Kendala Secara Internal KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI LEMBAGA

sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. 48 Secara internal, kendala-kendala yang dihadapi Lembaga Pemasyarakatan Klas II-A Anak Medan di dalam pemenuhan hak pendidikan bagi Anak Didik Pemasyarakatan adalah sebagai berikut: 1. Terbatasnya Sarana Pendidikan dan Pembinaan Bagi Anak Didik Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II-A Anak Medan Menurut Bangsi Tarigan bahwa salah satu kendala atau hambatan yang dihadapi Lembaga Pemasyarakatan Klas II-A Anak Medan dalam pemenuhan hak pendidikan Anak Pidana adalah terbatasnya sarana pendidikan dan pembinaan yang terdiri dari pendidikanpembinaan kepribadian dan pendidikanpembinaan kemandirian. Pembina dalam mendidik Anak Pidana adalah terbatasnya sarana atau fasilitas yang diadakan pihak Lembaga Pemasyarakatan Klas II-A Anak Medan. Minimnya sarana penunjang kegiatan olahraga, bengkel, dll akan mengakibatkan keengganan dari Anak Pidana untuk mengikuti kegiatan yang diadakan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II-A Anak Medan. 49 Keterbatasan sarana dan prasarana yang dimaksud diantaranya adalah belum tersedianya buku-buku yang memadai di Perpustakaan Lembaga Pemasyarakatan Klas II-A Anak Medan, terbatasnya pakaian dan sepatu yang dibutuhkan untuk kegiatan Pramuka. Selanjutnya peralatan yang dibutuhkan untuk kegiatan pelatihan kerja seperti perbengkelan, meubel dan menjahit kurang 48 Wawancara dengan Siswanto, Bc.IP, SH, Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas II-A Anak Medan, tanggal 7 Januri 2009, di Medan. 49 Wawancara dengan Bangsi Tarigan, SH, Kepala Seksi Pembinaan dan Pendidikan Lembaga Pemasyarakatan Klas II-A Anak Medan, tanggal 8 Januari 2009, di Medan. memadai serta minimnya kegiatan pelatihan keterampilan yang diadakan bagi Anak Pidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas II-A Anak Medan. 50 Sarana pendidikan dan pembinaan kepribadian, diantaranya adalah: 51 a Belum tersedianya ruangan pendidikan yang representatif baik ruang belajar Kejar Paket A,B dan C. b Belum tersedianya peralatan sekolah yang memadai. c Belum tersedianya ruangan perpustakaan yang representatif. d Belum tersedianya ruangan kegiatan melukis yang memadai. e Belum tersedianya peralatan olah raga yang memadai. f Daya tampung rumah ibadah baik itu Mesjid, Gereja, dan Cetiya belum memadai dengan jumlah Anak Didik Pemasyarakatan sesuai dengan Agamanya masing-masing. g Belum tersedianya peralatan Pramuka yang memadai. h Belum tersedianya ruangan musik Band dan peralatan pendukung yang memadai. i Belum tersedianya ruangan education dan Rehabilitation. j Belum memiliki ruang poliklinik yang representatif untuk ruang inap dan peralatannya termasuk peralatan kesehatan umumgigi dan obat-obatan. Selanjutnya sarana pendidikan dan pembinaan kemandirian, pada dasarnya adalah belum tersedianya sarana kegiatan pendidikan dan pelatihan bimbingan 50 Wawancara dengan MP. Jaya Saragih Amd.IP, SH, MH, Ka.Subsie Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan LAPAS Klas IIA Anak Medan, tanggal 07-12 Januari 2009 di Medan 51 Wawancara dengan Bangsi Tarigan, SH, Kepala Seksi Pembinaan dan Pendidikan Lembaga Pemasyarakatan Klas II-A Anak Medan, tanggal 8 Januari 2009, di Medan. keterampilan kerja yang representatif. Sarana kegiatan pendidikan dan pelatihan bimbingan keterampilan kerja yang dimaksud, diantaranya adalah: 52 1. Belum tersedianya ruangan dan peralatan komputer yang memadai. 2. Belum tersedianya ruangan kegiatan bimbingan keterampilan kerja yang meliputi: 1 Ruangan kegiatan keterampilan bingkai dan kaligrafi. 2 Ruangan kegiatan keterampilan ukiran kayu dan ukiran batu 3 Ruangan kegiatan keterampilan meubel 4 Ruangan kegiatan keterampilan menjahit 5 Ruangan kegiatan keterampilan pengelasan listrikkarbet 6 Ruangan kegiatan keterampilan bengkel sepeda motor 7 Ruangan kegiatan keterampilan elektronika 8 Ruangan kegiatan keterampilan pangkas rambut 9 Ruangan kegiatan keterampilan bunga papan 10 Ruangan kegiatan keterampilan montir listrik 11 Ruangan kegiatan keterampilan pembuatan pavling blok. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 07-12 Januari 2009 terhadap Anak Pidana yang berjumlah 60 orang di Lembaga Pemasyarakatan Klas II-A Anak Medan mengatakan bahwa salah satu hambatan yang dihadapi oleh Anak Didik Pemasyarakatan di dalam mengikuti kegiatan pendidikan dan pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II-A Anak Medan adalah terbatasnya sarana dan prasarana. Menurut Anak Didik Pemasyarakatan, 52 Wawancara dengan Jeremia Sinuraya, SH, MH, Kepala Seksi Kegiatan Kerja Lembaga Pemasyarakatan Klas II-A Anak Medan, tanggal 10 Januari 2009, di Medan. dengan adanya keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan tersebut, kegiatan- kegiatan yang diberikan kepada Anak Didik Pemasyarakatan belum sebagaimana yang diharapkan. Selanjutnya Anak Didik Pemasyarakatan juga mengemukakan dengan memberikan contoh seperti ruangan untuk belajar Kejar Paket B masih kurang memadai dan kurang besar sehingga suasana belajar di dalam ruangan kurang mendukung termasuk peralatan belajar mengajarnya, seperti pulpel, meja belajar, buku tulis dan lain sebagainya. 53

2. Faktor Over Kapasitas

Keterbatasan lainnya adalah over kapasitas di mana Anak Pidana tidak dapat tidur dengan tenang karena sempit sehingga mempengaruhi fisik dan semangat mereka untuk mengikuti kegiatan pembinaan baik kegiatan pendidikan, keterampilan maupun kegiatan rohani di Lembaga Pemasyarakatan Klas II-A Anak Medan. 109 Lembaga Pemasyarakatan Klas II-A Anak Medan, penggunaannya dimulai pada tahun 1986 dengan kapasitas 250 orang Anak Didik Pemasyarakatan, sedangkan pada kenyatannya, Lembaga Pemasyarakatan Klas II- A Anak Medan dihuni 856 orang. Artinya over kapasitas sebanyak: 606 orang. 110

3. Faktor Tingkat Pendidikan Anak Pidana

Pendidikan selalu dapat dibedakan menjadi teori dan praktek. Teori pendidikan adalah pengetahuan tentang makna dan bagaimana seyogianya 53 Hasil Penelitian terhadap 60 orang Anak Pidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas II-A Anak Medan, tanggal 7-8 Januari 2009 109 Wawancara dengan Siswanto Bc.IP, SH, Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas II-A Anak Medan, tanggal 7 Januari 2009, di Medan. 110 Wawancara dengan Bangsi Tarigan, SH, Kepala Seksi Pembinaan dan Pendidikan Lembaga Pemasyarakatan Klas II-A Anak Medan, tanggal 8 Januari 2009, di Medan. pendidikan itu dilaksanakan. Sedangkan praktek adalah tentang pelaksanaan pendidikan secara konkret nyata. Kumpulan dari semua proses yang memungkinkan seseorang untuk mengembangkan kemampuan dan sikap-sikap serta bentuk-bentuk tingkah laku yang bernilai positif dalam masyarakat dimana dia hidup. 111 Proses sosial di mana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol khusus di lingkungan sekolah, sehingga mereka dapat memperoleh kemampuan sosial dan perkembangan individu yang optimum. Pendidikan juga merupakan hal, cara, hasil atau proses kerja mendidik, dapat membentuk manusia menjadi orang yang berguna. Pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. 112 Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaam, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. 113 Pendidikan yaitu suatu proses untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Tujuan pendidikan akan menentukan ke arah mana peserta didik itu dibawa. Secara umum tujuan pendidikan membantu 111 Imam Barnadib, Dasar-Dasar Kependidikan : Memahami makna dan Perspektif Beberapa Teori Pendidikan, Jakarta, Cetakan I, Ghalia Indonesia, 1998, hlm 8-9. 112 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2004, hlm 10. 113 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional perkembangan anak untuk mencapai tingkat kedewasaan, baik kedewasaan biologis maupun kedewasaan pedagogis. 114 Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 115 Telah dijelaskan di atas bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan. Bahkan anak-anak yang cacat dan anak-anak yang berhadapan dengan hukum, tetap berhak memperoleh pendidikan dalam keterbatasannya. Walaupun harus mendekam di dalam Lembaga Pemasyarakatan Anak, bagi anak yang berhadapan dengan hukum tetap berhak memperoleh pendidikan melalui pembinaan di dalam Lembaga Pemasyarakatan Anak 116 . Pendidikan dan pembinaan terhadap anak yang berhadapan dengan hukum diperlukan suatu tahapan-tahapan, sehingga efektifitas sanksi yang dijatuhkan kepada anak dapat mencapai sasaran yang diharapkan yaitu anak dapat kembali hidup secara normal tanpa ada suatu tekanan secara psikologi dalam menjalani kehidupan masa depannya. Salah satu tahap yang terpenting adalah tahapan pembinaan di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Melalui pembinaan yang bersifat mendidik di Lembaga Pemasyarakatan Anak, memberi kesempatan bagi anak 114 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional 115 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional 116 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995, tentang Pemasyarakatan