Gambar 2.7 Kurva Pembentukan Harga Dunia Sumber: Salvatore 2004:84
2.2.10 Konsep dan Berbagai Distorsi dalam Perdagangan
Kebijakan perdagangan internasional adalah rangkaian tindakan yang akan diambil untuk mengatasi kesulitan atau masalah hubungan perdagangan
internasional guna melindungi kepentingan nasional. Jenis-jenis kebijakan yang dapat diberlakukan untuk impor dan ekspor yaitu:
a. Kebijakan perdagangan internasional di bidang impor Ada beberapa keburukan mengimpor suatu barang. Salah satunya adalah
perusahaan dalam negeri yang memproduksi jenis barang yang sama akan gulung tikar karena kalah bersaing dengan barang impor. Untuk itulah, pemerintah harus
melindungi atau bertindak untuk mengatasi keburukan itu dengan jalan memberi perlindungan proteksi. Perlindungan itu banyak jenisnya, diantaranya yaitu :
1 Subsidi. Karena ada perbedaan harga antara barang impor dan barang dalam negeri, ada kemungkinan harga brang impor lebih murah daripada harga
barang produksi dalam negeri. Supaya harga barang produksi dalam negeri dapat ditekan, pemerintah dapat memberi subsidi pada produsen dalam negeri.
Dengan pemberian subsidi ini, harga barang dalam negeri menjadi murah. 2 Kuota merupakan jumlah yang ditetapkan untuk suatu kegiatan dalam satu
masa atau suatu waktu tertentu. Jadi, kuota dalam impor adalah total jumlah barang yang dapat diimpor dalam masa tertentu.
3 Tarif. Kebijakan tarif diambil pemerintah dengan menetapkan tarif tinggi untuk mengimpor suatu jenis barang. Dengan pengenaan tarif ini, harga barang impor
Sw
Dunia Q
P
Q
w1
Dw
1
Dw
2
Q
w2
D
1
Impor P
1
P
2
Excess demand
S P
Q Q
3
P
3
P
W1
P
4
D
2
P
W2
Q P
1
Ekspor S
D
Excess supply
P
Q
1
menjadi mahal, sehingga barang sejenis yang diproduksi di dalam negeri akan memiliki daya saing dan dibeli konsumen. Penganut perdagangan bebas
mengenakan tarif yang rendah atas barang-barang impor. Sebaliknya, negara proteksionis mengenakan tarif yang tinggi untuk barang impor.
4 Larangan impor. Dengan berbagai alasan, ada barang tertentu yang dilarang diimpor. Misalnya, barang-barang yang berbahaya untuk masyarakat. Larangan
impor bisa jadi dilakukan untuk membalas tindakan negara lain yang telah lebih dulu melarang impor barang suatu negara. Selain itu, larangan impor
dapat pula dilakukan untuk menghemat devisa. b. Kebijakan perdagangan internasional di bidang ekspor
Sama halnya dengan kebijakan perdagangan internasional di bidang impor, kebijakan di bidang ekspor juga ditujukan untuk melindungi produksi dalam
negeri disamping memperoleh keuntungan. Beberapa kebijakan perdagangan internasional di bidang ekspor, yaitu :
1 Diskriminasi harga, adalah suatu tindakan dalam penetapan harga barang yang berbeda untuk suatu negara dengan negara lainnya. Untuk barang yang sama,
harga untuk negara yang satu lebih mahal atau lebih murah daripada negara lainnya. Hal ini dilakukan atas dasar perjanjian atau dalam rangka perang aktif.
2 Dumping adalah kebijakan yang diambil oleh pemerintah dengan menetapkan barang ekspor harga barang di luar negeri lebih murah daripada harga di
dalam negeri. Cara ini hanya dapat dilakukan bila pasar dalam negeri dikendalikan atau dikontrol oleh pemerintah.
3 Pemberian premi subsidi. Kebijakan pemerintah untuk memajukan ekspor adalah dengan memberi premi kepada badan usaha yang melakukan ekspor.
Pemberian premi subsidi itu antara lain berupa bantuan biaya produksi serta pembebasan pajak dan fasilitas lain, dengan tujuan agar barang ekspor
memiliki daya saing di luar negeri. 4 Larangan ekspor merupakan kebijakan atas suatu negara untuk melarang
ekspor barang barang-barang tertentu ke luar negeri. Penyebabnya bisa karena alasan ekonomi, politik, sosial dan budaya.
5 Politik dagang bebas merupakan suatu kebijakan dimana masing-masing pemerintah memberi kebebasan dalam ekspor dan impor.
Menurut pemikiran kaum klasik maupun neo-klasik, sistem perdagangan bebas antar negara akan dapat memberikan manfaat yang maksimal. Akan tetapi,
dalam kenyataannya banyak ditemukan distorsi pasar yang pada dasarnya berasal dari adanya intervensi pemerintah berupa kebijakan-kebijakan perdagangan,
diantaranya berupa pemberlakuan pajak ekspor, tarif impor, pembatasan eksporimpor kuota, pemberian subsidi eksporimpor dan berbagai bentuk
distorsi non tarif non tariff barriers. Analisis parsial mengenai dampak kebijakan-kebijakan tersebut terhadap negara eksportir dan negara importir dapat
dijelaskan pada uraian berikut. a Dampak Pajak Ekspor terhadap Kesejahteraan Masyarakat
Pada dasarnya, pemberlakuan pajak ekspor terhadap suatu produk akan meningkatkan biaya ekspor sehingga dapat mengurangi jumlah produk yang
diekspor. Di samping itu, pemberlakuan pajak ekspor akan menyebabkan harga yang diterima produsen domestik menjadi lebih rendah dari harga dunia
sebesar pajak yang diberlakukan Grennes, 1984 dalam Hidayati 2008. Sebagai upaya penyederhanaan analisis, asumsi-asumsi yang digunakan adalah
hanya ada dua negara, yaitu negara A sebagai negara eksportir dan negara B atau gabungan negara-negara lainnya sebagai negara importir, pajak ekspor
yang diberlakukan adalah pajak spesifik, yaitu pemberlakuan pajak per unit produk yang diekspor, dan negara eksportir adalah negara besar dalam
perdagangan, dimana
perubahan-perubahan jumlah
ekspor dapat
mempengaruhi harga dunia. Dampak kesejahteraan dari pemberlakuan pajak ekspor dibandingkan dengan perdagangan tanpa distorsi free trade dapat
dianalisis melalui perubahan-perubahan pada surplus konsumen dan produsen serta penerimaan yang diperoleh pemerintah. Di negara importir, terjadi
penurunan kesejahteraan nasional sebesar daerah 2+3+4, sedangkan di negara eksportir dampaknya terhadap kesejahteraan nasional sangat ditentukan oleh
elastisitas permintaan dan penawaran. Pajak yang optimal bagi negara eksportir akan berada pada kondisi f-c-e maksimum. Oleh karena itu, untuk tingkat
pajak ekspor tertentu, kesejahteraan nasional bersih bagi negara eksportir akan negatif bilamana c+e lebih besar dari f.
Gambar 2.8 Dampak Pajak Ekspor Sumber: Grennes 1984
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemberlakuan pajak ekspor, dengan asumsi negara eksportir adalah negara besar, akan menyebabkan
penurunan harga yang diterima produsen, penurunan produksi domestik, penurunan volume ekspor, peningkatan konsumsi domestik dan dapat
memberikan penerimaan bagi pemerintah di negara eksportir. Sementara di negara importir, terjadi kenaikan harga sehingga merangsang kenaikan
produksi dan penurunan konsumsi yang selanjutnya akan mengakibatkan penurunan volume impor.
b Dampak Kuota Ekspor terhadap Kesejahteraan Masyarakat Pada dasarnya kuota ekspor bertujuan untuk menjamin ketersediaan suatu
barang di dalam negeri. Selain itu, kuota ekspor juga dimaksudkan untuk mengadakan pengawasan produksi serta pengendalian harga untuk mencapai
stabilisasi harga. Pada analisis ini diasumsikan hanya ada dua negara, yaitu negara A sebagai negara eksportir dan negara B atau gabungan negara-negara
lainnya sebagai negara importir, serta negara eksportir adalah negara besar dalam perdagangan. Keseimbangan semula terjadi pada saat harga dunia Pw
sama dengan harga domestik P dengan jumlah ekspor dari negara A sebesar Q
1
-Q
2
=Q
E
. Dengan kuota ekspor oleh negara A sebesar Q
E
’, maka kurva penawaran ekspor negara A menjadi kurva patah ES’ dan berpotongan dengan
Negara B Importir D
B
1 S
B
P
Q Q
1
’ 4
2 3
Q
1
Q
2
’ Q
2
’ ES
Dunia Q
P
Q
E
ED t
ES ’
Q
E
’ Q
Negara A Eksportir P
w
’ P
w
S
A
D
A
P
Q
1
f d
c e
b a
P
w-t
Q
1
’ Q
2
Q
2
’
kurva ED membentuk harga dunia Pw’. Akan tetapi, pada harga ini di negara A terjadi kelebihan penawaran. Kelebihan penawaran ini akan hilang pada tingkat
harga domestik P’, yaitu pada perpotongan antara kurva penawaran SA dan kurva permintaan domestik plus kuota DA’, dimana kurva DA’ sejajar
dengan kurva DA dengan jarak horisontal sebesar kuota yang ditetapkan. Dengan demikian, jelas terlihat bahwa pembatasan ekspor akan menyebabkan
penurunan harga domestik di negara A dan kenaikan harga dunia sehingga volume perdagangan menjadi berkurang. Dampak kesejahteraan dari kuota
ekspor dibandingkan dengan perdagangan bebas dapat dianalisis melalui perubahan-perubahan surplus konsumen dan produsen. Di negara eksportir,
jika daerah e lebih besar dari daerah d pada Gambar 2.9a, maka negara eksportir akan memperoleh manfaat dari kuota ekspor dimana konsumen dan
pemegang kuota akan memperoleh keuntungan. Akan tetapi, di negara importir terjadi penurunan kesejahteraan nasional yang jauh lebih besar dari manfaat
yang diperoleh oleh negara eksportir, sehingga secara total terjadi penurunan kesejahteraan dunia sebesar daerah d+2+4.
Gambar 2.9 Dampak Kuota Ekspor Sumber: Grennes 1984
2.2.11 Sistem Persamaan Simultan