siang tiba, Anak Didik Pemasyarakatan makan dan begitu juga kalau sudah tiba waktu makan sore hari, Anak Didik Pemasyarakatan makan sore.
126
6. Faktor Pembina
Pembina atau pendidik atau staf Pendidikan dan Pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II-A Anak Medan masih membutuhkan suatu pengetahuan
khusus tentang pendidikan dan pembinaan terhadap anak yang bermasalah dengan hukum atau Anak Didik Pemasyarakatan. Pengetahuan khusus ini salah satunya
mengenai kemampuan menciptakan hubungan dan komunikasi yang baik antara pembina dengan Anak Didik Anak Pidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas II-
A Anak Medan.
127
Menciptakan pola hubungan dan komunikasi yang baik antara pembina dan Anak Pidana merupakan suatu tugas yang tidak gampang karena para
pembina membutuhkan keterampilan khusus termasuk pengetahuan mengenai psikologi perkembangan Anak Didik PemasyarakatanAnak Pidana. Hambatan
dalam pola hubungan dan komunikasi antara Pembina dengan Anak Pidana menjadi bahan pertimbangan bagi semua pihak untuk terwujudnyatercapainya
tujuan pembinaan yang diharapkan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II-A Anak
Medan.
128
126
Hasil Penelitian terhadap 60 orang Anak Pidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas II-A Anak Medan, tanggal 7-8 Januari 2009
127
Wawancara dengan Bangsi Tarigan, SH, Kepala Seksi Pembinaan dan Pendidikan Lembaga Pemasyarakatan Klas II-A Anak Medan, tanggal 9 Januari 2009, di Medan
128
Wawancara dengan MP. Jaya Saragih,, Amd.IP, SH, MH, Ka.Subsie Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan LAPAS Klas IIA Anak Medan, tanggal 07-12 Januari 2009 di
Medan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dari tanggal 7-8 Januari 2009 terhadap Anak Pidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas II-A Anak Medan,
diperoleh data atau keterangan bahwa salah satu faktor penghambat yang dihadapi Anak PidanaAnak Didik Pemasyarakatan di dalam mengikuti kegiatan
pembinaan adalah faktor pembina atau pegawai. Menurut Anak Didik Pemasyarakatan, para petugaspembina yang memberikan pembinaan kepada
Anak Pidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas II-A Anak Medan masih kurang dalam hal memahami kejiwaan mereka termasuk perasaan dan keinginan Anak
Didik Pemasyarakatan. Di samping itu, Anak Pemasyarakatan merasa takut akan tindakan para pembina apabila Anak Didik Pemasyarakatan Anak Pidana
melakukan kesalahan di dalam mengikuti kegiatan pembinaan tersebut.
129
C. Kendala secara Eksternal
Menurut Siswanto, mengemukakan bahwa kendala-kendala secara eksternal yang dihadapi oleh Lembaga Pemasyarakatan Klas II-A Anak Medan
dalam pemenuhan hak pendidikan Anak Didik Pemasyarakatan, diantaranya adalah:
129
1. Belum terwujudnya kerjasama penyelenggaraan pembinaan dan
pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan dengan pihak ketiga, khususnya dalam melaksanakan kegiatan pendidikan dan latihan keterampilan
kerja sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 1997 Tentang
129
Hasil Penelitian terhadap 60 orang Anak Pidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas II-A Anak Medan, tanggal 7-8 Januari 2009
129
Wawancara dengan Siswanto, Bc.IP, SH, Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas II-A Anak Medan, tanggal 07 Januari 2009 di Medan
Syarat dan Tata Cara Kerjasama Penyelenggaraan Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan.
2. Masih rendahnya kepedulian masyarakat, pemerintah daerah baik propinsi
maupun KotaKabupaten serta organisasi-organisasi kemasyarakatan terhadap masa depan pendidikan Anak Pidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas II-A
Anak Medan. Hal ini juga ditegaskan oleh Bangsi Tarigan, yang mengemukakan bahwa
selama kurang lebih 20 tahun bekerja di Seksi Pembinaan dan Pendidikan Lembaga Pemasyarakatan Klas II-A Anak Medan, kendala yang dihadapi adalah
kerjasama dengan pihak ketiga masih kurang baik dengan instansi pemerintah terkait maupun dengan Lembaga Swadaya Masyarakat masih kurang dalam hal
pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pembinaan bagi Anak Didik Pemasyarakatan.
130
Menurut MP. Jaya Saragih, mengemukakan kendala eksternal yang dihadapi oleh Lembaga Pemasyarakatan Klas II-A Anak Medan di dalam bidang
pembinaan dan pendidikan bagi Anak Didik Pemasyarakatan seperti yang telah dikemukakan diatas, mungkin juga dikarenakan kurangnya komunikasi dan
koordinasi dari pihak Lembaga Pemasyarakatan Klas II-A Anak Medan dengan pihak terkait dalam rangka pemenuhan hak pendidikan Anak Didik
130
Wawancara dengan Bangsi Tarigan, SH, Kepala Seksi Pembinaan dan Pendidikan Lembaga Pemasyarakatan Klas II-A Anak Medan, tanggal 9 Januari 2009, di Medan