15 kepuasan cenderung relatif rendah, demikian juga manusia yang pola
hidupnya tinggi, tingkat kepuasan relatif tinggi. 3.
Menciptakan Iklim dan Kondisi Kerja yang Kondusif Penempatan tenaga kerja pada posisi yang tepat serta timbulnya kepuasan
pada diri tenaga kerja merupakan dua tujuan integral dari analisis pekerjaan. Uraiandeskripsi pekerjaan dan persyaratan pekerjaan
merupakan hasil analisis pekerjaan. Iklim dan kondisi kerja yang serasi dan dinamis dapat terwujud seandainya uraian pekerjaan menunjukkan
tingkatan tugas dan tanggung jawab yang jelas serta persyaratan yang harus dipenuhi tenaga kerja yang tidak berbelit-belit. Selain itu,
penempatan tenaga kerja pada posisi yang tepat serta timbulnya kepuasan tenaga kerja pada pekerjaannya akan berpengaruh langsung terhadap
iklim dan kondisi kerja yang serasi dan dinamis. Secara tidak langsung, terciptanya iklim dan kondisi kerja yang serasi dan dinamis merupakan
salah satu tujuan dari analisis pekerjaan.
2.1.3 Metode Analisis Pekerjaan
Metode analisis pekerjaan yang dikemukakan oleh Sastrohadiwiryo 2002:132 adalah sebagai berikut:
1. Metode Kuesioner
Kuesioner sebagai alat pengumpulan data secara tertulis dibagikan kepada tenaga kerja operasional atau para kepala departemen untuk mengisi
keterangan dan fakta yang diharapkan. Metode ini dipandang sangat baik
16 untuk tenaga kerja yang sudah terbiasa membidangi pekerjaan
administratif, khususnya tenaga kerja pada departemen administrasi dan keuangan. Metode kuesioner biasanya digunakan untuk keadaan sebagai
berikut: a.
Secara geografis pekerjaan terpencar-pencar, seperti dalam kantor perwakilan, kantor departemen pemasaran, atau agen lainnya.
b. Partisipasi tenaga kerja diharapkan dalam pengambilan keputusan dan
penentuan kebijakan perusahaan. c.
Efisiensi waktu merupakan faktor yang diutamakan dalam perusahaan.
Kesulitan yang mungkin dihadapi adalah kurang cermatnya merinci dan menilai pekerjaan. Selain itu, tenaga kerja cenderung kurang matang
dalam mempertimbangkan tugas mana yang paling mendesak dan memerlukan penanganan terlebih dahulu serta menggambarkan dengan
saksama dan kronologis tugas atau tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Hal-hal ini yang perlu dipertimbangkan dalam menghadapi
kesulitan antara lain: a.
Membagikan instruksi secara tertulis; b.
Menyelenggarakan pertemuan dengan seluruh tenaga kerja; c.
Memberikan kejelasan tentang gambaran prosedur yang harus ditempuh.
17 2.
Metode Wawancara Metode wawancara dilakukan dengan tenaga kerja operasional atau
dengan kepala departemen mereka, dan dapat juga dengan kedua-duanya. Di samping itu, para penyelia sering ditugaskan untuk memperoleh data
analisis pekerjaan. Metode ini menyajikan keterangan dan fakta dari pihak pertama, akan tetapi hal ini membutuhkan waktu yang cukup lama.
3. Metode Pencatatan Rutin
Dengan metode ini, tenaga kerja diperintahkan mencatat hal yang dikerjakan tiap hari secara rutin, alokasi waktu yang dibutuhkan, saat
dimulai dan saat akhir tiap-tiap tugas tersebut dilakukan. Namun, metode ini membutuhkan alokasi waktu yang cukup lama dan memerlukan
pengerjaan yang cermat dan rutin. 4.
Metode Observasi Metode ini pada umumnya dilakukan oleh job analyst yang sebelumnya
memperoleh pelatihan dan upgrading secara khusus. Metode observasi biasanya tidak dilakukan bersamaan dengan metode wawancara job
analyst mengadakan observasi terhadap masing-masing pekerjaan dan
mengadakan wawancara dengan tenaga kerja operasional serta kepala departemen mereka. Dapat juga diadakan semacam pertemuan meeting
yang telah ditentukan waktunya, dimana tenaga kerja menguraikan pekerjaannya secara rinci sebagai jawaban atas kuesioner khusus yang
diajukan oleh job analyst, yang selanjutnya mencatat jawaban yang
18 diberikan. Metode observasi dipandang paling baik, namun pada
prakteknya memerlukan alokasi waktu yang besar dan sering merintangi mekanisme pekerjaan secara rutin. Metode observasi paling cocok untuk
jenis pekerjaan yang memerlukan kecakapan, keahlian, dan skill yang tinggi atau kemampuan yang profesional.
2.1.4 Mekanisme Pelaksanaan Analisis Pekerjaan