Konsep Kebebasan dan Kebersihan Pelaksanaan Pemilu di Malaysia

bersangkutan. Seorang tidak dibenarkan memilih disembarang tempat pemilihan kecuali namanya ada di dalam daftar pemilih dimana tempat dia memilih. Berdasarkan undang-undang, seseorang itu tidak boleh dimasukkan kedalam daftar pemilih untuk lebih dari satu tempat dilaksanakan pemilihan umum. 97

C. Konsep Kebebasan dan Kebersihan Pelaksanaan Pemilu di Malaysia

Pemilihan umum diibaratkan seperti permainan sepak bola. Apabila setiap pemain bola itu dibiarkan menggunakan segala taktik dan cara sesuka hatinya tanpa mengikuti peraturan yang ditetapkan oleh wasit permainan itu, maka sudah pasti pemain akan meninggalkan permainan sepak bola itu dan mengantinya dengan adu tinju, juga diikuti oleh para penonton dari kedua belah pihak yang bertanding. Demikian juga halnya dengan pemilihan umum, seandainya seorang calon itu boleh menggunakan segala cara dan taktik yang kotor dan tidak mengikuti pedoman peraturan pelaksana yang bertujuan ingin menjatuhkan calon lawannya, maka tidak ada maknanya pemilihan umum itu dilaksanakan. Salah satu diantaranya adalah disebabkan siapa yang kuat, gagah, kaya dan mempunyai banyak uang ringgit sudah pasti akan menang. Tetapi suara yang diperoleh oleh calon-calon yang menggunakan cara dan taktik seperti itu biasanya tidak ikhlas dari hati nurani para pemilih itu. Suara itu datang dari hati yang dipenuhi oleh uang ringgit yang diberi atau dijanjikan kepada para pemilih. Mungkin juga hati sudah diikat oleh jasa yang telah diberikan calon, atau karena rasa takut karena intervensi calon kepada si pemilih. Pemilihan umum semacam itu sudah tentu tidak bebas dan tidak adil. Keputusannya tidak boleh diterima dan di hormati oleh siapapun, karena akan menyebabkan kacau balau yang akhirnya 97 Peraturan Pilihan Raya Pemilih dengan Jalan Pos, 1959 P.U tahun 1959 akan membuat sebuah negara yang diktator untuk mengawal ketenteraman dalam negeri. Pemilihan umum yang bebas dan bersih yaitu pemilihan umum yang memberi kebebasan kepada setiap pemilih untuk memberi suaranya kepada para calon atau partai politik menurut pilihannya sendiri. 98 Ini berarti segala taktik dan cara yang berdasarkan politik uang, ikatan jasa dan intervensi haruslah dilarang oleh undang- undang. Perlu regulasi pengaturan mengenai batasan yang jelas yang menyatakan pelaksanaan kampanye-kampanye pemilihan umum boleh dilaksanakan. Di negara Malaysia, batasan-batasan itu terdapat dalam Akta Kesalahan Pemilihan umum 1954. Berdasarkan akta pemilihan ini kesalahan dalam pemilihan umum itu terbagi menjadi tiga jenis, yaitu : 99 a. Kesalahan yang dinamakan kesalahan pemilihan umum. b. Kesalahan disebabkan karena melakukan perbuatan yang tidak jujur, dan Kesalahan dengan sebab melakukan perbuatan yang salah. Kesalahan Pemilihan Umum Seorang yang melakukan kesalahan pemilihan umum itu boleh ditangkap tanpa surat perintah. 100 Tetapi dakwaan yang ditujukan kepadanya tidak dapat di lakukan melainkan setelah mendapatkan bukti yang benar dari orang yang mengadu. 101 Siapa yang melakukan kesalahan pemilihan umum, jika terbukti kesalahannya, dapat dihukum penjara kurang lebih dari tiga tahun atau denda kurang lebih dari 2000 ringgit Malaysia atau pun bisa dikenakan kedua-duanya. Selain hukuman ini, orang yang terbukti kesalahannya tidak boleh menjadi pemilih atau 98 Tun Mohd Salleh Abas, Prinsip Perlembagaan dan Pemerintahan di Malaysia, h. 190 99 Ibid. 100 Pasal 6 Ayat 2 Undang-Undang Malaysia 101 Pasal 6 Ayat 4 undang-Undang Malaysia calon selama lima tahun mulai dari tanggal terbuktinya kesalahan atau pada tanggal dia dibebaskan dari penjara. Perbuatan-perbuatan yang dianggap menjadi kesalahan pemilihan umum ialah seperti dibawah ini: 102 1. Telah membuat pernyataan palsu tentang permohonan pendaftaran pemilih. 2. Telah memalsukan kertas suara atau dengan niat hendak menipu, telah merusak atau telah menyerahkan kertas suara yang dia telah mengetahui bahwa surat suara itu dipalsukan. 3. Telah memalsukan atau meniru atau dengan niat hendak menipu telah merusak atau menghilangkan kertas suara atau tanda resmi yang ada pada kertas suara itu. 4. Tanpa memiliki wewenang telah memberi kertas suara kepada seseorang. 5. Telah menjual atau membeli kertas suara. 6. Memasukan benda-benda atau kertas suara ke dalam kotak suara yang tidak diperbolehkan oleh undang-undang. 7. Tanpa memiliki wewenang telah membawa keluar kertas suara dari tempat memilih atau telah ditemukan kertas suara di luar tempat pemilihan. 8. Tanpa memiliki wewenang telah menghilangkan,mengambil,membuka atau dengan jalan apapun telah menggangu kotak suara. 9. Tanpa memiliki wewenang telah menandai kertas suara atau kertas yang boleh dijadikan atau digunakan sebagai kertas suara dalam pemilihan umum. Perbuatan Tidak Jujur Perbuatan yang dianggap tidak jujur terbagi menjadi lima jenis, yaitu: 103 a. Menyamar artinya bukan orang yang sesungguhnya telah terdaftar dalam daftar pemilih. 102 Tun Mohd Salleh Abas, Prinsip Perlembagaan dan Pemerintahan di Malaysia, h. 191 103 Ibid. h.195-98 b. Menyogok dan memberi sesuatu kepada seseorang baik berupa uang, makanan maupun minuman sehingga orang tersebut terpengaruh. c. Pengaruh yang tidak jujur. d. Korupsi, dan e. Perbuatan-perbuatan berlebihan di media iklan.

BAB IV ANALISIS KETATANEGARAAN ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN PEMILU

DI MALAYSIA

D. Beberapa Hal Kesesuaian Pelaksanaan Pemilu Malaysia dengan Ketatanegaraan

Islam. Sebagai agama yang paripurna, Islam tidak hanya mengatur dimensi hubungan antara manusia dengan khaliknya, tetapi juga antara sesama manusia. Islam adalah agama universal artinya semua nilai-nilai yang diajarkan dapat dipraktekan dalam kehidupan sosial bermasyarakat dan bernegara. Di antara nilai-nilai yang dapat di jadikan sandaran berpijak adalah nilai musyawarah, nilai keadilan, nilai persamaan, nilai amanah dan masih banyak lagi nilai-nilai yang terkandung di dalam Islam yang dapat di selenggarakan dalam pemerintahan. Kemudian apakah nilai-nilai tersebut dapat dilaksanakan di negara-negara demokrasi seperti halnya Malaysia. Di dalam konstitusinya dijelaskan bahwa Malaysia merupakan sebuah Negara kerajaan yang mengamalkan sistem demokrasi. Umumnya negara yang menganut paham demokrasi mencantumkan adanya penegakkan hak asasi manusia, dimana dalam melaksanakan hak asasi manusia harus adanya nilai-nilai persamaan, keadilan, serta adanya pelaksanaan pemilihan umum agar terpeliharanya sebuah negara yang berdemokrasi. Prinsip-prinsip konstitusional seperti nilai musyawarah, nilai keadilan, dan nilai persamaan dianggap seperti hak-hak Allah dalam bidang politik, karena sejauh mana hal itu dianggap sebagai hak umat Islam untuk menuntut para penguasa agar menghormati prinsip- prinsip konstitusional atau etika-etika politik ini. Prinsip-prinsip utama menurut sebagian ulama kontemporer dari para ahli fikih syariat 104 adalah tidak zalim, adil, musyawarah, dan persamaan. Namun, menurut sebagian ulama lagi adalah keadilan Al-‘Adalah, musyawarah, dan taat kepada ulil amri terhadap perintah yang disenangi orang mukmin atau yang dibenci, 104 Abdul Wahab Khallaf, As-Siyasah Asy-Syar’iyah, cetakan tahun 1931, hal. 19