BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1.
Perjanjian sewa-menyewa merupakan suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kenikmatan dari suatu
barang, selama waktu tertentu dan dengan pembayaran suatu harga yang disanggupi oleh pihak terakhir tersebut. Menurut pasal 1548 bahwa
“waktu tertentu” merupakan salah satu unsur dari perjanjian sewa- menyewa. Maksud dari “waktu tertentu” bahwa pembuat undang-undang
memang memikirkan bahwa pada perjanjian sewa-menyewa waktu sewa ditentukan. Perjanjian sewa-menyewa yang tidak menyebutkan batas
waktunya akan menimbulkan permasalahan bagi para pihak yang membuat perjanjian tersebut. Perlindungan hukum bagi para pihak yaitu
pihak yang dirugikan,menurut Undang-Undang No.4 Tahun 1992 bahwa sewa-menyewa rumah dengan perjanjian tertulis atau tidak tertulis tanpa
batas waktu yang telah berlangsung sebelum berlakunya undang-undang ini dinyatakan telah berkahir selama waktu tiga tahun setelah berlakunya
undang-undang ini. Jadi, berdasarkan undang-undang tersebut pihak yang menyewakan berhak untuk menghentikan masa sewanya.
2. Perjanjian sewa-menyewa yang tidak disebutkan batas waktunya tersebut
akan menimbulkan akibat hukum bagi para pihak. Apabila pihak yang menyewakan tersebut telah melakukan pemberitahuan pemberhentian
masa sewa baik secara lisan maupun tulisan, maka pihak yang
menyewakan harus bersedia untuk memberikan barang sewaannya atau mengosongkan rumah yang menjadi barang sewaan tersebut. Namun,
apabila pihak yang penyewa tersebut tidak mau memberikan barang sewaannya itu maka perbuatan pihak penyewa dapat dikatakan sebagai
perbuatan melawan hukum. Berdasarkan perbuatan melawan hukum yang dilakukan pihak penyewa tesebut mengakibatkan pihak penyewa atau
tergugat harus membayar ganti kerugian yang diderita oleh pihak yang menyewakan atau pengguat. Perbuatan tersebut dapat dikatakan sebagai
perbuatan melawan hukum karena telah memenuhi unsur-unsur sebagai perbuatan melawan hukum yaitu harus adanya perbuatan, perbuatan itu
harus melawan hukum, adanya kerugian, adanya hubungan sebab akibat antara perbuatan melawan hukum itu dengan kerugian, adanya kesalahan.
Oleh sebab itu,majelis hakim yang mengadili Putusan Perkara Perdata No.577Pdt.G2013PN-Mdn, sudah tepat memutuskan bahwa perbuatan
tergugat dikatakan sebagai perbuatan melawan hukum. 3.
Pertimbangan hukum dalam Perkara Perdata No.577Pdt.G2013PN-Mdn, bahwa majelis hakim mempertimbangkan segala bukti-bukti yang
diajukan oleh kedua pihak yaitu pihak penggugat dan pihak tergugat serta dikaitkan dengan Undang-Undang No.4 Tahun 1992 tentang Perumahan
dan Pemukiman dan PP No.44 Tahun 1994 tentang Penghunian Rumah Oleh Bukan Pemilik. Pihak penggugat telah berhasil membuktikan
sebagian gugatannya dibandingkan dengan pihak tergugat. Hal ini membuat majelis hakim mengabulkan sebagian gugatan dari penggugat
dan menyatakan perjanjian sewa-menyewa telah berakhir dengan adanya
pemberitahuan pemberhentian oleh pihak penggugat. Maka berdasarkan hal tersebut, pihak tergugat yang tidak mau menyerahkan rumah tersebut
adalah dikatakan sebagai perbuatan melawan hukum dan menghukum
tergugat untuk membayar ganti kerugian yang diderita oleh penggugat.
B. Saran