Klasifikasi Klasifikasi dari Aedes aegypti adalah sebagai berikut : Morfologi Siklus Hidup

12 Spesies Aedes aegypti dari genus Aedes merupakan vektor patogen berbahaya seperti demam berdarah dengue, yang hingga kini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia dan beberapa negara di Asia Pusat Data Surveilans Epidemiologi KEMENKES RI, 2010. Tabel 2.1 Jumlah spesies dari sub-famili atau suku berdasarkan wilayah zoogeografi

2.1.1 Klasifikasi Klasifikasi dari Aedes aegypti adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Philum : Antrophoda Kelas : Insecta Ordo : Diptera Familia : Culicidae Sumber: Rueda, 2008 13 Genus : Aedes Spesies : Aedes aegypti

2.1.2 Morfologi

Telur Aedes aegypti memiliki dinding bergaris-garis membentuk bangunan menyerupai gambaran kain kasa. Larvanya mempunyai pelana yang terbuka dan gigi sisir yang berduri lateral. Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran sedang, dengan tubuh berwarna hitam kecoklatan yang ditutupi sisik dengan garis-garis putih keperakan. Di bagian punggung tampak dua garis melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari spesies ini. Nyamuk jantan umumnya lebih kecil dari nyamuk betina dan terdapat rambut-rambut tebal pada antena Achmadi, 2011.

2.1.3 Siklus Hidup

Siklus hidup Aedes aegypti berawal dari peletakan telur oleh nyamuk betina di atas permukaan air dalam keadaan menempel pada dinding tempat permukaannya. Setelah dua hari, telur akan menetas menjadi larva, kemudian mengalami pengelupasan kulit sebanyak 4 kali dan bertambah ukuran hingga mencapai tahap akhir, tanpa memerlukan asupan makanan, yaitu pupa Achmadi, 2011. Didalam kulit pupa, nyamuk dewasa membentuk diri sebagai jantan atau betina, dan tahap dewasa muncul dari pecahan di bagian belakang kulit pupa. Nyamuk dewasa yang baru muncul beristirahat di atas permukaan air untuk periode waktu singkat agar sayap dan badan mereka kering dan menguat sebelum 14 terbang. Nyamuk jantan muncul sekitar satu hari sebelum nyamuk betina, dan menetap dekat tempat perkembangbiakannya, makan dari sari buah tumbuhan dan kawin dengan nyamuk betina yang muncul kemudian Achmadi, 2011. Untuk nyamuk betina, meskipun saat awal kemunculannya mereka memakan sari buah tumbuhan untuk mengisi tenaga dan kemudian kawin, namun untuk memproduksi telur dan memulai generasi baru, nyamuk betina memerlukan protein yang banyak terdapat dalam darah. Perkembangan nyamuk sangat bergantung pada iklim dari kondisi lingkungan lokal, terutama suhu dan curah hujan Achmadi, 2011.

2.1.4 Bionomik