27 oksalat, timol, dan camphor Nugroho, 2009; Rahmawati, 2008. Senyawa metabolit
sekunder seperti eugenol, metil eugenol, camphor, alkaloid dan timol diketahui bersifat repellent terhadap nyamuk Khater, 2012. Daun Coleus blumei atau Iler juga
diketahui mengandung senyawa rosmarinic acid RA yang memiliki ativitas antioksidan, efek farmakologi berupa minimalisasi pollinosis dan alergi, aktivitas
antimikrobial dan aktivitas repellent terhadap serangga Shiga, 2008.
2.5 Proses Ekstraksi
Ekstraksi merupakan kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan suatu
pelarut. Menurut Ditjen POM 2000, beberapa metode ekstraksi, yaitu: 1 Cara dingin
§ Maserasi, yaitu proses pengekstrakan yang menggunakan pelarut dengan beberapa kali kocokan atau adukan pada temperatur ruangan kamar.
§ Perkolasi, adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan.
2 Cara panas § Refluks, adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
§ Soxhlet, adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah
pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
28 § Digesti, adalah maserasi kinetik pada temperatur yang lebih tinggi dari
temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50
o
C. § Infus, adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
temperatur terukur 96-98
o
C selama waktu tertentu 15-20 menit. § Dekok; infus pada waktu lebih lama dan temperatur sampai titik didih air.
Hasil ekstraksi yang diperoleh bergantung senyawa yang terkandung pada sampel uji dan jenis pelarut yang digunakan. Yang perlu dipertimbangkan dalam
pemilihan pelarut adalah seleltivitas, kapasitas, kemudahan untuk diuapkan dan harga pelarut tersebut. Prinsip kelarutan yaitu “like dissolve like”, yaitu pelarut polar
melarutkan senyawa polar, pelarut non-polar melarutkan senyawa non-polar; dan pelarut organik melarutkan senyawa organik Darwiati, 2009.
Pelarut yang paling sering digunakan saat proses ekstraksi adalah benzene, toluene atau xylene, methylene chloride, chloroform, ethyl acetate, methanol atau
ethanol. Alkohol atau etanol merupakan pelarut yang paling banyak dipilih terutama karena memiliki tingkat toksisitas yang rendah Shankar et al, 2008.
Hal tersebut yang menjadi dasar pertimbangan penggunaan pelarut etanol pada penelitian ini. Pernyataan tersebut didukung oleh hasil penelitian Ridwan, et al 2010
yang menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun miana memiliki toksisitas yang rendah, dengan baru didapatnya gejala klinis pada mencit mulai pada dosis 6000mgbb, serta
analisa probit berupa LD
50
per-oral sebesar 9757.14 mgkg.
29
2.6 Uji Efikasi