perkembangan anak untuk mencapai tingkat kedewasaan, baik kedewasaan biologis maupun kedewasaan pedagogis.
114
Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
115
Telah dijelaskan di atas bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan. Bahkan anak-anak yang cacat dan anak-anak yang berhadapan
dengan hukum, tetap berhak memperoleh pendidikan dalam keterbatasannya. Walaupun harus mendekam di dalam Lembaga Pemasyarakatan Anak, bagi anak
yang berhadapan dengan hukum tetap berhak memperoleh pendidikan melalui pembinaan di dalam Lembaga Pemasyarakatan Anak
116
. Pendidikan dan pembinaan terhadap anak yang berhadapan dengan hukum
diperlukan suatu tahapan-tahapan, sehingga efektifitas sanksi yang dijatuhkan kepada anak dapat mencapai sasaran yang diharapkan yaitu anak dapat kembali
hidup secara normal tanpa ada suatu tekanan secara psikologi dalam menjalani kehidupan masa depannya. Salah satu tahap yang terpenting adalah tahapan
pembinaan di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Melalui pembinaan yang bersifat mendidik di Lembaga Pemasyarakatan Anak, memberi kesempatan bagi anak
114
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional
115
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional
116
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995, tentang Pemasyarakatan
yang berhadapan dengan hukum untuk menjadi manusia yang lebih bertanggungjawab.
117
Pendidikan dan pembinaan terhadap Anak Didik Pemasyarakatan harus dilakukan sesuai dengan tujuan pendidikan bangsa Indonesia yang tercantum
dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisitem Pendidikan Nasional yang berbunyi: “mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggungjawab”.
118
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap Anak Pidana khususnya mengenai tingkat pendidikan anak pidana di Lembaga Pemasyarakatan
Klas II-A Anak Medan, bahwa dari 60 orang Anak Pidana, 30 orang Anak Pidana memiliki pendidikan tamatan SD sekolah dasar, 20 orang memiliki pendidikan
tamatan SMP sekolah menengah pertama, dan 10 orang memiliki pendidikan tamatan SMU sekolah menengah umum.
119
Menurut mereka bahwa mereka mengalami hambatan atau kesulitan untuk memahami materi-materi pembinaan yang diberikan kepada mereka dan juga
kesulitan dalam mengikuti kegiatan-kegiatan pembinaan seperti mengikuti pendidikan Kejar Paket A, B, dan C dimana anak pidana kesulitan di dalam
117
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995, tentang Pemasyarakatan
118
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional
119
Hasil Penelitian terhadap 60 orang Anak Pidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas II- A Anak Medan, tanggal 7-8 Januari 2009.
mencerna atau menerima pelajaran-pelajaran dari pembina. Disamping itu, mereka juga kesulitan dalam mengikuti kegiatan rohani baik dalam kegiatan
pengajian dan sekolah Alkitab di Lembaga Pemasyarakatan Klas II-A Anak Medan.
120
4. Faktor Ekonomi
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap Anak Pidana di Lembaga Pemasyarakatan bahwa salah satu faktor penghambat yang dihadapi
Anak Pidana dalam mengikuti kegiatan pembinaan adalah faktor ekonomi yakni ekonomi kurang mampu. Dari 60 orang responden Anak Pidana, “Anak Hilang”
tidak jelas asal usul keluarganya berjumlah 30 orang, 10 orang adalah orang tuanya yang bekerja sebagai penarik becak, 15 orang adalah orang tuanya yang
memiliki pekerjaan tidak tetap mocok-mocok, serta 5 orang adalah orang tuanya yang bekerja sebagai pedagang kecil.
121
Pada umumnya, latar belakang kehidupan ekonomi orang tuakeluarga dari Anak Didik Pemasyarakatan adalah dikategorikan ekonomi kurang mampu.lihat
dari perbuatan pelanggaran hukum yang dilakukan Anak Didik Pemasyarakatan yaitu pencurian dan frekuensi orang tuakeluarga untuk datang mengunjungi Anak
Didik Pemasyarakatan sangat kurangrendah. Kehidupan ekonomi dari keluargaorang tua dari Anak Didik Pemasyarakatan Anak Pidana merupakan
salah satu faktor yang menghambat bagi Anak Didik Pemasyarakatan Anak
120
Wawancara dengan MP. Jaya Saragih, Amd.IP, SH, MH, Ka.Subsie Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan LAPAS Klas IIA Anak Medan, tanggal 07-12 Januari 2009 di
Medan
121
Hasil Penelitian terhadap 60 orang Anak Pidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas II- A Anak Medan, tanggal 7-8 Januari 2009.
Pidana dalam mengikuti beberapa bentuk pendidikan dan pembinaan yang diberikan kepada Anak Didik Pemasyarakatan, seperti dalam mengikuti program
pembinaan Pembebasan Bersyarat PB, Cuti Menjelang Bebas CMB, Assimilasi dan Cuti Bersyarat CB.
122
5. Faktor Motivasi
Motivasi adalah suatu dorongankeinginan yang timbul dari dalam diri seseorang maupun dari lingkungan sosialnya. Setiap anak memiliki
semangatmotivasi yang masih kuat dan hal ini merupakan potensi yang harus kembangkan ke arah yang positif. Namun disisi lain, seorang anak yang berusia
dari 12 tahun sampai dengan 18 tahun sangat rentan terhadap pengaruh negatif yang datang baik dari dalam maupun dari luar dirinya sehingga akan
mempengaruhi semangat motivasidorongan dalam mengikuti suatu kegiatan termasuk kegiatan pembinaan yang dilaksanakan di dalam Lembaga
Pemasyarakatan Klas II-A Anak Medan.
123
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 60 orang Anak Pidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas II-A Anak Medan, bahwa salah satu
faktor penghambat yang dihadapi anak pidana di dalam mengikuti kegiatan pendidikan dan pembinaan adalah faktor motivasi yang rendah yang ada pada diri
anak pidana, hal ini diperoleh dari hasil wawancara dengan 60 orang Anak Pidana, 35 orang responden Anak Pidana diantaranya mengatakan bahwa anak
122
Wawancara dengan MP. Jaya Saragih, Amd.IP, SH, MH, Ka.Subsie Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan LAPAS Klas IIA Anak Medan, tanggal 07-12 Januari 2009 di
Medan
123
Wawancara dengan Bangsi Tarigan, SH, Kepala Seksi Pembinaan dan Pendidikan Lembaga Pemasyarakatan Klas II-A Anak Medan, tanggal 9 Januari 2009, di Medan.
pidana memiliki motivasi atau semangat yang rendah dalam mengikuti kegiatan pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II-A Anak Medan. Hal ini
disebabkan Anak Didik Pemasyarakatan lebih memikirkan makanan yang akan dimakan dalam kehidupan sehari-hari yang serba terbatas baik nasi maupun lauk
pauknya di Lembaga Pemasyarakatan Klas II-A Anak Medan.
124
Mengenai hal ini tergambar dari prilaku Anak Didik Pemasyarakatan yang tidak ingin mengikuti program pelatihan baik di bengkel keterampilan atau
pendidikan kejar paket B, dan lain sebagainya. Dengan kata lain Anak Didik Pemasyarakatan menghabiskan waktunya dengan bersantai dan hanya berfikir
kalau waktu makan pagi tiba, mereka makan, kalau waktu makan siang tiba, mereka makan dan begitu juga kalau sudah tiba waktu makan sore hari, mereka
makan sore.
125
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 60 orang Anak Didik Pemasyarakatan, bahwa menurut pendapat Anak Didik Pemasyarakatan, hal yang
melatarbelakangi rendahnya motivasi Anak PidanaAnak Didik Pemasyarakatan di dalam mengikuti kegiatan pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II-A
Anak Medan adalah malas dan tidak mau capek. Anak Didik PemasyarakatanAnak Pidana ingin santai-santai saja dan hanya berfikir kalau
waktu makan pagi tiba, Anak Didik Pemasyarakatan makan, kalau waktu makan
124
Hasil Penelitian terhadap 60 orang Anak Pidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas II- A Anak Medan, tanggal 7-8 Januari 2009
125
Wawancara dengan Helman Leonard BatuBara, A.KS, Kepala Sub Seksi Bimbingan Kerja dan Pengelolaan Hasil Kerja Seksi Kegiatan Kerja Lembaga Pemasyarakatan Klas II-A
Anak Medan, tanggal 10 Januari 2009, di Medan.