tersebut, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa faktor lingkungan atau ektern merupakan salah satu faktor yang paling besar mempengaruhi Anak Pidana
bermasalah dengan hukum, disamping disebabkan oleh faktor kebutuhan tidak terpenuhi 20 orang 33,33, serta fakor kurangnya kasih sayang 12 orang
20,00.
54
Menurut Bangsi Tarigan, faktor lingkungan merupakan faktor yang paling banyak mempengaruh Anak Pidana bermasalah dikarenakan pengaruh globalisasi
dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ini membawa perubahan di dalam lingkungan pergaulan masyarakat
termasuk dikalangan anak-anak remaja. Misalnya banyaknya beredar film-film tentang kekerasan dan gambar-gambar porno di lingkungan sekitarnya baik itu
lingkungan teman sepermainan, lingkungan sekolah, di rumah maupun ditengah- tengah masyarakat.
55
3. Karakteristik Anak Pidana Berdasarkan Pendidikan
Berdasarkan sumber data dari Sub Sie Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan Seksi Pembinaan dan Pendidikan Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA
Anak Medan, diperoleh data tentang pendidikan Anak Didik Pemasyarakatan.
56
Berikut ini akan dijelaskan karakteristik Anak Didik Pemasyarakatan berdasarkan pendidikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 3 : Karakteristik Anak Pidana Berdasarkan Pendidikan Lembaga Pemasyarakatan Klas II-A Anak Medan
54
Seksi Pembinaan dan Pendidikan Lembaga Pemasyarakatan Klas II-A Anak Medan tahun 2009.
55
Wawancara dengan Bangsi Tarigan, SH, Kepala Seksi Pembinaan dan Pendidikan Lembaga Pemasyarakatan Klas II-A Anak, tanggal 8 Januari 2009 di Medan.
56
Sub.Seksi Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan Seksi Pembinaan dan Pendidikan Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Anak Medan, Tahun 2009.
No Pendidikan terakhir
f 1
Lulus SD 26
16,05 2
Tidak lulus SD 20
12,35 3
Lulus SLTP 29
17,90 4
Tidak lulus SLTP 34
20,99 5
Lulus SLTA 30
18,52 6
Tidak lulus SLTA 23
14,19 Jumlah
162 100,00
Sumber : Sub.Seksi Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan Seksi Pembinaan dan
Pendidikan LAPAS Klas IIA Anak Medan, Tahun 2009.
Tabel 3 tersebut diatas menunjukkan bahwa sebagian besar Anak Pidana memiliki tingkat pendidikan tidak lulus SLTP yakni 34 orang atau 20,99, lulus
SLTP adalah 29 orang atau 17,90, lulus SLTA adalah 30 orang atau 18,52, tidak lulus SD adalah 20 orang atau 12,35, tidak lulus SLTA adalah 23 orang
atau 14,19 dan lulus SD adalah 26 orang atau 16,05. Tabel 3 tersebut diatas juga menjelaskan bahwa yang paling dominan atau yang paling banyak adalah
Anak Pidana yang memiliki tingkat pendidikan tidak lulus SLTP yakni berjumlah 34 orang atau 20,99.
57
Menurut MP. Jaya Saragih, bahwa Anak Pidana yang memiliki pendidikan baik pada tingkat SD atau tidak tamat SD, dan tidak tamat SLTP ataupun tamat
SLTP, pada umumnya disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor ekonomi keluarga. Ketidakmampuan ekonomi orang tua dari Anak Pidana
yang bersangkutan untuk memenuhi biayai pendidikan anak-anaknya
57
Sub.Seksi Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan Seksi Pembinaan dan Pendidikan Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Anak Medan, Tahun 2009.
mengakibatkan Anak Pidana atau Anak Didik Pemasyarakatan banyak yang berhenti dari sekolahnya atau tidak dapat melanjukan pendidikannya.
58
D. Bentuk Ruang Lingkup Pendidikan dan Pembinaan
Pembinaan Narapidana adalah sebuah sistem. Sebagai suatu sistem, maka pembinaan narapidana mempunyai beberapa komponen yang bekerja saling
berkaitan untuk mencapai suatu tujuan. Salah satu komponen pembinaan narapidana tersebut adalah pembinaan bagi warga binaan pemasyarakatan di
Lembaga Pemasyarakatan. Pembinaan ini diselenggarakan berdasarkan Pancasila dengan menanamkan jiwa kekeluargaan, keterampilan, pendidikan kerohanian dan
kesempatan untuk menunaikan ibadah agama.
59
Dasar-dasar hubungan pembinaan dengan anak yaitu bahwa Pembina harus bersikap asah, asih, asuh.
Asah : Bahwa anak didik dilatih menjadi orang yang jera, karena itu terhadap anak diberikan pendidikan dengan unsur-unsur kekerasan.
Asih : Dalam hal ini anak didik didalam pembinaannya mendapat kasih sayang
dan perhatian dari para pembina. Asuh:
Dalam membina anak didik, pembina tanpa ragu-ragu secara materil dan spiritual membantu anak didiknya.
60
Pada prinsipnya pembinaan dan pembimbingan itu diselenggarakan oleh
Menteri Kehakiman dan pelaksanaannya oleh petugas pemasyarakatan, yaitu
58
Wawancara dengan MP. Jaya Saragih, Amd.IP, SH, MH, Kepala Sub Seksi Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Anak Medan, tanggal 07-12
Januari 2009 di Medan
59
C.I. Harsono Hs, Sistem Baru Pembinaan Narapidana, Jakarta, Djambatan, 1995, hlm 14- 17.
60
Ibid
pegawai pemasyarakatan yang melaksanakan tugas-tugas pembinaan, pengayoman dan pembimbingan warga binaan pemasyarakatan. Sementara
pembinaan dan pembimbingan itu sendiri meliputi: program pembinaan dan bimbingan, berupa kegiatan kepribadian dan kegiatan pembinaan kemandirian.
61
Lembaga Pemasyarakatan Klas II-A Anak Medan di dalam melaksanakan program pembinaan kepribadian dan pembinaan kemandirian bekerja sama
dengan beberapa instansi pemerintah seperti Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Agama, Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara, Dinas Pendidikan
Kota Medan, Dinas Tenaga Kerja, KWARCAPKWARTIR Pramuka Kota Medan, maupun bekerja sama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat, seperti:
GALATEA, Solusi Nusantara, Yayasan Obor Indonesia, PUSAKA dan Masyarakat Buddhayana Indonesia MBI.
62
Bentuk Ruang Lingkup Pendidikan dan Pembinaan yang dilaksanakan bagi Anak Didik Pemasyarakatan Anak Pidana di Lembaga Pemasyarakatan
Klas II-A Anak Medan, adalah sebagai berikut:
61
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
62
Wawancara dengan MP. Jaya Saragih, Amd.IP, SH, MH, Ka.Subsie Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan LAPAS Klas IIA Anak Medan, tanggal 07-12 Januari 2009 di
Medan.
1. Pendidikan dan Pembinaan kepribadian