Beberapa Hal Kesesuaian Pelaksanaan Pemilu Malaysia dengan Ketatanegaraan

BAB IV ANALISIS KETATANEGARAAN ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN PEMILU

DI MALAYSIA

D. Beberapa Hal Kesesuaian Pelaksanaan Pemilu Malaysia dengan Ketatanegaraan

Islam. Sebagai agama yang paripurna, Islam tidak hanya mengatur dimensi hubungan antara manusia dengan khaliknya, tetapi juga antara sesama manusia. Islam adalah agama universal artinya semua nilai-nilai yang diajarkan dapat dipraktekan dalam kehidupan sosial bermasyarakat dan bernegara. Di antara nilai-nilai yang dapat di jadikan sandaran berpijak adalah nilai musyawarah, nilai keadilan, nilai persamaan, nilai amanah dan masih banyak lagi nilai-nilai yang terkandung di dalam Islam yang dapat di selenggarakan dalam pemerintahan. Kemudian apakah nilai-nilai tersebut dapat dilaksanakan di negara-negara demokrasi seperti halnya Malaysia. Di dalam konstitusinya dijelaskan bahwa Malaysia merupakan sebuah Negara kerajaan yang mengamalkan sistem demokrasi. Umumnya negara yang menganut paham demokrasi mencantumkan adanya penegakkan hak asasi manusia, dimana dalam melaksanakan hak asasi manusia harus adanya nilai-nilai persamaan, keadilan, serta adanya pelaksanaan pemilihan umum agar terpeliharanya sebuah negara yang berdemokrasi. Prinsip-prinsip konstitusional seperti nilai musyawarah, nilai keadilan, dan nilai persamaan dianggap seperti hak-hak Allah dalam bidang politik, karena sejauh mana hal itu dianggap sebagai hak umat Islam untuk menuntut para penguasa agar menghormati prinsip- prinsip konstitusional atau etika-etika politik ini. Prinsip-prinsip utama menurut sebagian ulama kontemporer dari para ahli fikih syariat 104 adalah tidak zalim, adil, musyawarah, dan persamaan. Namun, menurut sebagian ulama lagi adalah keadilan Al-‘Adalah, musyawarah, dan taat kepada ulil amri terhadap perintah yang disenangi orang mukmin atau yang dibenci, 104 Abdul Wahab Khallaf, As-Siyasah Asy-Syar’iyah, cetakan tahun 1931, hal. 19 kecuali bila dia memerintahkan untuk berbuat kemaksiatan, maka tidak boleh mendengarkannya dan taat kepadanya. Ada satu pendapat lain lagi yang menyatakan bahwa prinsip-prinsip utama itu adalah sebagai berikut : 4. Musyawarah dalam hal apa saja yang wajib dimusyawarahkan dari urusan-urusan umat Islam. 5. Sikap tidak zalim dari penguasa tertinggi, dari para pemimpin, dan dari bawahannya. 6. Meminta bantuan orang-orang kuat dan terpercaya dalam segala hal yang penguasa tertinggi wajib meminta bantuan dalam hal itu. Dr. Abdul Hamid Mutawalli dan Dr. Muhammad Salim Al-Awa sangat sepakat dalam hal prinsip-prinsip utama ini. Dr. Abdul hamid Mutawalli meletakkan di awalnya musyawarah dan keadilan, lalu persamaan dan kebebasan, kemudian tanggung jawab ulil amri. Sementara Dr. Muhammad Salim Al-Awa sama sepertinya, namun dia menambahkan wajib taat. Malaysia ialah sebuah negara yang mempunyai banyak agama. Rakyat di negara ini mengamalkan agama-agama yang berlainan seperti agama Islam, Hindu, Buddha, Kristian dan kepercayaan lain. Orang Melayu hanya menganut satu agama yaitu Islam. Adalah asing bagi orang Melayu bahwa seorang bangsa Melayu itu tidak menganut agama Islam. Mengaitkan agama secara sepenuhnya dengan negara adalah dasar di dalam pemikiran orang Melayu sehingga agama Islam telah menjadi suatu unsur yang penting dalam pengertian “Melayu” menurut Undang-undang dan Perlembagaan pasal 160 mengartikan seorang “Melayu” sebagai seorang yang beragama Islam, biasa berbicara dengan bahasa Melayu dan menurut adat istiadat Melayu. 105 Agama Islam telah menjadi agama orang Melayu sejak lebih dari 500 tahun yang lalu. Agama Islam pertama kali dibawa kesini oleh pedagang-pedagang Arab melalui India dan mendarat di pantai Malaka pada abad ke-15 atau mungkin lebih awal lagi. Sejak itu orang Melayu memeluk agama Islam. Budaya Islam yang sangat kuat 105 Ini diambil dari defenisi yang diberi oleh pasal 2 Enakmen Kerakyatan Negeri-negeri Melayu yang disahkan pada tahun 1952 untuk menambah penjelasan kewarganegaraan dalam perjanjian Persekutuan Tanah melayu 1948. pengaruhnya terhadap kehidupan sosial bermasyarakat di Malaysia juga berpengaruh kepada hal-hal yang berkaitan dengan praktek kenegaraan. Salah satu hal yang membuktikan bahwa Malaysia begitu kuat dengan nilai-nilai keislamannya adalah dalam melaksanakan pemilihan umum, dimana dalam teorinya banyak mengadopsi nilai-nilai ketatanegaraan Islam. Seperti telah disebutkan diatas bahwa nilai-nilai ketatanegaraan Islam baik berupa nilai musyawarah, nilai keadilan, nilai persamaan dapat diterima dan dilaksanakan di negeri Malaysia. Kemudian dibuktikan pula dari penerapan nilai ketatanegaraan adalah nilai musyawarah, kalau kita melihat praktek nilai musyawarah dalam Islam di jalankan fungsinya oleh Ahlu Halli wal Aqdi sebagai lembaga representasi perwujudan dari rakyat di Malaysia juga dikenal istilah Parlemen, yaitu suatu badan perundangan bagi Malaysia dan terdiri dari tiga unsur, Yang di-Pertuan Agung dan dua majelis parlemen yaitu Dewan Negara dan Dewan Rakyat. 106 Selanjutnya adalah penerapan nilai keadilan juga dapat dilihat dari penyelenggaraan pemilihan umum yang dilaksanakan di Malaysia, dimana lembaga yang dinamakan Suruhanjaya Pilihan Raya di dalam visi dan misi dalam menjalankan pemilihan, yaitu Visi dari SPR adalah memelihara dan menjalankan sistem demokrasi berparlemen di Malaysia melalui pemilihan umum yang adil, cakap dan tulus. Sedangakn misi dibentuknya badan SPR adalah untuk memastikan rakyat Malaysia berpeluang untuk memilih wakil-wakil mereka untuk membentuk Negara dan memelihara hak melalui pemilihan umum yang bebas serta adil. 107 Pada akhirnya penulis memberikan analisa mengenai pengaruh ketatanegaraan Islam terhadap pelaksanaan pemilu di Malaysia adalah penyerapan nilai-nilai berupa nilai musyawarah, nilai keadilan dan nilai persamaan dalam hal ini hanya sebatas teori. 106 Pasal 44 Perlembagaan Malaysia. 107 Laporan Tahunan SPR, Tahun 2005, hal. 4-5

E. Beberapa Hal Ketidaksesuaian Pelaksanaan Pemilu Malaysia dengan