BAB III BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TENAGA KERJA
PEREMPUAN
DI INDONESIA
A. Bentuk-bentuk Perlindungan yang Dapat Diberikan Kepada Pekerja
Perempuan Indonesia
Menurut Pujiwati Sayogyo, wanita ternyata kelompok tenaga kerja yang selalu diremehkan. Sumbangannya yang besar bagi ketahanan rumah
tangga masih dinilai tidak berarti, peran sertanya diabaikan dan bahkan mereka tidak tercakup dalam penentuan angkatan kerja. Padahal
sesungguhnya, di kalangan masyarakat miskin di pedesaan, kini telah berlangsung proses perubahan besar yang makin memunculkan pernan
wanita dan tak menjadikan mereka sekedar “konco wingking” pembantu garis belakang. Justru para wanita mempunyai peranan tidak hanya selaku
isteri, tetapi juga mencakup ibu rumah tangga, pekerja pencari nafkah dan fungsi-fungsi lain. Dalam beberapa kasus masalah wanita bukan hanya
pencari nafkah tambahan, melainkan pencari nafkah utama, mengingat banyak rumah tangga di negara kita di kepalai wanita.
51
51
Y.W. Sunindhia dan Ninik Widiyanti, Masalah PHK dan Pemogokan, Jakarta: Bina Aksara, 1988, hlm. 155.
Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008
Namun sangat disayangkan sampai saat ini tenaga-tenaga kerja perempuan Indonesia mendapat perlakuan yang tidak semestinya,
52
seperti
diperkosa, disisksa, bahkan tidak sedikit yang meninggal dunia. Di Arab Saudi, berdasarkan data yang dikumpulkan Salidaritas Perempuan
menunjukkan jumlah tenaga kerja wanita pem-bantu rumah tangga yang mengalami kekerasan dua tahun terakhir meningkat 100. Jika pada Tahun
1998 terdapat 227 kasus, maka pada Tahun 1999 terdapat 484 kasus. Data tersebut sejalan dengan data KBRI di Arab Saudi yang mencatat
pemerkosaan terhadap tenaga kerja wanita pembatu rumah tangga pada
52
Dari sekian banyak perempuan Indonesia yang disiksa itu diantaranya Tina, berusia 26 tahun yang merantau ke Arab Saudi dan Hong Kong. Ketika di Arab Saudi Tina bekerja sebagai
pembantu rumah tangga yang memiliki lima orang anak. Pekerjaan Tina dimulai pada pukul 6 : 00 setiap pagi, bahkan tidak pernah diberi libur sehari pun. Ketika majikan Tina menikahi isteri keduanya,
setahun kemudian memerintahkan Tina untuk bekerja di kedua rumah tangga isterinya. Tina tidak hanya keletihan dari pekerjaannya yang berat, ia juga dipukuli dan ditendangi oleh isteri pertama
majikannya, yang melarang bekerja untuk madunya, bahkan Tina sempat pingsan karena dipukuli. Lalu ia kembali ke Indonesia, sesampainya di Jakarta oleh perekrutnya Tina dimintai bayaran sebesar
Rp. 150.000,- seratus lima puluh ribu rupiah, dan ketika Tina pulang kekampungnya di Jawa Timur, Tina diperkosa di dalam mobil. Setahun kemudian Tina berangkat lagi ke Hong Kong, yang dijanjikan
akan digaji sebesar HK 2.800 per bulan, berikut satu hari libur dalam seminggu bahkan kontrak tersebut sempat terbaca Tina ketika dalam pesawat. Namun yang diterimanya hanya HK 1.000 per
bulan dan tidak diberi libur sama sekali, selain itu Tina sering mendapat pelecehan seksual dari majikannya, dan mengancam akan dikirim pulang bila memberi tahu isterinya. Selanjutnya lihat
Yayori Matsui, Perempuan Asia Dari Penderitaan Menjadi Kekuatan, Jakarta: Obor Indonesia, 2002, hlm. 44-46. Kemudian kisah buruh migran Indonesia lain adalah Imas bt. Sugandi, 27 tahun,
ibu tiga anak asal Cianjur Jawa Barat. Imas diperkosa oleh laki-laki Nepal, dan oleh majikannya ketika mengetahui Imas hamil, Imas dipulangkan ke Indonesia, ditengah perjalanan Imas melahirkan bayinya
di Pesawat Garuda GIA 983 jurusan Jeddah-Jakarta pada tanggal 31 Oktober 2000. Karena paniknya Imas meninggalkan bayinya di toilet pesawat. Kemudian Imas ditahan, dan oleh Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Tanggerang Imas dijatuhi hukuman 10 bulan penjara. Imas mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Jawa Barat, dan diperingan hukumannya menjadi tujuh bulan penjara. Tanggal 2
Juni 2001 seharusnya Imas bebas, namun ia masih harus meringkuk dipenjara meski putusan Pengadilan Tinggi Jawa Barat telah membebaskannya pada tanggal 2 Juni 2001. Akan tetapi Imas
dilarang meninggalkan penjara karena Pengadilan Negeri Tanggerang belum menerima salinan putusan tersebut. Sudah jatuh tertimpa tangga, demikian nasib sesungguhnya puluhan hingga ratusan
ribu buruh migran perempuan Indonesia yang bekerja di luar negeri. Lembaga Studi Dan Advokasi Masyarakat ELSAM, Penderitaan Abadi Buruh Migran Perempuan, file:C:\My Documents\
Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008
Tahun 1995 terdapat 95 kasus, pada Tahun1996 terdapat 363 kasus, dan pada Tahun 1997 terdapat 506 kasus.
53
Kemudian di Singapura sebanyak 38 kasus buruh migran wanita tewas ter-jatuh dari gedung apartemen, seorang
diantaranya bunuh diri karena frustasi. Peristiwa yang menimpa para buruh migran Indonesia ini terjadi sepanjang Tahun 1999 sampai pertengahan Mei
2001, kebanyakan kecelakaan itu terjadi ketika mereka sedang membersihkan bagian luar jendela saat menjemur pakaian dan bunuh diri.
Kasus kematian bermasalah yang menimpa buruh migran di Singapura 90 adalah pembantu rumah tangga yang baru bekerja.
54
Lalu sejauhmana sebenarnya perlindungan hukum bagi tenaga kerja perem-puan di Indonesia?
Pada saat sekarang ini, peranan pemerintah sangat diharapkan dalam peng-aturan ketenagakerjaan, khususnya terhadap perlindungan tenag kerja.
Umum dinyatakan bahwa dalam hukum ketenagakerjaan dewasa ini lebih menonjol sifat publik dari pada privat, karena:
1. Dalam hukum ketenagakerjaan lebih dominan campur tangan pemerintah, baik sebagai decisition making peraturan ketenagakerjaan maupun
faisal\Asasi Newsletter edisi Oktober 2001-ELSAM Website. htm, diakses pada tanggal 2 Maret 2004, hlm. 1.
53
“Ratusan TKW Diperkosa Menaker Bersikap Kepala Batu”, dalam Indonesia Media Online,
file:C:\My Documents\faisal\Indonesia Media Online-Manca Negara 09-2000, htm, diakses pada tanggal 2 Maret 2004, hlm. 1.
54
ELSAM, Op.Cit., hlm. 2.
Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008
masalah-masalah ketenagakerjaan, seperti penerapan upah, pemutusan hubungan kerja dan lain-lain.
2. Peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan banyak mengandung sanksi atau pun aturan-aturan hukuman.
55
Hal ini merupakan konsekuensi logis dari negara Republi Indonesia sebagai welfare state negara kesejahteraan, yang berkewajiban ikut serta
dalam berbagai aspek kehidupan guna menyelenggarakan kepentingan umum, di bidang sosial, ekonomi, budaya, dan lain-lain, sehingga negara
bukan lagi sebagai nachtwackerstaat negara penjaga malam.
56
Artinya
dalam bidang ketenagakerjaan yang banyak menyangkut kepentingan umum, seperti pengupahan, jaminan sosial, keselamatan dan kesehatan kerja, dan
pembinaan hubungan industrial, peranan administrasi negara sangat penting. Bahkan dalam praktek sejalan dengan konsep welfare state,
diperlukan kebe-basan administrasi negara yang dikenal dengan istilah diskresi,
57
dalam rangka menyelenggarakan kesejahteraan masyarakat. Oleh
55
Lihat Sedjun H. Manulang, Pokok-pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 1995, hlm. 2.
56
Utrech, Moh. Saleh Djinjang, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Cet. IX, Jakarta: Sinar Harapan, 1990, hlm. 7.
57
Pada prinsipnya diskresi diperlukan sebagai pelengkap dari asas legalitas, yaitu asas yang menyatakan bahwa setiap tindakan atau perbuatan administrasi negara harus berdasarkan ketentuan
undang-undang. Akan tetapi karena tidak mungkin bagi undang-undang untuk mengatur segala macam kasus posisi kehidupan sehari-hari, maka diperlukan adanya kebebasan atau diskresi dari administrasi
negara. Akan tetapi dalam hal ini diskresi bukan berakibat melanggar undang-undang akan tetapi adalah bahwa dalam penyelenggaraan pemerintah, di mana belum terdapat aturan sebagai pedoman,
dan sesuai pula dengan prinsip bahwa administrasi negara yang ideal adalah yang dapat bertindak spontan, kreatif, konstruktif sepanjang tidak beritikad ilegal, setidak-tidaknya dasar kemerdekaan
administrasi hanya mencari aturan yang sejiwa dengan hakikat undang-undang. Lihat Muhammad
Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008
karenanya pengawasan peme-rintah sangat diperlukan agar sesuai dengan rencana dan terhindar dari penyimpagan-penyimpangan yang merugikan
kepentingan umum itu sendiri. Khusus di bidang ketenagakerjaan kepentingan umum menyangkut pula adanya perlindungan terhadap
tenagakerja, yang dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar pekerja dalam mewu-judkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya dalam rangka
hubungan industrial yang berkeadilan. L. Husni menyatakan bahwa perlindungan pekerja dapat dilakukan,
baik dengan jalan memberikan tuntunan, maupun dengan jalan meningkatkan pengakuan hak-hak asasi manusia, perlindungan fisik dan
teknis serta sosil dan ekonomi melalui norma yang berlaku dalam lingkungan kerja itu. Dengan demikian maka perlin-dungan pekerja ini beliau sependapat
dengan Kartasapoetra dan Indraningsih, yaitu mencakup: 1. Norma keselamatan kerja, yang meliputi keselamatan kerja yang bertalian
dengan mesin, pesawat, alat-alat kerja bahan dan proses pengerjaannya, keadaan tempat kerja dan lingkungan serta cara-cara melakukan
pekerjaan. 2. Norma kesehatan kerja dan higiene kesehatan perusahaan yang meliputi
pemeli-haraan dan mempertinggi derajat kesehatan pekerja, dilakukan
Abduh, Profil Hukum Administrasi Negara Dikaitkan dengan Undang-undang Peradilan Tata Usaha NegaraPratun,
Medan: Fakultas Hukum USU, 1988, hlm. 22-26.
Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008
dengan mengatur pemberian obat-obatan, perawatan tenaga kerja yang sakit.
3. Norma kerja yang meliputi perlindungan terhadap tenaga kerja yang bertalian dengan waktu bekerja, sistem pengupahan, istirahat, cuti, kerja
wanita, anak, kesusilaan, ibadah menurut agama dan keyakinan masing- masing, kewajiban sosial kemasyarakatan dan sebagainya guna
memelihara kegairahan dan moril kerja yang menjamin daya guna kerja yang tinggi serta menjaga perlakuan yang sesuai dengan martabat
manusia dan moral. 4. Kepada tenagakerja yang mendapat kecelakaan danatau yang
menderita penyakit kuman akibat pekerjaan, berhak atas ganti rugi perawatan dan rehabilitasi akibat kecelakaan danatau penyakit akibat
pekerjaan, ahliwarisnya berhak mendapatkan ganti rugi. Berkaitan dengan hal tersebut Iman Soepomo membagi perlindungan
pekerja ini menjadi 3 tiga macam yaitu: 1. Perlindungan ekonomis, yaitu suatu jenis perlindungan yang berkaitan
dengan usaha-usaha untuk memberikan kepada pekerja suatu penghasilan yang cukup memenuhi keperluan sehari-sehari baginya
beserta keluarganya, termasuk dalam hal pekerja tersebut tidak mampu bekerja karena sesuatu di luar kehendaknya. Perlindungan ini disebut
dengan jaminan sosial.
Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008
2. Perlindungan sosial, yaitu suatu perlindungan yang berkaitan dengan usaha kemasyarakatan, yang tujuannya memungkinkan pekerja itu
mengenyam dan memperkembangkan kehidupannya sebagai manusia pada umumnya, dan sebagai anggota masyarakat dan anggota keluarga,
atau yang biasa disebut kesehatan kerja. 3. Perlindungan teknis, yaitu suatu jenis perlindungan yang berkaitan
dengan usaha-usaha untuk menjaga pekerja dari bahaya kecelakaan yang dapat ditimbulkan oleh pesawat-pesawat atau alat kerja lainnya
atau oleh bahan yang diolah atau dikerjakan perusahaan. Perlindungan jenis ini disebut dengan keselamatan kerja.
58
Pada dasarnya semua peraturan yang mengatur hak-hak tenaga kerja berlaku untuk semua tenaga kerja, baik laki-laki maupun perempuan,
perlindungan tersebut antara lain: 1. Perlindungan untuk memperoleh upah yang sama antara laki-laki dan
perem-puan, serta mendapat upah yang layak, dalam pekerjaan yang sama nilainya.
2. Perlindungan atas keselamatan, kesehatan kerja, moral dan kesusilaan. 3. Perlindungan dari tindakan diskriminatif dari pekerjaan dan jabatan.
4. Perlindungan atas hak-hak dasar pekerja untuk berorganisasi dan berunding dengan pengusaha.
58
L. Husni, ”Perlindungan Buruh Arbeids herming”, dalam Zainal Asikin, et.al., Dasar- dasar Hukum Perburuhan,
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1997, hlm. 75-77.
Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008
5. Perlindungan atas jaminan sosial. 6. Hak untuk melakukan mogok.
7. Hak untuk memperoleh, meningkatkan, dan mengembangkan
keterampilan dan keahlian melalui pelatihan. 8. Perlindungan untuk mendapatkan pekerjaan baik di dalam maupun di luar
negeri.
59
Peraturan menyangkut perlindungan tenagakerja perempuan bukan dimaksud-kan mengadakan diskriminasi tapi semata-mata karena
perlindungan terhadap tenaga kerja perempuan sehubungan dengan kodratnya, yaitu perlindungan terhadap hak-hak reproduksi tenaga kerja
perempuan, yang secara biologis berbeda dengan laki-laki, seperti haid, melahirkan, menyusui dan lain-lain. Oleh karena itu hukum membuat
peraturan khusus mengenai hal-hal tersebut yang tentunya hanya berlaku bagi perempuan.
B. Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia