Tujuan Khusus Tujuan Pendidikan Islam

c Tujuan professional; tujuan yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai suatu aktifitas di antara aktifitas masyarakat. 51

c. Tujuan Khusus

Tujuan khusus merupakan perubahan-perubahan yang diinginkan yang bersifat cabang atau bagian yang termasuk di bawah tujuan umum pendidikan Islam. Dengan kata lain, gabungan pengetahuan, keterampilan, pola-pola, tingkah laku, sikap, nilai-nilai dan kebijakan-kebijakan yang terkandung dalam tujuan tertinggi atau umum bagi pendidikan Islam 52 . Oleh karenanya tujuan khusus adalah pengkhususan atau operasional tujuan akhir dan tujuan umum pendidikan Islam. Tujuan khusus bersifat relative sehingga dimungkinkan untuk diadakan perubahan jika diperlukan sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan, selama tetap berpijak pada kerangka tujuan akhir dan tujuan umum itu. Pengkhususan tujuan tersebut dapat didasarkan pada: a Kultur dan cita-cita suatu bangsa Setiap manusia memiliki tradisi dan budaya sendiri-sendiri. Perbedaan antara berabagai bangsa inilah yang memungkinkan adanya pebedaan cita-cita, sehingga terjadi pula perbedaan dalam merumuskan tujuan yang dikehendaki di bidang pendidikan. b Minat bakat dan kesanggupan anak didik Islam mengakui perbedaan individu dalam hal mina, bakat dan kemampuan. Untuk mencapai prestasi yang sebagaimaana diharapkan kesesuaian tujuan harus khusu dengan minat, bakat, dan kemampuan anak didik sangat menentukan. c Tuntutan situasi dan kondisi pada kurun waktu tertentu Apabila tujuan khusus pendidikan tidak mempertimbangkan faktor situasi dan kondisi pada kurun waktu tertentu, maka pendidikan akan kurang memiliki daya guna. Dasar pertimbangan ini sangat penting 51 Iihat Maslikhah, Quo Vadis....,hal. 129 52 Maslikhah, Quo Vadis....,hal. 133. terutama bagi perencanaan pendidikan. Dalam hal ini, harus mengantisipasi perkembangan di masa depan 53 . Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa tujuan pendidikan Islam memiliki tujuan yang sama dengan tujuan penciptaan manusia. Pendidikan Islam sarat dengan nalar dan perasaan perilaku serta emosi manusia dengan landasan agama Islam. Dengan demikian tujuan pendidikan Islam adalah merealisasikan penghambaan kepada Allah dalam kehidupan manusia, baik secara individu maupun secara sosial. 54 memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Mengarahkan manusia agar menjadi khalifah Allah di muka bumi sebaik- baiknya. 2. Mengarahkan manusia agar seluruh pelaksanaan tugas kekhalifahannya dilaksanakan dalam rangka beribadah kepada Allah. 3. Mengarahkan manusia untuk berakhlak mulia. 4. Membina dan mengarahkan seluruh potensi manusia yang digunakan untuk mendukung tugas pengabdian dan kekhalifahannya. 5. Mengarahkan manusia agar dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akherat. Kemudian, dari pencermatan ciri-ciri tujuan pendidikan Islam tersebut terlihat bahwa tujuan pendidikan Islam bermuara pada pembentukan manusia yang paripurna insan kamil. Hal ini senada dengan ungkapan Athiyah al-Abrasy, yang menempatkan pendidikan budi pekerti sebagai jiwa dari pendidikan Islam, dan Islam telah menyimpulkan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam. Mencapai yang “sempurna” adalah tujuan pendidikan 53 Abu AHmadi, Islam sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Yogyakarta: Aditya Media, 1992, hal. 63-70. 54 Abdurrahman an-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, Jakarta : Gema Insani Press, 1995, cet. Ke-I, hal. 117. Islam 55 Muhammad Quthb, juga manyatakan tujuan pendidikan Islam adalah menciptakan manusia yang taqwa menuju insan kamil 56 . Lantas apakah insan kamil tersebut?. Insan kamil adalah sebuah refleksi dari figure yang sukses menunaikan tugas sebagai khalifah fil ardhi, beriman kepada Allah SWT, berakhlak mulia, memiliki jiwa social yang tinggi, respek terhadap kondisi di sekitarnya. Insan kamil adalah manusia yang sempurna secara rohani spiritual, jasmani jasadifisik dan sempurna akal intelektual. Dari pendapat-pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan Islam yang utama adalah mewujudkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah, sehingga mampu menunaikan tugas dan kewajibannya selaku mahluk Allah sebagai khalifah di muka bumi, mampu menjalankan dan membangun tugas-tugas kemasyarakatan, kebangsaan, keagamaan secara bersama-sama membangun peradaban Islam, dan tugas-tugas dalam membangun kehidupan bersama secara integral dengan sebaik-baiknya sesuai dengan prinsip- prinsip kehidupan menurut al-Qur’an dan al-Sunah. Dengan bahasa yang lebih tegas, “manusia paripurna” insan kamil. 55 Muhammad Athiyah al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, tt hal. 15. 56 Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2004, cet. 1. hal. 16. 70

BAB IV RELEVANSI KONSEP PENDIDIKAN MULTIKULTURAL