d. Metode ini mudah untuk diterapkan karena semua variabel yang diperlukan untuk diketahui hanyalah banyaknya variabel eksogen atau variabel yang
ditetapkan lebih dahulu tanpa mengetahui variabel lain manapun dalam sistem. Menurut Sumodiningrat β00β, “kuadrat terkecil dengan dua tahap” βSLS
merupakan metode persamaan tunggal dengan adanya korelasi antara variable gangguan dan variable-variabel bebas, sehingga bila teknik 2SLS diterapkan pada
setiap persamaan struktural secara terpisah, bias simultan dapat dihilangkan. Metode 2SLS lebih sering digunakan dalam praktek karena alasan-alasan berikut :
a. Untuk persamaan-persamaan yang over identified, 2SLS menghasilkan taksiran tunggal
b. Sekalipun 2SLS khusus dibuat untuk mengatasai persamaan-persamaan yang over identified
, metode ini dapat diterapkan pada persamaan yang exactly identified
. c. Dalam penerapan 2SLS, tidak ada kesulitan menaksir kesalahan baku
standard error koefisien struktural dari kesalahan baku koefisien reduced- form
, karena koefisien struktural ditaksir secara langsung dari regresi OLS pada langkah kedua. Asalkan taksiran kesalahan baku pada langkah kedua itu
dimodifikasi dulu.
2.2.12 Integrasi Pasar
Goletti dan Christina-Tsigas 1996 dalam Sianturi 2005 mendefinisikan integrasi pasar sebagai kondisi yang dihasilkan akibat tindakan pelaku pemasaran
serta lingkungan pemasaran yang mendukung terjadinya perdagangan, yang meliputi infrasruktur pemasaran dan kebijakan pemerintah, yang menyebabkan
harga di suatu pasar ditransformasikan ke pasar lainnya. Suryana 1998 mengartikan integrasi pasar sebagai hubungan yang erat antara kekuatan supply
dan demand pada suatu pasar terhadap kekuatan supply dan demand pada pasar lainnya. Sementara Simatupang dan Situmorang 1988 dalam Adiyoga 2006:
mengatakan bahwa dua pasar terpadu apabila perubahan harga di salah satu pasar dirambatkan ke pasar lain, semakin cepat perambatan semakin terpadu pasarnya.
Integrasi pasar merupakan sebuah konsep dimana harga-harga pada pasar yang terpisah secara spasial atau pasar yang merupakan level yang berbeda dalam
suatu supply chain digerakkan oleh mekanisme penawaran dan permintaan. Integrasi antar pasar antara lain dapat diindikasikan oleh terjadinya pergerakan
barang, jasa dan faktor produksi antar pasar. Pengetahuan tentang integrasi pasar berguna sebagai dasar pengambilan kebijakan berdasarkan respon suatu pasar
terhadap perubahan harga yang terjadi pada pasar yang lain Rapsomanikis, 2004. Integrasi pasar merupakan keterpaduan diantara beberapa pasar yang
memiliki korelasi harga tinggi. Muwanga dan Snyder 1997 dalam Adiyoga 2006: 837 mengemukakan bahwa pasar-pasar terintegrasi jika terjadi aktivitas
perdagangan antara dua atau lebih pasar-pasar yang terpisah secara spasial, kemudian harga di suatu pasar berhubungan atau berkorelasi dengan harga di
pasar-pasar lainnya. Dalam hal ini, perubahan harga di suatu pasar secara parsial atau total ditransmisikan ke pasar-pasar lain, baik dalam jangka pendek atau
jangka panjang. Menurut Baffes dan Bruce 2003 pasar dapat dikatakan terintegrasi apabila
perubahan harga yang terjadi di pasar dunia tersebut langsung diteruskan dan direfleksikan ke pasar dalam negeri. Dengan kata lain pola harga yang
ditunjukkan harus sama. Sebuah sistem pasar yang terintegrasi secara efisien akan memiliki hubungan yang positif antara harganya di wilayah pasar yang berbeda.
Selanjutnya jika perdagangan terjadi pada dua wilayah yang berbeda dan harga di daerah yang mengimpor sebanding dengan harga di daerah yang mengekspor
ditambah dengan biaya yang diperlukan, maka kedua pasar tersebut dapat dikatakan telah terintegrasi Ravallion, 1986 dalam Santoso 2004.
Transmisi dan informasi yang berjalan antar pasar mengakibatkan harga komoditas tertentu bergerak secara bersama-sama pada beberapa pasar. Menurut
LeutholdHartman 1979 dalam Chintia 2013 sistem pemasaran dikatakan berjalan efisien jika pasar menggunakan harga masa lalu past price secara tepat
dalam penentuan harga saat ini current price determination. Salah satu metode dalam analisis integrasi pasar adalah melalui pendekatan distributed lag
autoregression sebagaimana yang dikembangkan oleh Ravallion 1986. Asumsi
dasar yang digunakan dalam metode ini adalah bahwa respon ekonomi merupakan reaksi dari fungsi masa lalu sehingga integrasi pasar diestimasikan dengan
memasukkan kelambanan lag dari variabel dependen dan variabel-variabel lain ke dalam persamaan. Menurut Gujarati 2004: 236, ada tiga alasan penggunaan
lag, yaitu untuk alasan psikologis, alasan yang bersifat teknologi dan alasan- alasan kelembagaan. Melalui pendekatan ini dalam analisis integrasi pasar dapat
diketahui pasar yang bertindak sebagai pasar acuan dan pasar pengikut pasar yang merespon perubahan yang terjadi pada pasar acuan.
Menurut Ravallion dalam Santoso 2004 model keterintegrasian pasar autoregresi dapat digunakan untuk mengukur bagaimana harga di pasar lokal
dipengaruhi oleh harga di pasar acuan dengan mempertimbangkan harga pada waktu yang lalu dan harga pada saat ini. Aktivitas pasar-pasar tersebut
dihubungkan oleh adanya arus komoditi, sehingga harga dan jumlah komoditi yang dipasarkan akan berubah jika terjadi perubahan harga di pasar lain.
Berdasarkan hubungan pasar yang dianalisis, integrasi pasar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: a integrasi pasar spasial, merupakan tingkat
keterkaitan hubungan antara pasar regional dan pasar regional lainnya, dan b integrasi pasar vertikal, merupakan tingkat keterkaitan hubungan suatu lembaga
pemasaran dengan lembaga pemasaran lainnya dalam suatu rantai pemasaran. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah integrasi pasar spasial,
karena pasar domestik terpisah secara geografis dengan pasar dunia. a. Integrasi Pasar Spasial
Menurut Tomek dan Robinson 1990 dalam Ariyoso 2010, integrasi pasar spasial digambarkan sebagai hubungan harga dari pasar yang terpisah secara
geografis. Konsep ini dapat diterangkan dengan menggunakan model keseimbangan spasial spatial equilibrium model. Model ini dikembangkan
dengan menggunakan kurva excess supply dan excess demand pada dua wilayah yang melakukan perdagangan. Harga yang terbentuk pada masing-masing pasar
dan jumlah komoditi yang diperdagangkan dapat diduga melalui model ini. Analisis integrasi pasar spasial membagi pasar dalam dua kategori antara lain
pasar yang berpotensi surplus atau berlebih potential surplus market dan pasar
yang berpotensi defisit atau kekurangan potential deficit market. Prinsip yang digunakan untuk mengembangkan model perdagangan antar daerah digambarkan
dengan bantuan diagram yang menunjukkan fungsi supply dan demand dari masing-masing pasar, dan dijelaskan pada Gambar 2.10. Gambar 2.10
menunjukkan apabila tidak ada perdagangan maka harga yang terjadi adalah P
A
di pasar A dan P
B1
di pasar B dimana P
A
P
B1
. Kelebihan persediaan di pasar A ES
A
akan mendorong pelaku pasar di pasar tersebut menjual kelebihan persediaanya ke pasar lain, sedangkan pelaku di pasar B akan mendatangkan
komoditi dari pasar lain untuk memenuhi kelebihan permintaan ED
B1
di pasar B.
Gambar 2.10 Model Keseimbangan Integrasi Spasial Dua Pasar Sumber: Tomek dan Robinson 1990
Pengembangan model keseimbangan spasial dapat dilakukan dari Gambar 2.10 dengan mengembangkan kurva kelebihan penawaran dan kelebihan
permintaan untuk menjelaskan hubungan harga akibat perdagangan yang terjadi di antara dua pasar. Kelebihan penawaran adalah selisih antara jumlah yang
ditawarkan dengan jumlah yang diminta pada suatu tingkat harga pada waktu tertentu, yang akan meningkat dengan semakin tingginya harga dan akan bernilai
nol pada saat terjadi keseimbangan pasar A P
A
. Kelebihan permintaan yaitu selisih antara jumlah yang diminta dengan jumlah yang ditawarkan pada tingkat
harga dan waktu tertentu, yang akan meningkat dengan semakin rendahnya harga dan akan bernilai nol pada saat terjadi keseimbangan pasar B P
B1
. Kurva excess supply dan excess demand dapat berubah searah dengan
perubahan kekuatan supply dan demand pada masing-masing pasar. Apabila
P
B2
S
B
ED
B2
D
B2
Q
I
Pasar B Defisit P
B1
ED
B1
D
B1
P
EB2
P
EB1
P
EA1
P
E
P
A
P
B2
-P
A
t QE
1
QE
2
x y
ES
A
ED
B2
Q Keseimbangan excess supply
dan excess demand ED
B1
P
EA2
P
B1
-P
A
x y
QE QE
’
P
E
P
A
ES
A
S
A
D
A
Q
A
Pasar A Surplus P
terjadi peningkatan demand akibat peningkatan populasi di pasar B, excess demand
akan bertambah dari ED
B1
ke ED
B2
, sehingga pasar B membutuhkan tambahan supply dari pasar A. Hubungan antara kurva excess supply dan excess
demand dalam keseimbangan pasar spasial dapat ditunjukkan oleh Gambar 2.10.
Apabila tidak ada biaya perdagangan maka kurva excess supply dan excess demand
berpotongan pada tingkat harga P
E
, dan sejumlah Q
E
akan diperdagangkan pasar A ke pasar B. Volume perdagangan akan semakin rendah
dengan adanya biaya perdagangan. Efek biaya perdagangan terhadap jumlah dan harga keseimbangan dapat diilustrasikan dengan mengembangkan garis volume
perdagangan volume of trade line, yang digambarkan oleh garis xy. Perdagangan tidak terjadi apabila biaya perdagangan sebesar P
B1
-P
A
dan mencapai maksimum jika tidak ada biaya transfer. Apabila terdapat biaya transfer sebesar t,
keseimbangan terjadi pada jumlah yang diperdagangkan sebesar Q
E
, dengan harga keseimbangan PE
A1
di pasar A dan PE
B1
di pasar B. Pergeseran kurva demand di pasar B akibat peningkatan jumlah penduduk
akan mengakibatkan peningkatan harga di pasar B. Pergeseran ini menyebabkan excess demand
meningkat dan menggeser kurva excess demand ke kanan ED
B1
ke ED
B2
. Perubahan ini menyebabkan garis perdagangan bergeser ke kanan xy ke x’y’. Perdagangan tidak akan terjadi pada saat biaya transfer sebesar P
B2
-P
A
dan mencapai maksimum QE ’ saat biaya transfer sama dengan nol. Apabila
biaya transfer tetap sebesar t maka keseimbangan akan terjadi pada jumlah perdagangan sebesar Q
E2
dengan harga keseimbagan PE
A2
di pasar A dan PE
B2
di pasar B. Keterangan di atas menjelaskan bahwa perubahan harga di suatu pasar
akibat perubahan kekuatan pasar, akan menyebabkan perubahan harga di pasar lain yang melakukan perdagangan dengan pasar tersebut.
Restriksi perdagangan akan meningkatkan biaya transfer sehingga perdagangan akan terus berlangsung sampai biaya transfer sama dengan selisih
harga. Jika hal ini terjadi maka pelaku pasar tidak akan memperoleh keuntungan dalam melakukan perdagangan antar pasar. Hal ini mengakibatkan transfer excess
supply maupun excess demand tidak terjadi, dan harga akan bergerak secara
individu pada masing-masing pasar. Barret dan Li 2002 dalam Putri, Mega A. et
al . 2013 mengemukakan bahwa integrasi pasar dan keterkaitan harga dapat
terjadi bila pelaku pasar melakukan perdagangan dan transfer komoditas antar pasar.
b. Integrasi Pasar Vertikal Integrasi pasar vertikal penting diketahui untuk melihat tingkat keeratan
hubungan antar pasar produsen dan ritel pedagang. Pasar produsen adalah pasar yang di dalamnya bekerja kekuatan permintaan dari pedagang dan kekuatan
penawaran dari produsen, sedangkan pasar ritel adalah pasar yang di dalamnya bekerja kekuatan permintaan dari konsumen akhir dan penawaran dari pedagang.
Suatu pasar dikatakan terintegrasi vertikal dengan baik apabila harga pada suatu lembaga pemasaran ditransformasikan kepada lembaga pemasaran lainnya dalam
satu rantai pemasaran. Kajian tentang integrasi pasar penting dilakukan untuk melihat sejauh mana
kelancaran informasi dan efisiensi pemasaran pada pasar. Tingkat keterpaduan pasar yang tinggi menunjukkan telah lancarnya arus informasi diantara lembaga
pemasaran sehingga harga yang terjadi pada pasar yang dihadapi oleh lembaga pemasaran yang lebih rendah dipengaruhi oleh lembaga pemasaran yang lebih
tinggi. Hal ini dikarenakan apabila arus informasi berjalan dengan lancar dan seimbang, tingkat lembaga pemasaran yang lebih rendah mengetahui informasi
yang dihadapi oleh lembaga pemasaran di atasnya, sehingga dapat menentukan posisi tawarnya dalam pembentukan harga.
2.3 Kerangka Pemikiran