Teori Tentang Pembinaan Kerangka Teori dan Konsep 1. Kerangka Teori

b. Teori Tentang Pembinaan

Proses pembinaan anak di lembaga pemasyarakatan lebih mengutamakan unsur pendidikan dan pembinaan, karena anak dianggap belum memiliki apa yang disebut ‘Will” kehendak dan belum mengetahui dampak dari perbuatan yang dilakukannya. H. Warren Dunham mengungkapkan: The purpose of juvenile court is not to determine whether the child has committed any act for which he should be held, rather it is to get at a cause of this behavior in orde that he can be given treatment appropriate to his need. 18 Tujuan dari peradilan anak bukan pada hukuman atas tindakan yang dilakukan oleh anak, tetapi mencari sebab perbuatannya, oleh karena itu pembinaan atau treatment menjadi penting artinya. Adapun pengertian treatment adalah: “Treatment adalah perlakuan yang baik atau perlakuan yang ditujukan kearah perbaikan dan dalam istilah teknis teknologis Indonesia dikenal sebagai pembinaan.” 19 Pembinaan, melatih dan mengajar seseorang dalam bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat dan khusus pada anak yang melakukan pelanggaran hukum, pembinaan bertujuan agar mereka tidak mengulangi perbuatannya. Di dalam pembinaan, mereka diberikan kegiatan yang bermanfaat dikemudian hari. 18 H. Warren Dunham, Juvenile Delinquency, The Juvenile Court: Contradictory Orientation in Processing Offenders, 1972 hlm 132. 19 FISIP UI, Diktat tentang Pembinaan Anak Deliquensi, Jakarta, Seri Bacaan Wajib Nomor 6, 1974, hlm 25. Menurut Clegg, ada 2 pendekatan untuk melaksanakan pembinaan, yaitu: “Treatment can be devided in two general approaches, the direct method. Indirect method, the officer work with the individual offender and in indirect method, the focus is in environment. 20 Menurut Clegg, pembinaan dibagi menjadi 2, yaitu pembinaan langsung, dimana petugas melakukan pembinaan terhadap anak secara perseorangan dan pembinaan tidak langsung dipusatkan pada lingkungan. Bentuk pembinaan pun secara umum terbagi 2, yaitu pembinaan dalam lembaga dan pembinaan di luar lembaga. Pembinaan di dalam lembaga merupakan suatu sistem dimana seseorang dipisahkan dari lingkungan maupun keluarganya, yaitu dimasukkan dalam lembaga pemasyarakatan. Sedangkan pembinaan diluar lembaga merupakan pembinaan yang dilakukan oleh suatu lembaga yang ditunjuk, di mana seorang tetap berada dalam lingkungan keluarganya. Bentuk dari pembinaan di dalam lembaga merupakan suatu putusan yang dijatuhkan kepada anak yang sudah terbukti bersalah dan tidak dapat dikenakan tindakan yang lebih ringan. Pembinaan di dalam lembaga dilakukan oleh lembaga pemasyarakatan anak yang merupakan unit pelaksana teknis Direktorat Jenderal Pemasyarakatan yang menampung, merawat dan membina anak dengan tujuan agar setelah selesai masa pidananya, diharapkan ia menjadi warga masyarakat yang baik. 11 Seorang anak yang sudah mendapatkan vonis, maka penempatan anak tidak boleh dicampur dengan orang dewasa, meskipun sebagai titipan atau 20 Reed K. Clegg, Principle and Practice Probation and Parole Springfield, IIIinois: Charles C Thomas Publisher, 1964, hlm 151. dengan ruangan terpisah. Hal ini untuk menghindari gejala yang dapat merusak perkembangan pribadinya dikemudian hari. 21 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, menyatakan bahwa program pembinaan dan pembimbingan meliputi kegiatan pembinaan dan pembimbingan kepribadian dan kemandirian, yang meliputi hal- hal yang berkaitan dengan: 1 Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2 Kesadaran berbangsa dan bernegara. 3 Intelektual 4 Sikap dan perilaku 5 Kesehatan Jasmani dan rohani 6 Kesadaran hukum 7 Reintegrasi sehat dengan masyarakat. 8 Keterampilan kerja dan 9 Latihan kerja dan produksi. Waliman Hendrosusilo berpendapat pembinaan atau perlakuan terhadap anak deliquen lebih diarahkan kepada program yang bersifat terapi dari pada penghukuman, dengan maksud memperbaiki kelakuannya, agar tidak mengulangi kembali perbuatannya. Untuk mendapatkan hasil yang baik, pembinaan dilaksanakan tanpa adanya sikap menyalahkan dan membenci si anak dengan melimpahkan pembalasan punishment. Untuk menentukan macam dan sifat atau bentuk pembinaan, harus diperhatikan beberapa unsur antara lain : 22 21 H.S Sutarman, Pelaksanaan Bimbingan Lanjutan Penetapan Keluarga Asuh dan Penyerahan pada Panti Asuhan, dalam Lokakarya Evaluasi Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak, Bina Cipta, Bandung, 1977, halaman 17. 22 Waliman Hendrosusilo, 1971, Pembinaan Tuna Warga di Luar Lembaga, Prasarana Pada Work Shop Tentang Pemasyarakatan, LPHN, Bandung, 1971, halaman 55-57. a. Usia anak b. Berat ringannya tindak pidana yang dilakukan c. Kualitas atau keadaan jasmani dan rohani anak d. Lingkungan hidup anak Program latihan dan treatment disarankan dalam suatu institusi seharusnya sudah diperhitungkan berdasarkan studi mengenai latar belakang dan penilaian tentang potensi anak menjadi nakal. Staf lembaga dilatih untuk bekerjasama dengan orang tua atau keluarga para pelanggar dalam upaya penanganan kasus- kasus kenakalan dan mengembangkan suatu rencana pembebasan mereka. 23 Brim and Wheeler, dua orang ahli penjara dari Amerika Serikat menjabarkan lembaga pemasyarakatan atau penjara sebagai suatu organisasi yang memproses manusiaorang. Secara implisif, atau explisif, penggolongan lembaga pemasyarakatan atau penjara sebagai people processing organizations, mempunyai arti bahwa kepada mereka yang bertanggung jawab atas organisasi itu harus melakukan sesuatu, terhadap atau bahan baku yang mereka terima agar memproses dan mengubah siapapun yang menjadi bahan baku tersebut dengan cara yang kurang lebih telah direncanakan dan baku, dimana antara bahan baku dan hasil akhir haruslah merupakan dua benda yang sama sekali berbeda. 24 Sebagai organisasi, lembaga pemasyarakatan memiliki ciri umum yang sama yang dimiliki oleh organisasi-organisasi lain yang juga masuk kedalam kategori people processing organizations, seperti: Rumah Sakit Jiwa, Sekolah Umum, Perguruan Tinggi atau Universitas, Kamp Latihan Militer, Biara dan 23 Martin R, Haskell and Jablonsky, Crime and Deliquency, Chicago: Rand Mc. Nally and Company, 1971, hlm 97. 24 Romany Sihite, 1983, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Pembinaan Terhadap Anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Tangerang, Jakarta, Jurusan Kriminologi FISIP-UI, 1983, hlm 43-45 sejenisnya. Ciri-ciri umum tersebut menunjuk pada suatu tempat tinggal dan bekerja yang tertutupterbatas dari besarnya jumlah orang-orang yang memiliki ciri yang kurang lebih sama dan dipisahkan dari masyarakat umum untuk suatu periode tertentu secara bersama dan yang hidupnya diatur secara formal dengan tujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh para penghuninya. 25

c. Teori Tentang Pemasyarakatan