E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan di kepustakaan di lingkungan Universitas Sumatera Utara, dari hasil-hasil penelitian yang ada,
penelitian mengenai masalah Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi ILO Nomor 111 dan
Implementasinya di Indonesia, belum pernah dilakukan penelitian dalam topik dan permasalahan yang sama.
Hasil inventarisasi menunjukkan bahwa penelitian yang berkaitan dengan perlindungan buruh perempuan pernah dilakukan oleh Agusmidah
pada tahun 1999 di Universitas Sumatera Utara, dengan judul; “Fungsi Pengawasan Pemerintah Terhadap Perlindungan Buruh Perempuan Pada
Perusahaan Industri Di Kabupaten Deli Serdang”. Jadi, penelitian ini dapat disebut asli dan sesuai dengan asas-asas keilmuan yang jujur, rasional dan
objektif serta terbuka. Semua ini merupakan implikasi etis dari proses menemukan kebenaran ilmiah, sehingga penelitian ini dapat saya
pertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.
F. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan pendukung dalam membangun atau berupa pen- jelasan dari permasalahan yang dianalisis. Teori dengan demikian memberikan pen-
jelasan dengan cara mengorganisasikan dan mensistematisasikan masalah yang
Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008
dibicarakan.
9
Menurut M. Solly Lubis, kerangka teori merupakan pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang dapat
menjadi bahan perbandingan dan pegangan teoritis. Hal ini dapat menjadi masukan eksternal bagi penulis.
10
Menurut Radbruch, tugas teori hukum adalah untuk membuat jelas nilai-nilai hukum dan postulat-postulat hingga dasar-dasar filsafatnya yang paling dalam.
11
Sehingga teori tentang ilmu merupakan suatu penjelasan rasional yang sesuai dengan objek penelitian yang dijelaskan untuk men-dapat verifikasi, maka harus didukung
oleh data empiris yang membantu dalam mengungkapkan kebenaran.
12
Fungsi teori mempunyai maksud dan tujuan untuk memberikan pengarahan kepada penelitian yang akan dilakukan.
13
Teori juga berfungsi untuk memberikan petunjuk atas gejala-gejala yang timbul dalam penelitian
9
Satjipto Rahardjo, Mengejar Keteraturan Menemukan Ketidakteraturan Teaching Order Finding Disorder
, Pidato mengakhiri masa jabatan sebagai guru besar tetap pada Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang, 15 Desember 2000, hlm. 8.
10
M. Solly Lubis menyebutkan teori yang dimaksud disini adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dunia fisik, juga merupakan suatu abstraksi intelektual di mana pendekatan
secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya teori ilmu merupakan suatu penjelasan rasional yang berkesesuaian dengan objek yang dijelaskannya. Suatu penjelasan biar
bagaimanapun meyakinkan tetapi harus didukung oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan benar. M. Solly Lubis selanjutnya disebut M. Solly Lubis I, Filsafat Hukum dan Penelitian, Bandung:
Mandar Maju, 1994, hlm. 80. Lihat juga W. Friedman selanjutnya disebut W.Friedman I, Teori dan Filsafat Hukum Telaah Kritis atas Teori-teori Hukum
Susunan 1, Jakarta: Grafindo Persada, 1996, hlm. 157. Soerjono Soekanto menyebutkan lima macam kegunaan teori yaitu: Pertama, teori
berguna untuk lebih mem-pertajam atau lebih mengkhususkan fakta yang hendak diteliti atau diuji kebenaranya. Kedua, teori sangat berguna dalam mengembangkan sistem klasifikasi fakta, membina
struktur konsep-konsep serta memperkembangkan difinisi-difinisi. Ketiga, teori biasanya merupakan suatu ikhtisar dari pada hal yang telah diketahui serta diuji kebenarannya yang menyangkut objek
yang diteliti. Keempat, teori memberikan kemungkinan pada prediksi fakta mendatang oleh karena telah diketahui sebab-sebab terjadinya fakta tersebut dan kemungkinan faktor tersebut akan timbul
lagi pada masa-masa mendatang. Kelima, teori memberikan petunjuk terhadap kekurangan- kekurangan pada pengetahuan penelitian. Lihat Soerjono Soekanto, Beberapa Aspek Sosio Yuridis
dan
Masyarakat, Bandung: Alumni, 1981, hlm. 111-112.
11
W. Friedman selanjutnya disebut W.Friedman II, Legal Theory, New York: Columbia University Press, 1967, hlm. 3-4
12
M. Solly Lubis I, Op.Cit., hlm. 27.
13
Duanne R. Monette Thomas J. Sullivan Cornell R. Dejoms, Applied Social Research, Chicago San Fransisco: Halt Reinhart and Winston Inc., 1989, hlm. 31.
Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008
dan disain penelitian serta langkah penelitian yang berhubungan dengan kepus-takaan, issue kebijakan maupun nara sumber penting lainnya.
14
Penelitian dapat memberikan jawaban terhadap pengujian teori yang menggunakan teknik pengumpulan data maupun alternatif terhadap
timbulnya teori baru melalui observasi atau partisipasi aktif dalam prosesnya.
15
Suatu teori umumnya mengandung tiga elemen, yaitu: 1. Penjelasan tentang hubungan antara unsur dalam suatu teori.
2. Teori menganut sistem deduktif, yaitu sesuatu yang bertolak dari suatu yang umum abstrak menuju suatu yang khusus dan nyata.
3. Teori memberikan penjelasan atas gejala-gejala yang dikemukakan, dengan demikian untuk kebutuhan penelitian maka teori mempunyai
maksudtujuan untuk memberikan pengarahan kepada penelitian yang akan dilakukan.
16
Beranjak dari tema sentral penelitian ini, maka sebagai teori yang digunakan adalah teori negara sejahtera walfare state yang pada intinya
menyatakan bahwa semua negara dimanapun dibentuk bertujuan untuk mensejahterakan rakyatnya. Mc. Iver menyatakan bahwa negara
kesejahteraan modren pada hakekatnya merupakan bentuk campur tangan
14
Robert K. Yin, Application of Case Study Research, New Delhi: Sage Publication International Eduational and Professional Publisher New Bury Park, 1993, hlm. 4-7. Bandingkan dengan Catherine
Marshall Gretchen R. Rossman, Designing Qualitative Research, London: Sage Publications, 1994, hlm. 17-21.
15
Derek Layder, New Strategic In Social Policy, Corn Wall: Tj. PressPadstow Ltd., 1993, hlm. 2- 8.
16
M. Solly Lubis I, Op.Cit., hlm. 31.
Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008
pemerintah. Ia merupakan perpaduan antara negara hukum formil dengan negara kesejahteraan klasik. Perpaduan indivudualisme dengan
kolektifisme. Lebih lanjut Mc. Iver menyatakan, bahwa fungsi negara mencakup tiga hal, yaitu:
1. Berfungsi dalam kebudayaan; 2. Berfungsi dalam bidang kesejahteraan umum; dan
3. Berfungsi dalam bidang perekonomian. Berdasarkan teori kesejahteraan yang dikemukakan Mc. Iver bahwa
ketiga fungsi negara tersebut sangat relevan sekali dengan persoalan yang menyangkut dengan perburuhan. Hal ini tentunya dapat dilihat bahwa fungsi
kesejahteraan umum termasuk buruh yang merupakan bagian dari kelompok masyarakat memang harus dikedepankan oleh setiap negara di manapun,
termasuk Indonesia yang menjamin hal tersebut di dalam konstitusinya. Kesejahteraan masyarakat termasuk buruh merupakan kontrak
negara dengan warganya yang harus dipenuhi dalam situasi apapun. Selain itu, untuk dapat mewujudkan kesejahteraan, negara harus dapat menjamin
stabilitas pertumbuhan per-ekonomiannya. Tanpa adanya pertumbuhan ekonomi yang stabil, tidak mungkin kesejahteraan dapat terwujud. Berkaitan
dengan fungsi perekonomian, buruh sangat mempunyai peranan yang besar dalam rangka peningkatan pertumbuhan per-ekonomian suatu negara.
Sehingga terhadap buruh seharusnya pemerintah negara memiliki perhatian khusus, selain sebagai bagian dari warga negara, persoalan buruh juga
Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008
menentukan tentang tinggi rendahnya pertumbuhan perekonomian dari negara tersebut. Dengan demikian antara fungsi perekonimian dan
kesejahteraan sangat terkait sekali dan bersinergi antara fungsi yang satu dengan fungsi yang lainnya. Namun demikian dari kedua fungsi tersebut,
fungsi negara yang pertama adalah merupakan inti perwujudan tiga fungsi negara, sehingga untuk mewujudkan fungsi ekonomi dan fungsi
kesejahteraan, maka faktor budayalah culture yang menentu-kannya. Tidak adanya budaya masyarakat termasuk buruh yang mendukung,
maka jangan harap peningkatan perekonomian dan kesejahteraan dapat terwujud. Hal ini dapat dilihat dari sikap, prilaku dan kepribadian anggota
masyarakat termasuk buruh sangat mempengaruhi kepada tingkat perekonomian dari suatu negara, yang tentunya kan mempengaruhi kepada
fungsi kesejahteraan. Menurut Bentham bahwa baik buruknya hukum harus diukur dari baik
buruknya akibat yang dihasilkan oleh penerapan hukum itu. Suatu ketentuan hukum dapat dinilai baik, jika akibat-akibat yang dihasilkan dari
penerapannya adalah kebaikan, kebahagiaan yang sebesar-besarnya dan berkurangnya penderitaan. Sebaliknya dinilai buruk, jika penerapannya
mengahasilkan akibat-akibat yang tidak adil, kerugian yang hanya memperbesar penderitaan.
17
Oleh karena itu, masyarakat mengharapkan
17
Lili Rasjidi dan I.B. Wyasa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Bandung: Mandar Maju, 2003, hlm. 117.
Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008
mamfaat dalam pelaksanaan atau penegakan hukum. Hukum adalah untuk manusia, maka pelaksanaan hukum atau penegakan hukum harus
memberikan mamfaat atau kegunaan bagi masyarakat. Jangan sampai, justru karena hukumnya dilaksanakan atau ditegakkan timbul keresahan di
dalam masyarakat.
18
Maksud kesejahteraan adalah tercapainya kebutuhan primer atau kebutuhan jasmaniah yang mencakup kebutuhan sandang, pangan, papan
dan kesehatan. Kebutuhan akan kexejahteraan ini untuk menjaga eksistensi atau keberadaan manusia baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Hukum
sebagai institusi sosial mempunyai peranan untuk tercapainya kebutuhan jasmani dan rohani manusia secara seimbang, selaras dan serasi. Dengan
tercapainya keseimbangan kebutuhan jasmani dan rohani, maka tercipta suasana bahagia yang didambakan setiap orang dan karena hukum harus
mampu mewujudkan tujuan akhirnya yaitu kebahagiaan manusia.
19
Untuk mewujudkan kebahagian kepada manusioa maka salah satu dari tujuan hukum itu adalah harus diterapkan dengan adil. Artinya dalam
penerapan hukum tidak boleh pilih bulu, baik pengusaha maupun buruh apabila melakukan kesalahan yang bertentangan dengan peraturan
18
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar Yogyakarta: Liberty, 1988, hlm. 134-135.
19
Sedangkan menurut Bentham hakikat kebahagiaan adalah kenikmatan dan kehidupan yang bebas dari kesengsaraan, karenanya maksud manusia dilakukan tindakan adalah untuk mendapatkan
kebahagiaan yang sebesar-besarnya dan mengurangi penderitaan. Lihat Lili Rasyidi dan I.B. Wyasa Putra, Op.Cit., hlm. 116.
Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008
perundang-undangan harus mendapat sanksi yang tegas dan nyata secara adil.
Di dalam kehidupannya, manusia mempunyai kebutuhan yang beranekaragam dan untuk dapat memenuhi semua kebutuhan tersebut
manusia dituntut untuk bekerja, baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain. Jika bekerja dengan usaha sendiri maka ia
bekerja dengan modal dan tunggung jawab sendiri, sedangkan bekerja pada orang lain maka ia harus tunduk dan patuh pada orang yang memberikan
pekerjaan tersebut. Pada hukum perburuhan semata-mata hanya mengatur mengenai
orang yang bekerja pada orang lain atau badan hukum, di mana peraturan- peraturan yang terdapat di dalamnya adalah untuk melindungi hak dan
kewajiban para pihak yang bekerja dan yang memberi pekerjaan. Hubungan antara buruh dan majikan secara yuridis buruh adalah
bebas, karena negara kita melarang adanya perbudakan maupun diperhamba. Pasal 28 I ayat 1 UUD 1945 menegaskan bahwa hak untuk
hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi
dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun. Semua bentuk dan jenis perbudakan dilarang, tetapi secara sosiologis
Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008
buruh itu tidak bebas sebagai orang yang tidak mempunyai bekal hidup yang lain selain tenaganya dan kadang-kadang terpaksa untuk menerima
hubungan kerja dengan majikan meskipun memberatkan bagi buruh itu sendiri.
20
Hal ini sangat beralasan karena masa sekarang jumlah pekerja yang sangat banyak tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang tersedia.
Akibatnya sering kali buruh diperas oleh majikan bahkan diperlakukan tidak adil, misalnya mengenai upah, masa kerja, PHK, dan lain-lain. Oleh sebab itu
pemerintah mengeluarkan beberapa peraturan untuk melindungi pihak buruh dari kekuasaan majikan guna menempatkan kaum buruh pada kedudukan
yang layak sesuai dengan harkat dan martabat manusia. Pasal 3 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 menegaskan bahwa
pem-bangunan ketenagakerjaan diselenggarakan atas asas keterpaduan melalui koordinasi fungsional untuk sektoral pusat dan daerah. Asas
pembangunan ketenagakerjaan pada dasarnya sesuai dengan asas pembangunan nasional, khususnya asas demokrasi, asas adil dan merata.
Pembangunan ketenagakerjaan menyangkut multidimensi dan terkait dengan berbagai pihak, yaitu antara pemerintah, pengusaha, dan pekerja
buruh. Oleh karenanya, pembangunan ketenagakerjaan dilakukan secara terpadu dalam bentuk kerja sama yang saling mendukung. Asas hukum
20
H. Zainal Asikin, et.al., Dasar-dasar Hukum Perburuhan, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008
ketenagakerjaan adalah asas keterpaduan melalui koordinasi fungsional lintas sektoral pusat dan daerah.
21
Selain itu pembangunan ketenagakerjaan bertujuan untuk: 1. Memberdayakan
dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan
manusiawi. Pemberdayaan dan pendayagunaan tenaga kerja merupakan suatu kegiatan yang terpadu untuk dapat memberikan kesempatan kerja
seluas-luasnya bagi tenaga kerja Indonesia. Melalui pemberdayaan dan pendayagunaan ini diharapkan tenaga kerja Indonesia dapat
berpartisipasi secara optimal dalam pembangunan nasional, namun dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaanya.
2. Mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan menyediakan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah.
Pemerataan kesem-patan kerja harus diupayakan diseluruh wilayah negara kesatuan Republik Indonesia sebagai satu kesatuan pasar kerja
dengan memberikan kesempatan yang sama untuk memperoleh pekerjaan bagi seluruh tenaga kerja Indonesia sesuai dengan bakat,
minat, dan kemampuannya. Demikian pula pemerataan penempatan tenag kerja perlu diupayakan agar dapat mengisi kebutuhan diseluruh
sektor dan daerah.
2004, hlm. 5.
21
Abdul Khakim, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003, hlm. 7.
Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008
3. Memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejah-teraan.
4. Meningkatkan kesejahteraan
tenaga kerja dan keluarganya.
22
Untuk melindungi buruh dari kekuasaan majikan akan terlaksana dengan baik apabila peraturan-peraturan dalam bidang
ketenagakerjaanperburuhan dalam per-undang-undangan ketenagakerjaan benar-benar dilaksanakan oleh semua pihak. Dalam pelaksanaannya
peraturan-peraturan tersebut merupakan perintah yang mem-berikan sanksi terhadap pelanggaran peraturan. Dengan demikian hukum perburuhan dapat
bersifat privatperdata karena hukum perburuhan mengatur antara orang perorangan dalam hal ini buruh dan majikan, namun hubungan tersebut
dapat pula bersifat publik. Dikatakan bersifat publik karena: 1. Dalam hal-hal tertentu pemerintah turut campur tangan dalam menangani
masalah-masalah perburuhan, misalnya dalam penyelesaian perselisihan per-buruhan atau pemutusan hubungan kerja PHK antara buruh dengan
pihak pengusaha. 2. Adanya sanksi pidana baik bagi pihak pengusaha maupun pekerja dalam
setiap pelanggaran peraturan perundang-undangan perburuhan.
23
Peran serta perempuan dalam pembangunan dewasa ini di Indonesia
22
C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, Kitab Undang Undang Ketenagakerjaan, Jakarta: Pradnya Paramita, 2004, hlm. 14-15.
23
H. Zainal Asikin, et.al., Op.Cit., hlm. 6.
Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008
makin meningkat, terutama di bidang ketenagakerjaan baik di dalam maupun di luar negri. Hal ini bukan semata mata didorong karena terbukanya
kesempatan kerja, tetapi juga oleh berbagai dorongan dari wanita itu sendiri. Perkembangan industri dinegara kita juga dapat dianggap sebagai
pemicu timbulnya keinginan perempuan untuk bekerja. Munculnya industri- industri di bumi Indonesia akan memberi dampak terhadap perubahan sosial
pada masyarakat, perubahan sosial ini akan berpengaruh juga pada nilai-nilai dasar kehidupan manusia.
24
Kebutuhan hidup yang semakin meningkat, keinginan untuk mengaktualisasi-kan diri merupakan sebagian kecil alasan mengapa
perempuan ingin bekerja. Kenyataan ini memberi gambaran bahwa apapun alasannya perempuan untuk bekerja tetap saja tidak dapat dipungkiri, bahwa
dengan bekerjanya perempuan memberi kontribusi yang tidak sedikit kepada semua pihak yang secara langsung atau tidak ikut menikmati hasil kerja
tersebut. Pasal 27 UUD 1945 menjamin kesamaan hak bagi seluruh warga
negara, baik laki-laki maupun perempuan. Namun masih banyak dijumpai materi-materi hukum yang mengandung diskriminatif terhadap perempuan
Indonesia, terutama pekerja perempuan. Di bidang lapangan pekerjaan masih banyak kita lihat peraturan-
24
Loekman Soetrisno, Kemiskinan, Perempuan, dan Pemberdayaan, Jakarta: Kanisius, 1997, hlm. 78.
Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008
peraturan pada sebuah perusahaan yang masih diskriminatif terhadap pekerja perempuan. Keterlibatan perempuan dalam dunia kerja, justru kurang
mendapat perlindungan maupun perhatian pemerintah, sehingga tidak sedikit dari kaum perempuan yang mendapat perlakuan diskriminatif hingga
pelecehan seksual. Secara normatif, memang pemerintah tidak membedakan hak dan
kesempatan antara pria dan wanita untuk berusaha. Bahkan dalam GBHN 1999 termaktub dua arahan kebijakan pemberdayaan perempuan. Pertama
meningkatkan kedudukan dan peranan perempuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui kebijakan nasional yang diemban oleh
lembaga yang mampu memperjuangkan terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender. Kedua meningkatkan kualitas peran dan kemandirian
organisasi perempuan dengan tetap mempertahankan nilai persatuan dan kesatuan serta nilai historis perjuangan kaum perempuan.
25
Pada kenyataannya, yang tidak dapat dipungkiri bahwa tenaga kerja perempuan di Indonesia pada umumnya bekerja di bidang domestik, baik di
dalam maupun di luar negri. Globalisasi yang merupakan faktor pendorong perpindahan tenaga kerja melintasi batas batas negara, semakin meperluas
dan memperkuat sistem pembagian kerja berbasis gender di mana
25
“Laporan Amerika Serikat tentang Pelaksanaan Hak Asasi Manusia di Indonesia Tahun 1997”, Http : www. Google.com.suara merdeka.or.id. htm., diakses pada tanggal 10 Maret 2005.
Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008
perempuan terkonsentrasi diranah domestik dan laki-laki diranah publik. Pekerja domestik atau pekerja rumah tangga adalah pekerjaan yang
bersifat non formal yang paling tidak dilindungi oleh hukum, termasuk hukum ketenagakerjaan. Hal ini berlaku di dalam maupun di luar negeri, perundang-
undangan ketenagakerjaan tidak secara jelas dan tegas mengatur hak-hak pekerja rumah tangga. Kerentanan buruh migran Indonesia ini ditambah lagi
dengan besarnya jumlah tenaga kerja yang pergi tanpa dokumen-dokumen resmi yang lengkap. Ini berarti bahwa pemerintah Indonesia mempunyai
beban dan tanggung jawab yang sangat besar untuk menciptakan sistem perlindungan bagi warga masyarakat yang bekerja di luar negeri terutama
perempuan, terlepas apakah mereka memegang dokumen resmi atau tidak. Diskriminasi terhadap pekerja perempuan dirasakan juga oleh
perempuan yang bekerja diperusahaan-perusahaan dalam negri. Jadi bukan hanya pada bidang domestik saja perlakuan diskriminatif dialami oleh
perempuan pekerja. Di bidang publik pun yang menuntut pendidikan yang tinggi dan memadai perempuan kerap merasakan diskriminasi.
Konvensi ILO No. 111 tentang Diskriminasi Dalam Hal Pekerjaan Dan Jabatan yang telah diratifikasi dengan Undang-undang Nomor 21 Tahun
1999, dalam Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa untuk tujuan Konvensi ini istilah diskriminasi meliputi; setiap pembedaan, pengecualian, atau
pengutamaan atas dasar ras, warna kulit, jenis kelamin, agama, keyakinan politik, kebangsaan atau asal usul sosial yang berakibat meniadakan atau
Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008
mengurangi persamaan kesempatan atau perlakuan dalam pekerjaan dan jabatan.
Di samping itu Pasal 1 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap
Wanita mengatakan diskriminasi adalah pembedaan, pembatasan, atau pengucilan berdasar-kan jenis kelamin dan memberikan dampak kepada
wanita untuk menikmati hak asasinya. Konvensi mengenai penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap
wanita Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Againts Women disingkat CEDAW, ruang lingkupnya cukup luas mencerminkan
dalamnya pengucilan dan pembatasan terhadap wanita yang hanya didasarkan pada jenis kelamin. Pasal 11 ayat 1 UU No. 7 Tahun 1984
mengatur dengan tetap upaya penghapusan diskriminasi di lapangan pekerjaan yang isinya; negara-negara peserta wajib membuat peraturan-
peraturan yang tepat untuk mengahapus diskriminasi terhadap wanita dilapangan pekerjaan guna menjamin hak-hak yang sama atas dasar
persamaan antara pria dan wanita, khususnya: 1. Hak untuk bekerja sebagai hak asasi manusia.
2. Hak atas kesempatan kerja yang sama, termasuk penetapan kriteria seleksi yang sama dalam penerimaan pegawai.
3. Hak untuk memilih dengan bebas profesi dan pekerjaan, hak untuk promosi, jaminan pekerjaan dan semua tunjangan dan fasilitas kerja dan
Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008
hak untuk memperoleh latihan dan kejuruan dan latihan ulang, termasuk masa kerja sebagai magang, latihan kejuruan lanjutan dan latihan ulang.
4. Hak untuk menerima upah yang sama, termasuk tunjangan-tunjangan, baik untuk perlakuan yang sama sehubungan dengan pekerjaan dengan
nilai yang sama, maupun persamaan perlakuan dalam penilaian kualitas pekerjaan.
5. Hak atas jaminan sosial, khususnya dalam hal pensiun, pengangguran, sakit, cacat, lanjut usia, serta lain-lain ketidak mampuan untuk bekerja
maupun hak atas masa cuti yang dibayar. 6. Hak atas perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja, termasuk
usaha per-lindungan terhadap fungsi melanjutkan keturunan. Pada dasarnya hampir seluruh isi pasal-pasal konvensi tersebut sudah
dijabar-kan dalam perundang-undangan perburuhan nasional, hanya saja kemungkinan perlu peninjauan guna penyempurnaan dari segi hukum, serta
penjelasan dengan revisi yang diperlukan berkaitan dengan kemajuan ilu pengetahuan dan tekhnologi.
26
Upaya perlindungan hukum yang dilakukan selama ini terhadap pekerja perempuan dirasakan belumlah efektif. Kesetaraan di bidang
perlindungan hukum bagi pekerja perempuan masih jauh dari harapan. Diskriminmasi masih terjadi di mana-mana baik bagi pekerja perempuan yang
26
Suliati Rachmat, “Upaya Peningkatan Hukum Wanita Pekerja Diperusahaan Industri Swasta”, Disertasi, Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996, hlm. 203.
Eny Dameria : Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Perempuan di Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Ilo Nomor..., 2008 USU Repository © 2008
bekerja di luar negeri maupun yang di dalam negeri serta yang berpendidikan atau tidak berpendidikan. Berbagai sebab, baik itu dari diri perempuan itu
sendiri, dari pemerintah serta persepsi masyarakat yang masih berakar pada gender melatar belakangi terjadinya diskriminasi selama ini.
G. Metode Penelitian