Bionomik Nyamuk Aedes aegypti

14 terbang. Nyamuk jantan muncul sekitar satu hari sebelum nyamuk betina, dan menetap dekat tempat perkembangbiakannya, makan dari sari buah tumbuhan dan kawin dengan nyamuk betina yang muncul kemudian Achmadi, 2011. Untuk nyamuk betina, meskipun saat awal kemunculannya mereka memakan sari buah tumbuhan untuk mengisi tenaga dan kemudian kawin, namun untuk memproduksi telur dan memulai generasi baru, nyamuk betina memerlukan protein yang banyak terdapat dalam darah. Perkembangan nyamuk sangat bergantung pada iklim dari kondisi lingkungan lokal, terutama suhu dan curah hujan Achmadi, 2011.

2.1.4 Bionomik

a Breeding place Aedes aegypti berkembang biak di air yang bersih yang tidak beralaskan tanah, dan letaknya berdekatan dengan pemukiman, dengan jarak tidak lebih dari 500 m. Biasanya telur diletakkan pada bagian yang berdekatan dengan permukaan air di tempat yang gelap, terbuka lebar dan terlindung dari sinar matahari langsung; misalnya di bak mandi, drum air, kaleng, tower air yang tidak tertutup, vas bunga dan potongan bambu. b Feeding activity Aedes aegypti aktif menggigit antara pukul 08.00-12.00 dan 15.00-17.00, dan lebih banyak terjadi didalam ruangan. Nyamuk ini memiliki sifat multiple feeding bitters Pusat Data Surveilans Epidemiologi KEMENKES RI, 2010. Selain terdorong rasa lapar, saat mencari makan nyamuk juga dipengaruhi oleh beberapa 15 faktor, yaitu bau yang dipancarkan oleh host, suhu, kelembaban, karbon dioksida, dan warna Achmadi, 2011. c Resting place Setelah mengkonsumsi darah, nyamuk betina mencari tempat beristirahat yang aman untuk mengubah darah menjadi telur. Nyamuk beristirahat di daerah vegetasi yang padat atau pada baju-baju yang bergantungan di dalam rumah. Masa peristirahatan selesai ditandai dengan matangnya telur, dimana nyamuk mulai mencari habitat untuk meletakkan telurnya Achmadi, 2011. Gambar 2.2 Bionomik Aedes aegypti Mattingly, 1969 d Jarak Terbang Ketika terbang, penguapan air pada tubuh nyamuk lebih besar karena jumlah oksigen yang diperlukan lebih banyak, sehingga jarak terbang nyamuk terbatas Reiter, 2001. 16 e Lingkungan Fisik 1 Jarak antar rumah dan kondisi bangunan Jarak antar rumah mempengaruhi penyebaran nyamuk. Semakin dekat jarak, semakin mudah nyamuk berpindah tempat Reiter, 2001. 2 Suhu udara Suhu mempengaruhi proses metabolisme yang menjadi penentu dalam kecepatan perkembangan tubuh nyamuk. Karenanya kejadian biologis tertentu seperti lamanya pra-dewasa, kecepatan pencernaan darah yang dihisap, pematangan indung telur dan frekuensi menggigit berbeda menurut suhu. Suhu optimum pertumbuhan nyamuk pada 25 o C-27 o C, dan terhenti pada suhu 10 o C atau 40 o C Depkes RI, 2007. 3 Kelembaban udara Kelembaban mempengaruhi tingkat bertahan survival rate nyamuk, dimana pada kelembaban rendah 60 akan menghambat pembentukan telur, meskipun konsumsi darah tetap berlangsung Reiter, 2001. Pada kelembaban tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan lebih sering menggigit Depkes RI, 2007. 4 Curah hujan Hujan akan mempengaruhi kelembaban udara dan menambah jumlah tempat perindukan nyamuk alamiah Reiter, 2001. 17 5 Kecepatan angin Angin berpengaruh pada suhu udara dan evaporasi air di lingkungan sehingga berkaitan dengan kelembaban, dengan begitu akan mempengaruhi kontak antara nyamuk dan manusia Reiter, 2001. 6 Intensitas cahaya Intensitas cahaya secara langsung mempengaruhi aktivitas istirahat dan terbang nyamuk. Nyamuk terbang jika intensitas cahaya rendah 20 Ft-cd. f Faktor manusia Menurut Reiter 2001 Ada beberapa faktor dari aktivitas dan budaya manusia yang mempengaruhi siklus dan aktivitas hidup nyamuk, yaitu: - Berpindahnya penduduk, yang berdampak pada kepadatan sebuah tempat, sehingga memungkinkan nyamuk mencari mangsa dengan cepat. - Pola aktivitas, dimana lokasinya dekat dengan perindukan nyamuk. - Kegiatan eksplorasi dan eksploitasi SDA; Lokasinya berpotensi menjadi tempat perindukan nyamuk. Kurangnya vegetasi meningkatkan suhu sekitar, menyebabkan aktivitas menghisap darah nyamuk meningkat. - Penggunaan pestisida atau insektisida sintetik; Residunya berpotensi menyebabkan resistensi psikologis silang dan perilaku, misalnya spesies yang mulanya bersifat endofilik berubah menjadi eksofilik. 18

2.1.5 Indera Penciuman Nyamuk