus dilandasi oleh ketentuan mengenai hak asasi manusia, khusus-nya pada hal-hal yang menyangkut masalah ketenagakerjaan harus dilaksanakan prinsip-peinsip anti diskriminasi antara laki-laki dan perempuan. Pasal 11 ayat 1 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita mengatur dengan tegas upaya penghapusan diskriminasi di lapangan pekerjaan, yang isinya: Setiap negara-negara peserta wajib membuat peraturan-peraturan yang tepat untuk menghapus diskriminasi terhadp wanita di lapangan pekerjaan guna menjamin hak-hak yang sama atas dasar persamaan antara pria dan wanita, khususnya: Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 1. Hak untuk bekerja sebagai hak asasi manusia. 2. Hak atas kesempatan kerja yang sama, termasuk penetapan kriteria seleksi yang sama dalam penerimaan pegawai. 3. Hak untuk memilih dengan bebas profesi dan pekerjaan, hak untuk promosi, jaminan pekerjaan, dan semua tunjangan dan fasilitas kerja serta hak untuk mem-peroleh latihan dan kejuruan dan latihan ulang, termasuk masa kerja sebagai magang, latihan kejuruan lanjutan dan latihan ulang. 4. Hak untuk menerima upah yang sama, termasuk tunjangan-tunjangan, baik untuk perlakuan yang sama sehubungan dengan pekerjaan dengan nilai yang sama, maupun persamaan perlakuan dalam penilaian kualitas pekerjaan. 5. Hak atas jaminan sosial, khususnya dalam hal pensiun, pengangguran, sakit, cacat, lanjut usia, serta lain-lain ketidak mampuan untuk bekerja maupun hak atas masa cuti yang dibayar. 6. Hak atas perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja, termasuk usaha perlin-dungan terhadap fungsi melanjutkan keturunan. Pada dasarnya hampir seluruh isi pasal konvensi tersebut sudah dijabarkan dalam perundang-undangan perburuhan nasional, hanya saja kemungkinan perlu peninjauan guna penyempurnaan dari segi hukum, serta Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 penjelasan dengan revisi yang diperlukan berkaitan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. 106 Upaya perlindungan hukum yang dilakukan selama ini terhadap pekerja perempuan dirasakan belumlah efektif. Kesetaraan di bidang perlindungan hukum bagi pekerja perempuan masih jauh dari harapan. Diskriminasi masih terjadi di mana-mana baik bagi pekerja perempuan yang bekerja di luar negeri maupun yang di dalam negeri, serta yang berpendidikan atau tidak berpendidikan. Berbagi sebab baik itu dari diri perempuan itu sendiri maupun dari pemerintah, serta persepsi masyarakat yang masih berakar pada jender melatar belakangi terjadinya diskriminasi selama ini. Lahir dan diberlakukannya UUKK diharapkan mampu memberikan perlin-dungan terhadap tenagakerja Indonesia khususnya tenagakerja perempuan. Akan tetapi UUKK yang memuat 193 pasal, hanya satu pasal yang mengatur masalah perempuan, yaitu Pasal 76 yang menyebutkan: 1. Pekerjaburuh perempuan yang berumur kurang dari 18 delapan belas tahun dilarang dipekerjakan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00. 2. Pengusaha dilarang mempekerjakan pekerjaburuh perempuan hamil yang menurut keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kandung-annya maupun dirinya apabila bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00. 3. Pengusaha yang mempekerjakan pekerjaburuh perempuan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00 wajib: a. Memberikan makanan dan minuman bergizi, dan b. Menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja. 106 Suliati Rachmat, Op.Cit., hlm. 203. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 4. Pengusaha wajib menyediakan angkutan antar jemput bagi pekerjaburuh perem-puan yang berangkat dan pulang bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 05.00. Bila dilihat UUKK yang hanya memuat satu pasal mengenai perempuan bukan berarti UUKK ini diskriminasi, akan tetapi seluruh pasal yang ada dalam UUKK berlaku juga bagi perempuan, ini dapat dilihat dalam Pasal 1 butir 2, Pasal 5 dan Pasal 6, yang menyatakan; Tenagakerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang danatau jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Dan setiap tenagakerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan, serta setiap pekerjaburuh tersebut berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari pengusaha. Ini artinya setiap pekerjaburuh baik laki-laki maupun perempuan mendapat perlakuan dan kesempatan yang sama dalam bekerja, setiap pengusaha tidak boleh melakukan diskriminasi. Namun sangat disayangkan UUKK tidak mengatur bagai-mana kedudukan perempuan Indonesia yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga sementara di bidang ini pekerja perempuan sangat banyak, selain itu dalam prak-teknya masih banyak terjadi diskriminasi terhadap pekerja perempuan, seperti menduduki jabatan tertentu dalam perusahaan, gaji yang lebih rendah dari laki-laki, bahkan pekerja perempuan selalu mendapatkan pelecehan baik dari pekerja laki-laki maupun dari majikan yang selalu menimpa pembantu rumah tangga. Dari uraian tersebut, maka UUKK belum cukup memberikan perlindungan terhadap pekerja perempuan, untuk itu sudah sewajarnya Indonesia meratifikasi Konvensi ILO No. 111 tersebut. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008

B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian