Kedudukan Tenaga Kerja Perempuan Di Indonesia

B. Kedudukan Tenaga Kerja Perempuan Di Indonesia

UUD 1945 38 telah memuat beberapa ketentuan yang secara tidak langsung mengatur kedudukan perempuan di dalam hidup bernegara. Walaupun tidak secara tegas disebutkan kata perempuan, tetapi maksud dan tujuannya adalah semua penduduk Indonesia baik pria dan perempuan yang tinggal di Indonesia, maupun di luar negeri yang mempunyai kewarganegaraan Republik Indonesia. Kedudukan perempuan ini juga diatur dalam Ketetapan MPR No. IVMPR 1978 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara GBHN di bidang peranan perem-puan dalam pembangunan dan pembinaan bangsa, yang menyebutkan: 1. Pembangunan yang menyeluruh mensyaratkan ikut sertanya pria maupun perempuan secara maksimal di segala bidang. Oleh karena itu perempuan mempunyai hak, kewajiban dan kesempatan yang sama dengan pria untuk ikut serta sepenuhnya dalam segala kegiatan pembangunan. 38 Diantaranya adalah sebagaimana tercantum dalam; a. Pasal 27 ayat 1 yang menyatakan segala warganegara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Ayat 2 menyatakan tiap-tiap warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. b. Pasal 29 ayat 2 menyebut- kan negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. c. Pasal 30 ayat 1 menyebutkan tiap-tiap warganegara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara. d. Pasal 31 ayat 1 menyebutkan tiap-tiap warganegara berhak mendapat pengajaran. Ayat 2 nya mengatakan pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. e. Pasal 34 menyebutkan fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 2. Peranan perempuan dalam pembangunan tidak mengurangi peranannya dalam pembinaan keluarga sejahtera umumnya dan pembinaan generasi muda khusus-nya dalam rangka pembinaan manusia Indonesia sepenuhnya. 3. Untuk lebih memberikan peranan dan tanggung jawab kepada kaum perempuan dalam pembangunan, maka pengetahuan dan ketrampilan perempuan perlu ditingkatkan di berbagai bidang yang sesuai dengan kebutuhannya. Ketetapan MPR No. IIMPR1993 tentang GBHN, dalam Kebijaksanaan Pembangunan Lima Tahun Keenam butir 32 kemudian menyebutkan; perempuan sebagai mitra sejajar pria harus dapat berperan dalam pembangunan dan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta ikut melestarikan nilai-nilai Pancasila. Oleh karena itu, perlu dikembangkan iklim sosial budaya yang mendukung agar mereka dapat menciptakan dan memanfaatkan seluas-luasnya kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya melalui peningkatan pengetahuan, keahlian dan keterampilan dengan tetap memperhatikan kodrat serta harkat dan martabat kaum perempuan. Selanjutnya dalam Ketetapan MPR No. IVMPR1999 tentang GBHN secara tegas dinyatakan tentang Kedudukan dan Peranan Perempuan yang harus diperhati-kan, yaitu: Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 1. Meningkatkan kedudukan dan peranan perempuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui kebijakan nasional yang diemban oleh lembaga yang mampu memperjuangkan terwujudnya kesetaraan dan keadilan jender. 39 2. Meningkatkan kualitas peran dan kemandirian organisasi perempuan dengan tetap mempertahankan nilai persatuan dan kesatuan serta nilai historis perjuangan kaum perempuan, dalam rangka melanjutkan usaha pemberdayaan perempuan serta kesejahteraan keluarga dan masyarakat. Untuk itu, dalam meningkatkan kedudukan tenaga kerja perempuan di Indonesia perlu dilakukan upaya pemberdayaan diberbagai bidang kehidupan, seperti: 1. Bidang pendidikan. Beberapa masalah utama yang dihadapi perempuan di bidang pendidikan antara lain adalah adanya kesenjangan yang cukup signifikan antara laki- laki dan perem-puan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Angka buta huruf perempuan masih tinggi dibandingkan laki-laki dan angka putus sekolah perempuan yang juga masih cukup tinggi, sehingga kedudukan perempuan dan laki-laki digambar-kan secara tidak seimbang dan masih stereotype. 39 Istilah jender sering diartikan sebagai jenis kelamin. Maksudnya masing-masing jenis kelamin laki-laki dan perempuan secara biologis berbeda dan sebagai perempuan dan laki-laki mem- punyai keterbatasan dan kelebihan tertentu berdasarkan fakta biologis masing-masing. Atau jender adalah hasil konstruksi sosial yang terdiri dari sifat, sikap, dan perilaku seorang yang ia pelajari. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 Adapun kebijakan yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kualitas perempuan di bidang pendidikan adalah sebagai berikut: a. Meningkatkan partisipasi dan representasi perempuan di dalam pendidikan sampai kejenjang yang lebih tinggi serta mengurangi angka putus sekolah bagi perempuan. b. Meningkatkan keterampilan perempuan yang buta huruf sehingga lebih ber-kualitas. c. Penguatan jaring kelembagaan kualitas hidup perempuan. 2. Bidang kesehatan. Mengingat kondisi kesehatan perempuan yang masih sangat memprihatinkan, maka perlu pula ditingkatkan kualitas hidup perempuan di bidang kesehatan. Upaya yang ditempuh adalah sebagai berikut: a. Meningkatkan kualitas kesehatan perempuan melalui penyuluhan, pelatihan, pendidikan di luar sekolah sehingga perempuan memiliki pemahaman yang memadai akan kesehatan seperti hak reproduksinya, kesehatan reproduksi, kesehatan diri serta lingkungannya. b. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembudayaan pola hidup sehat. Untuk ini perlu dilakukan berbagai program dan kegiatan peningkatan kesehatan perempuan secara berkesinambungan, Artinya jender seseorang diperoleh melalui suatu proses yang panjang, sebagai hasil belajar seorang sejak ia masih usia dini. Saparinah Sadli, dalam Tapi Omas Ihromi, et.al., Op.Cit., hlm. 4. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 sehingga perempuan dapat mengimplementasikan perilaku hidup sehat dalam kehidupannya sehari-hari. 3. Bidang ekonomi. Dalam upaya untuk meningkatkan produktivitas ekonomi perempuan terdapat 2 dua masalah, yaitu: a. Meningkatkan pendapatan. b. Membuka lapangan pekerjaankesempatan bekerja bagi perempuan. Upaya tersebut dilakukan untuk mengurangi beban keluarga khususnya dalam memenuhi kebutuhan biaya pendidikan dan kesehatan. Adapun kebijakan yang dapat dikembangkan adalah sebagai berikut: a. Mengintensifkan upaya untuk pengurus utamaan peningkatan perempuan dalam produktivitas ekonomi pada seluruh sektor pembangunan, khususnya disektor-sektor yang melaksanakan pembangunan ekonomi. b. Meningkatkan kepekaan dan kesadaran perusahaan-perusahaan swasta untuk menjadikan peningkatan produktivitas ekonomi perempuan sebagai pertim-bangan utama dalam pelaksanaan program-program peduli perusahaan ter-utama dalam pemberdayaan ekonomi tenaga kerja perempuan. c. Mengembangkan upaya konkrit dan berkesinambungan untuk memberi akses bagi perempuan ke dalam infrasturktur ekonomi. 4. Bidang perlindunganhukum. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 Masalah utama yang dihadapi dalam hal perlindungan terhadap perempuan adalah: a. Mengenai perlindungan perempuan di tempat kerja. b. Perlindungan perempuan yang bekerja di luar negeri sebagai tenaga kerja perempuan. c. Perlindungan perempuan dari tindakan kekerasan baik di tempat bekerja, kekerasan dalam rumah tangga, atau di manapun perempuan berada. Pemerintah telah merativikasi Konvensi PBB tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan dengan Undang- undang Nomor 7 Tahun 1974 dalam hal peraturan yang mengatur tenaga kerja, perlindungan yang diberikan kepada pekerja perempuan, antara lain adalah sebagai berikut: a. Hak untuk mendapatkan cuti haid, hamil dan melahirkan. b. Hak untuk mendapatkan upah yang sama dengan laki-laki akan jenis dan pekerjaan yang sama. c. Jaminan sosial tenaga kerja Jamsostek. Adapun kebijakan yang dapat dikembangkan adalah: a. Peningkatan kepedulian terhadap isu-isu tindak kekerasan terhadap perem-puan di dalam keluarga dan masyarakat. Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008 b. Peningkatan koordinasi pelaksanaan upaya perlindungan terhadap perem-puan. 40 Berdasarkan uraian di atas maka kelihatan bahwa kaum perempuan memiliki kedudukan yang kuat untuk berperan baik dalam keluarga, masyarakat dan negara, sehingga dengan demikian maka perempuan telah mendapat kesempatan yang sama dalam berbangsa dan bernegara. Selain itu, upaya pemberdayaan perempuan dalam kedudukannya sebagai tenaga kerja pemberdayaan tenaga kerja perempuan dan peningkatan kualitas hidupnya tidak saja menjadi tanggung jawab pemerintah semata namun juga menjadi tanggung jawab masyarakat umum lainnya. Agar pemerintah dan masyarakat dapat meningkatkan kedudukan dan kualitas tenaga kerja perempuan, diperlukan kesadaran dan komitmen semua pihak serta koordinasi dan keterbukaan dari berbagai pihak dengan melakukan strategi yang tepat agar ketertinggalan tenaga kerja perempuan terhadap laki-laki dapat diperkecil. Dengan demikian, laki-laki dan perempuan sebagai tenaga kerja dan sumber daya dapat dioptimalkan kemampuannya sehingga dapat mempercepat pencapaian hasil dan tujuan yang diinginkan. Tegasnya UUD 1945 dan GBHN tidak menghendaki adanya diskriminasi terhadap perempuan. 40 R. Sabrina, “Tenaga Kerja Perempuan”, Makalah, disampaikan pada acara seminar sehari tentang Peningkatan Kualitas Sumber Daya Perempuan Dalam Bidang Ketenagakerjaan, Medan, 25 Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008

C. Peranan Tenaga Kerja Perempuan Indonesia dalam Pembangunan